_____________
Inilah kisah bagaimana aku bisa mencintaimu lebih dari aku mencintai diriku sendiri.
_____________
Yeoja itu meletakan beberapa pakaiannya di ranjang, tak jarang pula ia mendesah pelan. Sejak kecil ia memang tak suka dengan yang namanya pindah rumah.Semua itu karena banyak benda yang harus di kemas dan di pindahkan. Mengingat banyaknya barang yang ada di kamarnya, Yeseul -yeoja itu- mengistirahatkan diri di sofa merah yang terletak di samping ranjangnya.
Yeseul memandang keadaan kamarnya yang tak bisa di bilang rapi ini, banyak kardus yang berserakan di mana-mana, seharusnya tadi ia menyuruh Taehyun, sang sahabat karib, untuk membantunya berbenah saat ini. Namun sayangnya, pekerjaan namja itu yang terlampau banyak tak memungkinkan Taehyun untuk ijin dari kantornya.
Yeseul mendengus pelan, bahkan dengan adanya Donghan dan Doyeon di rumah pun tak membantu sama sekali, kedua dongsaengnya itu kini entah menghilang kemana, tak berniat sedikitpun untuk membantunya.
Ketukan di pintu berhasil menarik perhatian Yeseul, "Masuk."
Senyum Yeseul merekah setelah melihat eommanya lah yang saat ini memasuki kamarnya. Sudah dua bulan ini ia tak bertemu dengan eomma kesayangannya itu.
Meskipun jarak Busan dan Seoul cukup dekat, Yeseul tetap saja kesulitan untuk mendapatkan cuti dari perusahaan.
Alhasil, baru kali ini ia bisa mengunjungi sekaligus berpamitan pada keluarganya.
"Aigoo~ uri gongju kenapa kau cepat sekali besar? Padahal eomma rasa baru kemarin kau menangis karena jatuh dari sepeda di depan rumah Eunji. Dan sekarang kau ingin pindah dari rumah ini." Nyonya Kim tak bisa menahan air matanya.
Yeseul mendekati eommanya, dan menghapus kristal bening di pipi yeoja paruh baya itu.
"Eomma uljima, aku hanya pergi ke Seoul, bukannya ikut berperang. Kenapa eomma bisa sensitif seperti ini? Ini efek kebanyakan nonton drama dengan Doyeon, jadinya stok air matanya eomma banyak."
"Aishh dasar anak kurang ajar," Nyonya Kim menyentil dahi putri sulungnya itu, "Kau akan tau rasanya, ketika kau sudah punya anak perempuan, Seul-ah. Percayalah kau akan berat melepasnya nanti."
Nyonya Kim masih memandang Putri sulungnya itu, ia tak mengira jika akhirnya hari ini tiba juga. Hari dimana yeoja kecilnya akan di ambil darinya.
Ia bahkan masih mengingat betapa lucu dan manisnya Yeseul dulu, yeoja paruh baya itu masih mengingat saat pertama kali ia mengajari Yeseul kecil naik sepeda dan menulis.
Ah, jika seperti ini, rasanya ia tak akan rela melepas Yeseul. Namun mengingat jika yeoja kecilnya itu berada di tangan yang tepat, setidaknya rasa khawatirnya bisa berkurang sedikit.
"Ah eomma, kalau begini aku jadi berat meninggalkan kalian semua. Apa aku harus mengundur kepindahanku demi eomma? Aku masih bisa pindah dua atau tiga hari lagi. Aku juga masih merindukan eomma, appa, Hyunnie dan Yeonnie."
Yeseul memeluk yeoja paruh baya yang telah melahirkannya itu, sebagai anak pertama, ia merasa mempunyai ikatan yang kuat dengan kedua orang tuanya.
Nyonya Kim menatap wajah putrinya, "Andwe, memang kau tak kasihan dengan suamimu yang harus bolak-balik Seoul-Busan? Eomma kasihan dengan menantu eomma, lebih baik kau tinggal bersamanya di Seoul. Masih ada Doyeon dan Donghan disini, tak usah mengkhawatirkan kami."
"Jinjjayo? Aku yakin menantu kesayanganmu itu tak akan protes, dia menyayangi eomma seperti eommanya sendiri," ucap Yeseul.
Bukan hanya sekedar bualan agar eommanya tak merasa terbebani. Tapi sungguh, menantu kesayangan eommanya itu tak akan pernah protes untuk pulang pergi Busan-Seoul demi eommanya.Karena Yeseul tau, jika namja itu sangat menyayangi kedua orangtuanya.
"Tapi eomma yang tak enak dengan kalian, sudahlah lebih baik kau segera selesaikan menata semua barang disini, eomma akan membantu menata barang yang ada di ruang kerjamu."
"Yeseul-ah," Nyonya Kim menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Yeseul yang kini tengah memandangnya dengan rasa penasaran.
"Eomma baru ingat, ada beberapa barang di loteng yang belum kau benahi, banyak yang tertinggal disana. Jika penting, lebih baik kau bawa juga," ucap yeoja paruh baya itu.
"Nde eomma, chakkaman. Aku sedang membersihkan lemari, ada banyak barang yang belum aku bereskan," balas Yeseul sebelum eommanya berlalu dari hadapannya.
Bergerak perlahan, yeoja itu menghampiri lemari besar miliknya dan mulai merapikan beberapa pakaian yang masih tersisa disana.
Setelah pakaian terakhir ia masukan kedalam box, pandangan yeoja itu tertuju pada sebuah kotak yang terlihat usang di sudut lemari atasnya.
Yeoja itu mengeryit, seingatnya kotak itu telah ia letakan dirumah Shin halmeoni, tapi kenapa kotak ini ada disini?
Yeseul membuka kotak itu. Dan menemukan buku hariannya dulu, serta empat buah amplop berwarna pink yang terlihat lusuh. Seolah menguatkan opininya jika amplop itu telah berumur lebih dari setahun."Ini..." yeoja itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, bukan karena ada serangga ataupun sesuatu yang aneh di kotak itu.
Namun, pandangannya tertuju pada sebuah nama yang tertulis dengan rapi di amplop itu, semua surat lusuh itu tertuju pada satu nama yang sama,
Nama yang selalu ada di hatinya bahkan hingga saat ini,
Nama yang membuatnya mau mengenakan cincin yang saat ini tersemat di jari manisnya,
Nama yang menjadi pusat dari seluruh dunianya,
Kang Daniel.
* * * * * * * * * *
Ini project ff yang pertama aku publish disini. Sebenarnya, ide ff tentang Kang Daniel selalu berputar di pikiranku. Dan karena minggu ini lelaki itu akan berulang tahun,
Aku memberanikan diri untuk nulis ff tentang centernya Korea itu.
Cerita ini mungkin terdiri atas 500-900 word di tiap chapter, jadi sejenis drabble gitu.Terimakasih untuk readers yang menyempatkan diri untuk membaca ceritaku ini 💕💕
Jangan lupa untuk
TAP TAP TAP
Bintang oren yang ada dipojok okayy? See u next chapter^^
With Love,
Sen.C
KAMU SEDANG MEMBACA
A Letter to You
Fanfiction✔ [COMPLETE] ✔ Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan - Kim Yeseul ◇ ◇ ◈◈◈ ◇ ◇ Surat usang yang Yeseul temukan sebelum kepindahannya ke Seoul membawa dirinya kembali ke Desember yang cukup dingin. Di bagian kan...