Varisha bingung setengah mati.
Ia kehabisan kata-kata saat itu juga. Bagaimana tidak? Ia pernah bertemu dengan cowok itu sekitar dua bulan yang lalu tepat saat neneknya meninggal.Ia setengah berlari menuju kelas yang jaraknya lumayan jauh dari toilet.
Namun penghuni kelas sudah tidak ada, yang tersisa hanya satu tas berwarna biru pastel, siapa lagi kalau bukan milik Varisha."Lah kok gue ditinggal, perasaan jam pulang masih sepuluh menit lagi." ia berbicara sambil berjalan mengambil tas miliknya.
"Riell juga, katanya we are goals. Temen macam apaan yang pulang ditinggal gini."
Varisha berjalan gontai, memikirkan cowok yang tadi ditemuinya. Sebenarnya Varisha ingin mengucapkan terima kasih karena dia, ia merasa lebih tenang sekarang. Mungkin lain waktu ia akan bertemu kembali.
Ia menunggu kakaknya diparkiran. Kira-kira tujuh menitan, akhirnya kakaknya datang.
"Baru aja kan?" Varisha mengangguk.
"Oh ya, Bunda tadi nitip pesen buat beli kornet di mini market deket fotokopi-an kak."
"Yaudah beliin dong. Tapi gue gak bawa duit." ucap Kevin sambil membenarkan kaca sepionnya.
"Iya." ucap Varisha singkat.
Akhirnya mereka sampai di minimarket yang dimaksud. Kevin langsung memarkirkan motor didepan minimarket.
"Mana duitnya?." sambil mengadahkan tangannya.
"Udah mana, gue aja yang beli."
Varisha memberikan uang lima puluh ribuan kepada Kevin.
"Nih."
Setelah ia menerima uang itu, Kevin masuk ke dalam mini market untuk membeli kornet pesanan Bunda. Ia membeli tiga kotak kecil dan satu botol you c 1000.
"Aus banget dah."
Kevin menuju tempat kasir dan membayarkan jumlah uang yang disebut oleh kasir.
Selang beberapa menit Kevin keluar dari minimarket tersebut.
"Kok lama sih kak?" tanya Varisha cemberut.
"Ngadem dulu soalnya." Kevin nyengir sambil menuju motor yang tadi ia parkirkan.
"Langsung pulang kan kak? Aku capek pengen cepet-cepet tidur."
Kevin melirik Varisha dari spion kiri, tidak biasanya adiknya jadi kalem. Biasanya ia akan mengoceh sepanjang perjalanan.
"Bun, Sha pulang!"
"Sha bisa kan nggak teriak-teriak begitu?"
"Loh ayah udah pulang? Iya maaf yah." ia cemberut sambil mencium tangan kanan Prapto, ayah Varisha.
"Iya tugas ayah ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan jadi bisa pulang lebih cepat."
Varisha mengangguk-angguk tanda mengerti.
Erika yang baru saja turun dari lantai atas langsung menghampiri anak.dan suaminya yang berada di ruang keluarga tersebut.
"Loh sha, kakak kamu mana? Tadi pulang bareng kan?"
"Masih didepan deh bun, oh iya ini pesenan bunda." Varisha menyodorkan kantong plastik berwarna putih susu kepada Erika, setelah pamit kepada orang tuanya ia pergi kekamarnya yang berada di lantai atas.
Ia membuka knop pintu dan menutupnya kembali.
Hari ini terasa lebih lelah dibanding hari-hari biasanya, kepalanya terasa pening. Setelah berganti baju Varisha memutuskan untuk membaringkan badan dikasur, dan lama-kelamaan ia tertidur.
***
19:04
Ponsel Varisha berbunyi menandakan adanya notifikasi, masih setengah sadar ia membuka lock di ponselnya.
Lo tidur apa pingsan sih?
Pintu lo kunci, bunda khawatir goblokTernyata itu adalah pesan masuk dari kakaknya, Varisha melihat jam diponselnya ternyata sudah jam tujuh lebih. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar kamar.
Kakaknya memang seperti itu, antara khawatir dan kesal dengan adiknya.
Varisha menuruni anak tangga, dimeja makan sudah berkumpul semua anggota keluarganya. Ayah dan Bunda tersenyum kearahnya."Sha ayo sini, ada yang mau ayah bicarakan."
Varisha mengangguk, sepertinya ada hal penting yang ingin ayahnya sampaikan.
"Ada apa yah?"
"Jadi untuk beberapa minggu kedepan ayah sama bunda akan ke Jogja, kamu dirumah dengan kak Kevin ya."
"Kok mendadak bun, ada apa?."
"Kamu tau kan uti sudah tua, dan sekarang beliau butuh bunda sayang. Kamu gapapa kan?" Erika bicara dengan wajah yang serius namun tetap dengan nada yang lembut agar dimengerti oleh putrinya.
"Nanti juga ada bude Ratri yang seminggu dua kali datang kerumah untuk nengokin kamu sama kakak kamu." tambah Prapto ayah Varisha.
"Tapi kan yah, kak Kevin jarang pulang terus nanti kalo aku dirumah sendiri gimana? Kalo tiba-tiba ada tikus pake baju gimana yah?"
"Lu sinting ya mana ada tikus pake baju, dodol." kakaknya menatap Varisha dengan tatapan aneh.
"Kevin jangan gitu dong. Selama ayah sama bunda di Jogja kamu harus jagain adek kamu."
"Risha kan udah gede bun, sekali-kali biar mandiri dia."
"Udah jangan gitu, bunda disana juga paling satu bulan. Setelah uti sembuh ayah sama bunda pasti langsung pulang kok."
Erika tersenyum kearah anak perempuannya. Ia sebenarnya tidak tega jika meninggalkan kedua anaknya, tetapi mau bagaimana ibu-nya juga sedang membutuhkannya.
"Emang berangkatnya kapan yah?"
"Besok pagi berangkat, memang ada apa Vin?"
"Ngga ada apa-apa sih pah. Yaudah Kevin naik kekamar dulu ya yah, bun."
Setelah sampai dikamar, ia menuju balkon. Kamarnya memang sangat nyaman, apalagi saat malam hari bila cuaca sedang cerah ia akan melihat bulan dan ribuan bintang yang bertebaran diatas langit hitam, sehitam hatinya sekarang.
Wuhuu!! Ini pendek ya:(
Part selanjutnya panjang kok hehe. Like&comment dongss♥️Ig: nadiadiian
Folow ya nanti nana folback💙💙
![](https://img.wattpad.com/cover/125747223-288-k861664.jpg)