Four

28.6K 1.8K 22
                                    

Happy reading and happy weekend. Vote and comment if you like it :)

Kindly follow my IG, guys : carmenlabohemian

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________

Sudah kukatakan, aku menikmati pekerjaanku. Yap, sebagai pelayan restoran. Rupanya tidak dibutuhkan hal rumit untuk membuatku bahagia.

Aku senang berada di antara orang-orang yang saling mengenal, wajah-wajah ramah - well¸walaupun beberapa ada yang terlalu ramah - yang mencari secangkir kopi panas ataupun sepotong kue pencuci mulut khas Mrs. Smith. Aku senang mendengar denting gelas dan piring, bunyi percakapan di antara mulut-mulut yang sibuk mengunyah, menikmati aroma harum makanan dan gosip-gosip yang melewati telinga dan bagaimana waktu berjalan cepat di antara meja-meja yang mengisi seluruh lantai restoran ini.

Tapi, ada satu bagian kecil yang terkadang mengganjal kesempurnaan tersebut. Well, actually it was like nothing. Namun mungkin, itu hanya bagian dari sifat paranoidku. I told you, I was a big city girl. Anything could happen in the big city... semua yang mungkin tidak terpikirkan olehmu bisa saja terjadi di kota besar. Dan bagian diriku itu terbawa hingga ke Smithfield - memalukan, memang. Merupakan bagian dari pekerjaanku dan Irene untuk membersihkan dan menutup restoran setiap malamnya dan kami sepakat untuk melakukannya secara bergantian alih-alih bersamaan.

Aku tidak mengeluh. Aku senang membereskan restoran kecil ini dan menikmati ketenangan di tempat yang biasanya dipenuhi dengan begitu banyak kesibukan. Aku akan mulai bernyanyi kecil ketika membersihkan tempat ini, merapikan meja dan kursi, mengelap konter, membersihkan peralatan yang tertinggal dan mengepel lantai. Lalu ketika segalanya selesai, menunggu hari berganti dan restoran ini siap dibuka besok pagi dengan rentetan hidangan hangat yang enak, aku mematikan semua lampu dan beranjak ke pintu belakang. Di saat-saat seperti inilah, ketakutan tidak masuk akalku menyelinap pelan, mendesak keberanianku dan berusaha menjatuhkannya.

"Ayolah, Charis. Jangan bersikap konyol. Ini Smithfield, semua orang saling mengenal."

Ya, itu salah satu ketakutan konyolku, bagian dari diriku yang tidak begitu aku sukai namun sulit untuk dibuang. Aku mengangkat lengan dan membenarkan tali tasku dengan tangan lain lalu memutar kunci dan menarik kenop pintu, meyentaknya hingga terbuka. Udara malam yang sejuk menyambutku ketika aku bergerak keluar. Aku membalikkan punggung pada malam dan membiarkan keheningan itu menyergapku dari belakang ketika aku buru-buru mengunci pintu belakang restoran dan mengeceknya untuk memastikan aku tidak lalai. Dan aku berbalik cepat, menarik napas dalam - atau aku rasa itu helaan lega - ketika mendapati kegelapan itu hanya kegelapan. Tidak ada siapa-siapa di sana, tidak ada pembunuh gila yang bersiap menyergapku, tidak ada penjahat sinting yang tidak ragu-ragu melukaiku dan tidak ada pemerkosa sadis yang tengah menungguku.

"It's all in your mind, Charis."

Terkadang, aku membenci pikiranku sendiri - terlalu kreatif sehingga membuatku takut pada diriku sendiri.

Aku menarik napas kembali, meredakan jantungku yang mulai berdebar sedikit terlalu keras dan menarik kembali tali tasku seakan ingin memastikan benda itu masih di sana, lalu mulai menyusuri jalan. Diner Smith tidak terletak di antah-berantah, namun jalan-jalan di Smithfield sudah lengang jika menjelang malam. Apalagi, ini sudah di atas jam sepuluh. Penduduknya yang terbilang santai lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah sesudah makan malam, sementara penduduknya yang lebih muda menghabiskan waktu di bar-bar kecil di bagian kota yang lain.

Aku memutar cepat melewati bagian samping restoran untuk kembali ke jalan utama, menyusuri troatoar yang sepi yang hanya diisi oleh nyanyian binatang malam. Aku berusaha berjalan senormal mungkin, dalam kecepatan langkah yang biasa, tidak terburu-buru karena itu sungguh tidak perlu ketika aku melewati rumah demi rumah yang lampunya sudah kebanyakan dimatikan - artinya si pemilik sudah tidur.

Aku merapatkan jaket panjangku dan melangkah untuk melewati satu blok lain sebelum memasuki lorong tersebut. Ini bukan jalan yang akan aku pilih, tapi sayangnya ini satu-satunya jalan untuk pulang ke pondok sewaanku. Hatiku berdegup dua kali lebih keras setiap kali aku melangkah masuk. I know it's so stupid, but I can't help it. Lorong itu panjang, gelap dan kau tidak akan bisa melihat apapun dalam jarak lebih dari semeter.

Aku melangkah lebih cepat, nyaris berlari sebenarnya, satu-satunya yang mengisi telingaku hanyalah bunyi napasku dan debam sepatuku. I should have listened to my instinct... it's trying to tell me something. Semua ketakutanku, semua sikap paranoidku, semua itu mungkin berasal dari alam bawah sadarku yang membaca bahaya yang tidak pernah aku sadari tengah diam-diam mengintipku.

Segalanya sudah terlambat ketika aku menyadarinya. Bayang-bayang gelap yang selama ini mengikutiku, mengendap-endap dalam malam sehingga aku tidak pernah menyadari keberadaannya, kini sosok itu keluar dari kegelapan. Semua terjadi begitu cepat, mungkin dalam hitungan detik yang singkat. Aku bahkan tidak sempat menoleh dan jeritanku tertahan oleh telapak keras itu. Jantungku serasa pecah ketika aku menendang-nendang liar sementara tubuh yang tengah menyergapku dari belakang terasa sekokoh batu.

"Got you, bitch." Suara parau yang menakutkan, yang berbisik di dekat telingaku dan aku merasa kekuatanku menghilang, roboh oleh sesuatu yang menekan, mendesak masuk ke dalam indera penciumanku - sesuatu yang manis, seperti karet, sesuatu yang... entahlah... aku hanya merasa tubuhku melorot dan mataku semakin berat.

Benakku meredup, tubuhku ingin melawan, tapi aku tidak punya kekuatan itu.

Oh God, ini seperti mimpi buruk yang berubah nyata.

Dan itu satu-satunya yang mengisi benakku sebelum aku kehilangan kesadaran.

Somebody, help me!

--------------

Silakan cari ebooknya di GooglePlay atau di akun carmenlabohemian di karyakarsa.com


UNDER HIS SKIN (DOMINATION #1) - SUDAH TAMAT DAN SUDAH DITERBITKAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang