✴✴✴Berargumen adalah hal yang aku benci. Terdengar useless apalagi dengan lawan bicara yang kepala batu. Sebenar apapun aku meyakinkan dia, dia gak akan mau kalah. Mungkin didikan jalanan yang membuat dia jadi seperti sekarang.
Egois, childish, gila hormat
Paket komplit dengan sikap dia yang urakan. Setiap pagi nyetel lagu dangdut sampai satu Rt dengar. Karena kodrat perempuanku, selama ini aku hanya diam tanpa berkomentar apapun.
Aku gak habis pikir kenapa ibuku sampai hati jatuh ke pelukan dia, bergelendot ria padahal hanya kata kata buruk yang keluar dari mulutnya. Kembali lagi ya; cinta memang buta. Andai waktu bisa di setting ulang aku ingin menghapus genderuwo itu selamanya.
Badan pria itu tinggi besar, item, mukanya lurus kaya perosotan anak SD, dan mulutnya yang na'udzubillah melatih kesabaran banget. Dari 13 tahun hidup bersama aku masih aja gak bisa nerima yang satu itu. Aku muak, aku mau berontak, batinku lelah. Bagaimana sikap dia untuk aku dan keluargaku. Apa sebenarnya arti ayah bagi dia?
Lahir dari keluarga sederhana, Ibuku hanya wirausaha catering , omset usaha ibuku sedang menurun karena bahan baku yang kian menanjak Dan cuaca buruk membuat keluargaku diselimuti ketegangan internal. Ayahku sudah lama terkubur, kini perananya digantikan oleh si genderuwo itu, aku again gak sudi manggil dia ayah kalo bukan karena mamah. Mereka menikah saat aku berusia 12 tahun.
Percaya atau tidak ,dulu aku pernah bahagia. Dulu ,tapi lupa kapan.
✴✴✴
Kucuran keran air di halaman rumah reot itu semakin becek menumbuki tanah. Didalam bilik sana ibuku menyuci setumpukan baju yang sudah seminggu lebih numpuk di cucian kotor. Dengan berbalut singlet, rambut diikat konde , beberapa anak rambut menempel didahinya bercampur dengan keringat. Tanganya telaten menyuci helai baju kami dalam bilik kamar mandi di luar.
"Mas aer bocor lagi!" Teriaku, melongokan kepala supaya suaraku terdengar sampai teras depan. Suamiku datang dengan tampilan cukup kucal, kaos oblong dan celana jeans belel. Tubuh gempalnya berjalan kearah selang air yang bocor.
air dihadapanku mulai bergejolak, Kumasukan potongan kentang sambil membolak balik mereka yang menari terkena buih panas dalam panci. Ujung telingaku mendengar suara ribut dari luar. Sepertinya mereka berantem lagi. Demi apapun kesabaranku habis, mendengar kata kata gak ngotak genderuwo itu membuatku naik pitam.
"Beli aja kenapa sih Des, ngerepotin aja lo ah," Kebiasaan suamiku adalah menggerutu sambil bekerja, aku hanya diam mendengarkan celotehan dia karena jujur aku sudah terbiasa demikian.
"Lo baru disuruh benerin selang aja bacot, kemana lo selama ini ngeluh doang jadi laki!" emosiku tak terkontrol. Suaraku bergetar, takut. Ibuku dan genderuwo itu menatap kearahku bersamaan. Keduanya melongo.
"Siapa lo anak bau kencur, gede gua urusin lo malah kurang ajar"
"Gua gak hidup dari lo, yang biayain gua sampe gede tuh mamah bukan lo," "siapa lo ,tiap hari maki maki mamah doang,lo laki apa banci"
"Berisik lo belon pernah gua pukul sih lo brengsek!" Tubuhku terlonjak ketika suamiku hampir berlari kearah putri. Matanya merah, aku sadar ini akan berakhir buruk kalau aku tidak melerai mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Say
Short Story"Penyesalan memang datang belakangan," begitu kiranya yang aku rasakan saat ini. Seperti kodrat perempuan pada umumnya .Kami hanya saling diam, saling menunggu ,saling berdoa. #AudisiOnlineTheWWG3