Satu Kasus yang Selesai

17 6 4
                                    

G ang yang seharusnya berupa jalanan sempit yang sesak dengan tumpukan sampah, tetapi tidak, mereka berdiri di depan sebuah pintu besi, setelah Reon mengotak-atik lubang kunci, mereka masuk, kedalam sebuah ruangan bata merah yang sangat luas. Disitu terdapat banyak harta hasil curian. Kenzaki sungguh tak menyangka, ditengah kota besar seperti ini banyak harta curian bertumpuk tanpa ada satu orangpun yang menyadarinya.

  Di ujung ruangan terdapat sebuah pintu besi lagi, yang dibagian atasnya ada sebuah jendela kecil.

Reon dan Kenzaki melangkah melipir menuju pintu itu. Sama sekali tak ada orang disitu. Tapi tetap saja mereka harus tetap was-was. Mereka mengintip melalui jendela kecil itu. Ruangan itu juga kosong.

Tapi firasat Kenzaki mengatakan jika ada sesuatu di ruangan itu. Rupanya Reon juga berpikiran sama dengannya. Maka tanpa kesepakatan lisan, mereka mendorong pintu yang tidak terkunci itu, bau cerutu yang tajam menusuk hidung mereka. Dan, betapa terkejutnya mereka ketika melihat mayat ditengah ruangan.

   Itu Professor Yoshi. Disudut bibirnya terdapat busa, dan ujung jarinya sedikit membiru. Reon mengendus mulut Prof. Yoshi yang terbuka.

  "Almond."  ujar Reon sementara Kenzaki memeriksa ujung-unjung jari Prof. Yoshi.

  "Tidak salah lagi, ini pasti sianida." kata Kenzaki.

  "Iya." tambah Reon, "tapi kenapa mereka membunuhnya?" tanya Reon penasaran.

  "Sudah jelas, kan? Pasti mereka ingin mengu--"

   Suara Kenzaki terhenti ketika pintu terbuka. Refleks, dia mendorong Reon ke tumpukan kardus di sisi tembok sementara dirinya tetap disitu.

  Seorang pria bertampang yakuza yang menyeramkan memasuki ruangan, mulunya mengisap cerutu.

  Sesaat matanya tampak ketakutan melihat mayat Prof. Yoshi yang pindah posisi, tapi matanya langsung berkilat penuh nafsu melihat Kenzaki.

   "Kesalahan, kesalahan," ujarnya seraya menggoyang-goyangkan tangannya yang ada cerutu. "Kau tahu rahasiaku, maka kau harus membayarnya." dia berjalan mendekati Kenzaki yang pura-pura panik, dan bertingkah seperti perempuan lemah yang ketakutan.

   Tangan pria itu langsung berjalan ke payudara Kenzaki yang memakai bra berbusa tebal sehingga terlihat besar. Tangannya meremas payudara palsu itu, berharap menggenggam sesuatu yang kenyal, namun zonk!
 
  "Kosong!" teriak yakuza itu murka.

  "Bingo!" teriak Kenzaki seraya menarik lepas samarannya. Ia muak. Tangan Kenzaki mengepal dan dia menonjok wajah yakuza itu dengan sekuat tenaga. Menyebabkan wajahnya biru lebam.

  "Hhh.." yakuza itu menutupi setengah wajahnya dengan telapak tangannya seraya tersenyum jahat, "kau ingin bermain denganku? Wahai wanita berbatang?"

  Demi apapun, emosi Kenzaki memuncak, naik ke ubun-ubun saat yakuza itu mengeluarkan kalimat yang salah itu dari mulutnya.

  "KAUU!!" Tinju Kenzaki bersiap bertemu dengan wajah yakuza itu, tetapi laki-laki kejam itu berteriak,

  "Semua!"

   Belasan pria tampan yang aneh langsung memasuki ruangan, sementara Reon langsung melompat dari tempat persembunyiannya, dia terlebih dahulu menepikan mayat Prof. Yoshi, lalu langsung ikut bergabung dengan Kenzaki.

  Reon dan Kenzaki saling memunggungi, tersenyum miring. Kenzaki bahagia karena kodratnya akhirnya kembali.

"Sudah lama tidak pemanasan?" tanya Kenzaki.

Reon hanya tersenyum lebih miring lagi seraya mendengus.

  "SERANG!!" seru yakuza.

"UOOOOOO!!!!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Prince of Mistery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang