PART 6

121 2 0
                                    

"WOI, lu mau ngapain? Ini lukisan orang, main robek aja lu!" tanya Azzam padaku.

"Udahlah percaya aja sama gua." Aku melepaskan genggaman Azzam dan lanjut melubangi bagian dari lukisan tersebut. Ternyata firasatku benar, ada cahaya yang menerangi ku dibalik lukisan yang terang ini. Sebuah lantera hijau yang terlihat awet bersinar terang ke arahku dan mengundang Azzam untuk ikut melihat.

"Wuidih, pinter juga lu!" kata Azzam sambil menepuk pundakku.

"Ok, sekarang kita balik ke atas, terus kita sembuhin orangnya pake ini, katanya." Kataku sambil memegang lantera hijau. Lalu kami menuju tangga untuk ke kamar di atas, tiba-tiba lukisan itu hidup dan seperti ada yang muncul dari lukisan itu, kami melihat ke belakang dan ternyata benar sebuah harimau hitam pekat dengan bintik-bintik putih berlari ke arah kami, seluruh langkahya penuh dengan darah, ekornya menyapu sana-sini seperti ekor kalajengking yang siap meracuni mangsanya. Kami berdua berlari sekencang-kencangnya dari hewan aneh ini, aku melihat kebawah, hewan ini bergerak sangat cepat ditambah dengan warnya yang gelap menjadikanku tidak bisa melihat keberadaan hewan ini, secara tak sadar hewan ini sudah berada 5 langkah di belakangku.

Aku berteriak ketakutan sambil menyorot lantera hijau yang ku pegang di tangan kirku ke arah harimau ini. Lantera hijau itu memancarkan sebuah cahaya yang mengakibatkan hewan ini memberku.

"AYO, ITU MUMPUNG LAGI BERHENTI! NAIK OI, NAIIIK!!" Azzam menarik bajuku sampai ke lantai atas, kami berlari ke arah kamar tempat Fahri dan Kemal berada. Kami masuk dan menutup pintunya dengan berbagai barang seperti lemari kursi dan meja. Melihat ini, Fahri terbangun dari duduknya dan langsung menanyakanku apa yang membuat kita berdua berlarian.

"Lu berdua kenapa lari-lari gini?!" tanya Fahri dengan heran kepada aku dan Azzam.

"Tadi diluar ada harimau hitam ngga jelas, ngejar-ngejar kita berdua, ya gimana ngga panik!" ujar Azzam.

"yaudah, gausah omongin itu lagi. Gua udah nemuin cahaya yang dimaksud buku ini buat nyembuhin si Kemal." Kataku sambil memperlihatkan lanteranya kepada Fahri. Lantas aku berjalan ke arah Kemal yang terlentang di atas tempat tidur tua. Matanya masih terbuka, pupilnya masih berukuran sebuah titik hitam, lalu aku dekatkan cahaya ini ke mata Kemal. Dengan cara yang sulit dijelaskan, cahaya ini menyadarkan Kemal.

"HAAA!!!!!!" Kemal tersadar.

"APA YANG TERJADI ?!" Kemal bertanya kepada kami bertiga.

"Kita masih didalam rumah dan kita kehilangan Raka." Fahri menjelaskan kepada Kemal secara singkat, padat, dan cukup jelas.

"APA?! I....ini semua salahku." Ujar Kemal dengan artikulasi yang terendat-endat karena ingin menangis.

"Udah, ini salah kita semua." Kata Azzam yang sedang duduk di kursi pada sudut kamar.

KRAAK!! JDARR!! Pintu kamar tersebut hancur oleh harimau tadi. Tak ada satupun yang sadar bahwa harimau itu sudah berada disamping Azzam, lalu harimau itu menghantam Azzam dengan hantaman yang luar biasa keras, dan harimau tersebut menikam Azzam dengan sadis. Azzam pun mati, cokelat muda ditembok kini oleh merah darahnya Azzam. Perlahan-lahan harimau itu menatap kami dengan tatapannya yang tajam.

"AZZAM!!! SIAL!!" Teriak Kemal histeris.

"KITA HARUS LARI, TAK ADA WAKTU LAGI!" Sahut Fahri.

Aku tidak dapatberekspresi apapun, hanya tatapan kosong yang bisa ku perlihatkan kepadateman-temanku. Apa yang barusan terjadi? Apa yang barusan melintas dimataku?Apa ini? Apakah ini yang diinginkan tuhanku? Apakah ini akan menjadi dongengkepada cucu-cucuku nanti? Aku berpikiran seperti ini karena optimis merupakankuncinya, jika kita sudah berpikiran pesimis, maka habislah sudah. Tak adatetesan air mata yang keluar, hanya tatapan kosong, aku berlari dengan tatapankosong sambil meliaht lingkungan yang terjadi padaku.    

ASLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang