01 Desember, 2017
Pandangan gue lurus kedepan, melihat derasnya hujan turun dari langit dari balik kaca tempat biasa gue menghabiskan waktu. Mengurung diri sendiri dengan menyibukkan diri di warung kopi merupakan rutinitas yang gue jalani dalam beberapa bulan terakhir. Saat-saat seperti ini gue harus memfokuskan diri menghadapi kewajiban-kewajiban sebagai mahasiswa akhir.
Yah kenalin, nama gue Fury. Mahasiswa pendatang di Kota Yogyakarta, kota tujuan mainstream bagi para insan yang ingin melanjutkan studinya. Kota yang ramah, menyediakan jutaan kenangan bagi insan yang merindu kampung halaman. Kota yang berbudaya, dengan kesantunan masyarakatnya. Cukup aja gue deskripsikan kota ini, tidak akan pernah ada habisnya jika gue harus menceritakan Yogyakarta.
Di depan laptop biasa gue menghabiskan waktu, menjadi sahabat terbaik dan sumber kebahagiaan bagi mahasiswa tua untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya.
Ah... rintik hujan ini mengingatkan gue pada...
"PING!!!"
"PING!!!"
"Fur, dimana sih kamu? aku nge-bbm kamu daritadi gak bales bales""Oh iya maaf, tadi bbku lowbet"
"Sekarang kamu dimana? jadi pulang bareng kan han?"
Itu gebetan kesekian gue di SMA, namanya Hani. Hani itu adik kelas gue satu tingkat di SMA. Gue tertarik sama Hani pada pandangan pertama, saat gue jadi mentor MOSnya saat dia baru masuk pertama sekolah.
Hani salah satu gebetan yang gue taksir, karena namanya juga anak SMA sebisa mungkin menjalin hubungan dengan banyak cewe, biar makin dibanggain di tongkrongannya.
Oh iya dulu SMA gue di Jakarta, di SMA 120 Jakarta tepatnya. Sekolah yang memorable banget pokoknya deh!
Lanjut ke Hani yah, gue udah kenal sama doi sejak MOS sampai pada akhirnya gue sudah semester 1 akhir saat kelas 11 semakin serius ngedeketin dia dan akhirnya, Gue jadian sama dia.
Iya gue jadian untuk pertama kali di SMA, menurut gue itu satu pencapaian tersendiri buat gue. Gue seneng banget waktu itu, apalagi pada saat gue nembah Hani saat pencalonan gue menjadi Ketua OSIS di sekolah gue.
Gue tembak dia setelah gue anter jemput dia ke sekian kalinya didepan rumahnya secara langsung.
"Han, lu mau yah jadi pacar gue?"
Sesimpel itu kalimat permintaan gue terhadap dia agar dia mau jadi pacar gue.
"Hmmmm, iya gue mau kok."
Kalimat itu adalah salah satu kalimat yang gak bisa gue lupain, even sampai saat ini sekalipun, gue masih ingat saat respon malu malu dia saat menjawab permintaan dia.Dan mulai dari saat itu, gue resmi jadi pacarnya Hani :)
Dan dua hari kemudia, gue resmi jadi ketua OSIS di sekolah gue :))
Dua kebahagiaan yang gak bisa gue ungkapin dengan kata-kata, hanya syukur yang bisa gue lakukan, pada waktu itu.
Akhirnya gue menjalani kehidupan pacaran gue.
Kita bbman,
Kadang kita smsan,
Seringkali kita telponan,
Beberapa kali kita makan bareng,
Gue anter dia ke sekolah dan pulang,
Dan hal yang paling gue inget,Saat gue bermain futsal mewakili kelas gue untuk kompetisi antar kelas di sekolah gue, sehabis permainan selesai dia nyamperin gue.
"Ini pocari sweat buat kamu.."
"Terimakasih banyak han"
Mungkin kalau zaman sekarang, pada masa itu gue di sebut "Budak Cinta" karena begitu takluknya gue sama dia sampai sampai gue rela melakukan apapun untuk dia.
-Kesibukan mulai mendera-
Iya gue pacaran di saat gue mulai menjabat sebagai Ketua OSIS. Dan program kerja pertama gue waktu itu adalah menyukseskan acara Hari Guru yang jatuh pada setiap bulan november.Kesibukan gue mulai menggila.
Memimpin rapat setiap hari.
Memastikan semua sesuai dengan yang direncanakan.
Namun,
Hal itu yang kurang disukai Hani.
Hani menginginkan gue harus ada selalu bersama dia,
Setiap hari...
Itu yang gak bisa gue lakuin, menjadi Ketua OSIS adalah salah satu amanah terbesar dalam hidup gue. Gue gak pengen mengecewakan semua, tapi tidak untuk Hani.
-Pesan BBM gue-
"Kok kamu sibuk banget sih yang?sampai kamu lupa sama aku yah?
"Yang..."
"PING!!!"
"PING!!!"
Gue nggak tahu kalau dia BBM gue, gue sedang memimpin rapat dan BB gue sedang dalam mode senyap.
Habis gue mimpin rapat, gue bales BBM dia
"Maaf sayang, aku habis mimpin rapat, saat ini OSIS jadi prioritasku karena lagi ada event gede sebentar lagi di sekolah kan..."
Dan dia hanya membaca pesan itu.
Dari sana mulai keretakan dalam hubungan gue dengan dia.
Sampai pada akhirnya gue sering berantem dengan dia,
Dan gue pun tipenya bosenan, ketika dia tidak menarik lagi buat gue...
-Kata "Putus" itupun keluar-
Pada akhirnya gue putusin dia karena gue gak tahan sama sekali dengan sikapnya seperti itu.
Hal itu sempet bikin gue drop karena akhirnya gue jadi Jomblo lagi di SMA.
Gue ambil kopi hitam gue, gue minum untuk mengingat kembali rasa itu, saat dulu. Masih di bawah rintik hujan Kota Yogyakarta.
Sehabis itu gue gas terus, karena kesibukan gue sebagai Ketua OSIS dan diamanahi juga sebagai salah satu Ketua Forum OSIS se Jakarta, membuat gue cepat melupakan hal itu dengan tenggelam dalam kesibukan gue.
Gue bukan tipikal orang yang cepet move on, tapi gue orangnya dengan mudah melupakan segala sesuatunya, tapi saat teringat kembali ke masa itu, gue ingin rasanya mengucapkan terimakasih ke dia, karena dia salah satu orang yang berperan dalam hidup gue, karena bersama dia semakin mendewasakan gue dalam menjalin hubungan, baik pertemanan maupun ke arah yang lebih serius.
Setelah itu, namanya juga anak SMA, pasti kepengen banget untuk dapetin cewe lagi, akhirnya gue deket dengan temen se angkatan gue tapi dia beda kelas sama gue, Namanya Lisa. Menurut gue dia salah satu orang yang paling manis di sekolah gue, gue sangat berharap agar dia jadi bagian dari hidup gue.
Namun beda dengan sebelumnya, Lisa merupakan tipe cewe yang sulit untuk ditaklukan. Segala jurus sudah gue coba untuk menaklukan dia,
Gue coba ajak dia untuk makan bareng,
Gue coba dia untuk ajak ngobrol sesering mungkin,
Baik lewat chat maupun secara langsung,
Gue berharap banget dia jadi bagian hidup gue,
Iya gue berharap banget.
Banget.
Akhirnya gue coba untuk menyatakan rasa gue langsung kepada dia.
Tapi apa yang terjadi?
Gue ditolak.
"Maaf fur, kamu memang baik, ramah, peduli dan peka dengan yang disekitar, tapi aku belum menemukan rasa itu fur, aku nggak mau memaksakan diri, aku suka kamu fur, tapi sebagai sahabat, tidak lebih"
Seketika lidah gue keluh
Gue balik kanan, meninggalkan dia sendiri
Di depan sekolah.
Saat gue ke tongkrongan, hal yang gue lakukan hanya termenung.
"Lu ngapain begok fur, diem diem kayak orang tolol"
Itu Akbar, sahabat gue yang gue kenal pertama saat dia jadi anggota OSIS di kepengurusan gue.
"Main FIFA kita dirumah si Permana aje"
Kata Dika, sahabat gue dari kelas 1 SMA, salah satu orang pertama yang gue kenal di SMA.
Akhirnya gue cerita sama mereka
"Gue ditolak bro"
"Ah serius lu"kata Akbar
"Goblok lu bikin malu gue aja lu tolol!!" Dika menimpali.
"Udeh nanti gue ceritain di tempat Permana aje" Kata gue.
"Fur, fur kalau mau nembak gitu, koordinasi dong, si Lisa itu sekarang lagi deket sama temen SMP gue" Kata si Akbar.
"Tolol lu gendut, kok lu gak cerita sih!" Respon gue terhadap omongan si Akbar.-Bersambung-
-
YOU ARE READING
Pergi Jauh dari Rumah
Romance"Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu, masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna, terhanyut aku akan nostalgia, saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama" Katon Bagaskara - Yogyakarta Dalam kisah ini a...