Kala itu

23 1 0
                                    

Aku tau apa yang terjadi adalah bagian terbaik dari rencana Tuhan.
Termasuk mengirimkan seorang ayah untuk kami.
Iya aku memiliki nya. Aku memiliki ayah.

Berbeda halnya dengan ayah pada umumnya, ayah ku tidak seperti itu.
Dia manusia kasar, peminum. Kalau ada pun kata diatas itu itulah dia. Aku tidak mampu mendeskripsikan tentang dirinya.

Sejak lahir ku dimulai dengan kakak dan adik adik ku, kehadiran kami memang tidak terterima. Baik dirinya maupun keluarganya yang lain.
Aku hanya punya ibu. Hanya dia salah satu orang yang selalu terlihat baik dengan keadaan rumah tangganya.

Sampai pada akhirnya, kami punya satu masalah. Dimana adikku kecelakaan. Kami bingung. Dengan dana yang besar untuk pengobatannya. Beruntung pada saat itu kakak telah bekerja, dan dialah yang membantu bukan membantu tapi dia yang membiayai pengobatan nya keseluruhan.
Berbekal keberanian diri dalam bekerja ketika pergantian sift dihadapi. Pulang tengah malam dan hampir pagi demi kami.
Ayah? Kemana sosok yang selalu teman ku banggakan itu?
Tapi dalam hati aku mengelus dada bukankah kita harus bersyukur?
Terkadang aku juga bertanya apa tujuan mu Tuhan untuk hidup ku ini? Sampai sekarang akupun belum menemukan jawaban semesta perihal ini. Semesta memang suka bercanda bukan?

Sampai ketika ibu dihadapkan oleh pilihan yang cukup sulit. Antara memilih anak atau suami?
Kalimat sederhana namun memiliki jawaban yang sulit bukan?
Dia merenung saat itu juga.

"Aku memilih anakku"
Tiga kata yang membuatku merasa bangga karena dia telah memilih pilihan yang tepat. Dan akhirnya ayah pergi kerumah yang dibangun bersama.
Pada hari itu juga kami diusir. Dia memutuskan hubungan dengan kami sampai sekarang.
Dekat memang jarak tempat tinggal kami.
Sangat dekat. Mampu ditempuh dengan kaki.
Bertemu pun seolah olah bagai orang asing. Sampai suatu ketika aku bersama teman sedang lewat
"Kenapa ayah mu tidak disapa?"
Aku enggan menjawab nya. Tapi kujawab
"Dia bukan lagi ayah ku semenjak dia memutuskan hubungan itu mir"
Dia pun maklum.

Kami diombang ambing kan masalah. Badai hidup yang tak bisa kuhindari. Kami diusir dari tempat nenek yang kami tumpangi hanya karna hal sepele. Pindah? Tidak. Kami tetap bertahan.
Teringat pesan ibu sabar, ini hanya sementara. Sabar sebentar lagi

Iya yang harus kulakukan hanya sabar. Berdoa setiap hari sepanjang hari.
Karna pada hakikat nya manusia harus berserah kepada yang Kuasa bukan?

Aku berserah Tuhan. Aku berserah.
Apapun yang terjadi pada ku adalah cara Tuhan semakin menguatkan aku.
Kuingatselalu tekad ku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I MISS YOU DAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang