Nama asliku Zhang Xiuhuan yang dalam bahasa Cina artinya Tampan dan Penuh Sprit. Tapi, teman-teman biasa memanggilku dengan nama Brayen. Sesuai dengan namaku, aku merupakan keturunan Tionghoa. Ibuku WNI dan ayah WNA.
Pasti kalian ingin menanyakan bagaimana pertemuan pertama antara Ayah dan Ibuku bukan? baiklah. Akan ku ceritakan sedikit. Kata Ibuku Ayah merupakan Turis asing yang datang liburan dari Hebei, Cina. Dan saat itu kebetulan sekali Ibuku yang menjadi pemandu wisata mereka. Yah, mungkin seperti yang kalian pikirkan. Ibu dan Ayah saling berkenalan kemudian dekat dan mulai jatuh cinta, hingga mereka memutuskan untuk menikah di Indinesia lalu tinggal di cina sampai lahirlah Aku.
Kami pindah ke Indonesia saat aku berumur 11 tahun. Dan bisa dibayangkan betapa mengerikannya diriku saat itu ketika harus beradaptasi dengan lingkungan yang masih begitu asing buatku. Perlu kalian tahu, Aku sempat merajuk kepada kedua orangtuaku yang ikut menyeretku bersama mereka. Dan lebih menyedihkannya lagi, mereka membuatku harus meninggalkan kakek dan nenek serta teman-teman yang sangat Aku cintai.
Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa Aku mulai terbiasa dengan budaya serta keadaan di sini. yah, meskipun butuh jangka waktu lama hingga Aku benar-benar bisa beradaptasi dengan baik. Kehidupanku terus berlanjut meski saat ini Aku harus mati-matian menahan rinduku yang besar terhadap seseorang. Kalau kalian bertanya dia siapa? Aku akan menjawab bahwa dia adalah 'harapan'. Kenapa 'harapan?' Yah, bisa di bilang dia orang yang kusukai sejak Aku masih kanak-kanak dan sayangnya sampai saat ini Aku belum bisa jujur tentang perasaanku padanya. Lebih tepatnya, mustahil bagiku untuk menyatakannya.
Dan dia adalah Lindsay gadis yang sudah pasti memiliki satu denganku, aku sudah menyukai dia sejak masih berada di china. Satu-satunya gadis yang ku sayangi, bisa di bilang dia adalah Cinta pertamaku. Garis bawahi. Dan kalian pasti tidak menyangka kalau kami sudah terpisah selama beberapa tahun lamanya.
Terakhir kali Aku bertemu dengannya 3 tahun lalu, ketika menghadiri acara pemakaman Nenekku. Saat itu memoriku masih memutar jelas ketika Lindsay terus menghiburku untuk mengikhlaskan kepergian Nenek. Jujur, sampai detik ini pun Aku masih belum bisa melupakan nenek. Rasanya, Aku bersalah karena waktu itu sudah meninggalkannya.
Dan sejak itu, ketika Aku kembali ke Indonesia setiap hari Aku dan Lindsay selalu berkirim pesan. Entah, hanya sekedar basa-basi atau pun melepas rindu. Dan bodohnya, sampai saat ini terus menyembunyikan perasaanku. Jujur saja, ini terlalu mustahil bagiku. Sungguh. Aku sadar, kalau perasaan ini tidak mungkin. Maksudku, bagaimana bisa, aku mencintai sepupuku sendiri? Kalian pasti kagetkan? Yah, sungguh miris. Dan ironisnya cinta yang aku rasakan padanya, bukanlah hanya sekedar cinta antara saudara yang sewajarnya. Melainkan aku mencintai dia sebagai seorang Kekasih.
Lama sekali aku termenung menatap gelas kaca kecil dengan gambar wajahku dan Lindsay yang menempel jelas dipermukaan licin itu. Sungguh, kenangan yang manis dan juga pahit layaknya Kopi hitam dengan sedikit gula.
Dan ketika Aku sedang asyik mematung di koridor dekat Mading Kampus, mendadak tubuhku langsung terdorong dan hampir membuatku membentur kaca di sampingku.
PRAANG!
Gelas yang baru saja bernostalgia indah denganku, kini malah terjun bebas di lantai dan hanya menyisakan beling-beling yang kini berserakan tak karuan. Aku mengangkat pandanganku yang sebelumnya terfokus pada sesuatu yang ada di bawah kakiku, berganti menatap syok terhadap satu makhluk yang menjadi penyebab benda kesayanganku hancur.
"Ma- maafkan aku. Aku akan menggantinya,"ujar gadis berambut panjang itu terlihat panik.
Oh astaga! Rasanya Aku ingin berteriak sekeras mungkin untuk menenangkan otakku yang hampir meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Glass (ONE SHOOT) END
Short StoryNaura adalah gadis yang sangat aku hindari di kampus. Aku bahkan tak mengerti kenapa gadis ini selalu tersenyum padaku padahal aku sudah berkali-kali berkata kasar padanya. Apa dia normal? namun, siapa sangka kalau pada akhirnya dialah yang sangat a...