we

3.1K 482 32
                                    















—𖧑—

Sebulan kemudian aku keluar dari sekolah.

Tidak ada gunanya juga, ditambah doktor mengatakan padaku bahwa aku harus tidak terlalu dalam kondisi stress.

Tapi itu tidak mengurangi waktu kita bersama. Awalnya, kau ingin melewati kelas. Jadi aku memberimu omelan penuh, dan akhirnya kau menyerah, mengatakan bahwa tidak enak hati berdebat denganku.

Aku tertawa sesudahnya. Sulit untuk bertindak seolah-olah aku marah padamu, karena sungguh, aku tidak bisa.

Jadi, sebaliknya, kau langsung menuju rumah saya, sepulang sekolah. Bahkan akhir pekan. Rasanya seperti kau sudah tinggal di sini. Dan terkadang aku mengkhawatirkan ibumu. Namun, hal itu tidak lama berlalu. Karena berhari-hari kemudian, orang tua dan ibumu berhubungan. Sehingga membuat satu masalah tidak perlu dikhawatirkan.

Ada hari-hari kami mencoba resep berbeda di dapur. Hari-hari ketika wastafel akan meluap karena kita terlalu sibuk memercikkan air satu sama lain selain mencuci piring. Lalu ada hari-hari ketika kau menyiapkan sarapan dengan ibuku, bahwa membuatku tidak bisa mengatakannya lagi siapa, di antara kami yang benar-benar tinggal di sini dan anak ibuku.

Lalu ada hari dimana kita menghabiskan malam menonton film, kartun, atau terkadang kita hanya berbaring di tempat tidurku dalam diam di kamarku, berbicara dengan akal sehat dan omong kosong satu sama lain.

All of them, I treasured.

dan juga ibuku... dia selalu memperingatkan kita. You can't get excited over... stuff," sekali dia pernah berkata begitu.

Dan kita berdua tahu apa maksudnya.

Well, Kami tidak benar-benar mengikutinya. Terkadang kita akan menjadi anak kecil yang licik. Kita akan memilih saat-saat ketika dia sibuk dengan dokumennya.

Padahal, dia benar-benar menangkap kita satu kali. Dengan senyum tak percaya dan humor, dia menggelengkan kepalanya dan meninggalkan kusen pintu. Jelas dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Namun, aku meminta maaf setelahnya. Dan ibuku berkata padaku bahwa dia akan mengawasi kami berdua.

"Jangan khawatir mom, kita tidak akan lebih dari ini."

Kalian harus melihat reaksinya saat aku mengatakan hal itu, dia menodongkan spatula padaku.

"Apa hatimu baik-baik saja?" kau bertanya padaku, memutus ciuman untuk membiarkanku mendapat pasokan udara, dan aku mengangguk sebagai jawabannya.

Hatiku baik-baik saja, hanya dadaku yang berdebar dengan cepat.

Kau menarikku ke dadamu, menyandarkan dagumu dibahuku.

Kau mengusap rambutku dengan lembut sambil mendengarkan deru napasku, bagaimana dadamu bernapas mengikuti irama milikku.

"Akan sempurna jika kita punya sebuah keluarga," kau memulai, bersamaan dengan kau membuat pola kecil di punggungku.

"Kemudian kita akan memiliki mini-Jungkook atau mini-Taehyung. Mereka akan berlari mengitari rumah dan tidak satu pun dari mereka lelah mengejar satu sama lain. Mengisi sebuah keluar dengan kehangatan penuh kasih sayang."

Sama seperti aku mencintai setiap mendengar impianmu itu, saat kau berpikir masa depan. Masa depan denganku....

It pains me.

Itu menyakitiku sebanyak kau membayangkan bagaimana kau mengambarkan potret kata-katamu tentang masa depan kita.

Dan bener-benar, aku ingin memenuhi harapan itu denganmu, Taehyung.

Namun menerima gagasan itu hanya disamakan dengan memegang sesuatu yang tidak dapat kita miliki.















Dan aku tidak bisa membiarkamu tenggelam dalam impian semu.

Saat impianmu adalah untuk membangun masa depan denganku.


















—𖧑—

You know... It's hurt me when I wrote this book... Damn I'm so emo ;-;

Dan entah kenapa aku lebih suka gaya penulisan yang langsung menjurus 'aku dan kau' dimana terasa seperti kalian sendiri yang merasakannya, kan?
jadi bagi yang tidak terlalu suka boys love bisa membayangkan dirinya menjadi 'aku' di sini hehe.

mute [kth + jjk] ⚣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang