Back to School

310 5 0
                                    

AKU tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Entah berapa kali semuanya berakhir dengan cara seperti ini. Aku tak tahu apa yang salah dengan perlakuanku, tetapi banyak yang mengatakan bahwa aku tak pernah peduli dan tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Padahal, kurasa semua itu tidak benar. Apakah memang salah jika aku menolak pernyataan cinta cowok-cowok yang tak kusukai? Yah, paling tidak aku tak ada perasaan pada mereka. Tetapi, meskipun memberikan penjelasan seperti itupun, bahkan sahabatku sendiri, Sherry, tetap mengatakan bahwa aku harus mengubah sikapku. Aku tak mengerti harus bagaimana lagi. Bingung! Hal yang sama terulang terus menerus, hingga sekarang dimulailah tahun pelajaran baru di sekolah. Ya, aku baru saja masuk SMA.

Aku datang agak pagi hari ini, seperti yang biasa kulakukan pada awal semester. Kulihat papan pengumuman pembagian kelas, dan aku sekelas lagi dengan Sherry. Kulihat lagi nama-nama lain yang tertera disana, dan aku mengenali sebagian besar dari nama-nama tersebut, karena berasal dari SMP yang sama denganku. Ada juga beberapa nama yang terdengar asing, tetapi ada satu nama yang menarik perhatianku. Alvin. Alvin? Siapa pula itu? Seorang cowok pastinya, tetapi bagaimakah rupanya? Kerenkah? Ah sudahlah, aku tak ingin terlibat dalam masalah yang sama lagi. Maka aku segera berbalik, dan hendak menuju kelas. Ketika seseorang menyenggol aku.

"Aduh," rintihku. "Siapa sih?" gumamku sembari melihat ke arah orang yang menabrakku. Seorang cowok.

"Eh, emm, sori.." kata cowok itu bingung sendiri. "Sori aku nggak sengaja, emm, kamu nggak apa-apa kan?" lanjutnya lagi.

Oh Tuhan. Baru pertama kali kujumpai seorang cowok yang gentleman begini! Biasanya kan kalau cowok nabrak yang dipikir selalu marah-marah melulu. Tapi cowok ini beda! Akupun kemudian berdiri, merapikan bajuku sekilas, dan melihat ke arahnya lagi. Ia tampak seperti sangat khawatir karena telah menabrakku barusan.

"Ah iya, aku nggak apa kok," kataku sambil tersenyum padanya. "Aku juga salah, soalnya berdiri di tengah jalan.. Sori ya.."

Kulihat ekspresi wajahnya berubah, ia tampak seperti lega mendengar perkataanku barusan. Lalu, pandanganku melayang pada badge nama yang tertera di seragamnya. Hah?! Bener nih aku nggak salah lihat? Dia.. ALVIN??!!

Aku melongo. "Eh? Kamu Alvin?" tanyaku ragu.

Ia langsung mengangguk. "Yup. Dan kamu? Oh, Madeline.. Kelas berapa?" tanyanya.

Masa dia Alvin yang di kelasku itu sih? Rasanya nggak juga deh. Tapi mungkin juga iya? Ahh, nggak tau lagi dah.

"Eh, 10-8.. Kenapa? Kalau kamu?" tanyaku. Ia tampak sedikit kaget sebelum akhirnya menjawabku.

"10-8?! Seru deh, aku sekelas sama kamu!" jawabnya antusias dan penuh semangat.

Aku jadi bingung sendiri. Ini orang kok, agak aneh ya? Haha! Masa sekelas denganku saja sampai seheboh itu? Biasa aja deh. Memangnya aku ini cewek yang sebegitu 'wow' nya kah? Kurasa tidak. Aku selalu merasa sebagai seorang cewek yang biasa-biasa saja. Tapi, cowok-cowok ini pada aneh semua.

"Oh, kamu Alvin yang di kelasku.. Ya udah deh, ayo ke kelas.." jawabku santai.

Ia mengangguk setuju, dan bersama denganku kami menuju kelas. Saat sampai di kelas, rasanya semua pasang mata memandangi kami berdua. Dengan berbagai macam pandangan tentunya. Ada yang bingung, heran, juga ada yang biasa-biasa saja. Alvin sedikit heran, tetapi aku biasa saja. Sudah biasa.

Aku melihat tempat duduk kosong disebelah Sherry di pojok kelas. Aku segera meletakkan tasku dan duduk disana. Lalu Sherry mendekatiku dan bertanya.

"Itu siapa? Pacarmu?" tanyanya menyelidik. "Kok nggak cerita sih kalo kamu udah punya cowok?" Envy deh!" lanjutnya sambil bercanda.

Aku tertawa. "Pacar? Demi apa aku punya pacar? Nggak lah. Dia cuma orang yang nggak sengaja nabrak aku waktu aku lagi ngeliat papan pengumuman," jelasku.

Days de AmoreWhere stories live. Discover now