Epilogue

165 24 60
                                    

D+3 Concert...

"Rel, Niki gimana?"

Farrel buru-buru keluar dari kamar tempat Niki dirawat supaya bisa berbicara dengan leluasa. Ia berjalan menuju salah satu bangku panjang di ruang tunggu pasien sambil terus bicara di telepon dengan Kiran.

"Nggak papa, katanya cuma kecapekan aja. Dehidrasi sama terlalu lelah gitu," Farrel duduk dan meluruskan kakinya. "Ini lagi makan ditemenin Kino. Ngomong-ngomong, lo kalo mau kesini pas weekend aja, Ran. Soalnya beberapa hari lagi emang jadwalnya dia transfusi juga sih."

Farrel mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai, mendengarkan ocehan Kiran di telinganya. Matanya menerawang nanar.

"Hm. Iya, weekend aja. Nanti gue sampein. Iya. Yo, bye Ran," Farrel mengakhiri percakapannya dengan Kiran di telepon. Ia melamun sejenak sebelum akhirnya menghela napas dan berdiri, kembali menuju ruang rawat inap Niki.

"Lo sih mbak." Terdengar suara Kino ketika Farrel masuk ke dalam. "Makanya, kalo dikasihtau sama gue tuh, dengerin."

"Iye, iye, bawel amat sih lo, dek."

Farrel terkekeh melihat Kino mengomeli kakaknya. Ia beringsut dan duduk di sofa, membiarkan Kino menempati kursi di samping ranjang Niki. Niki sendiri sedang dalam posisi duduk, menyantap makan malamnya setengah hati. 

Kino mulai berdecak-decak gemas. Ia menghela napas dan menggeser posisi duduknya lebih dekat kepada Niki, lalu menyambar sendok di tangan kakaknya itu dan meraih mangkok bubur di hadapan Niki. Niki hanya bengong ketika Kino mengacungkan sendok berisi bubur di hadapannya.

"Apaan?" tanya Niki. Kino memutar kedua bola matanya.

"Makan. Gue suapin. Kalo lo makan sendiri selesainya bisa sampe Cube ngeluarin girl group baru," ujar Kino membuat Farrel yang sedari tadi memperhatikan tertawa geli. Niki melirik Farrel sejenak sebelum melengos.

"Kan udah," katanya tapi akhirnya membuka mulut dan mengunyah bubur yang diberikan Kino. "Baru kemaren kayaknya Cube debutin grup baru."

"Boygroup itu," ujar Kino sambil mengaduk-aduk bubur di tangannya. "Namanya Pentagon. Membernya banyak banget, ada sepuluh orang."

Niki mengernyitkan keningnya. "Kok lo tau banget?"

Kino mendongak dan nyengir. "Hehe. Nama membernya ada yang sama kayak nama gue, masa. Namanya Kino juga, terus orangnya keren gitu. Gue jadi fans Pentagon aja ah, mbak."

Niki membulatkan kedua matanya. "Serius lo?"

"Iya," Kino mengangguk. "Lagu debutnya juga enak. Like a gorilla, like a gorilla, ow yeaaah!"

Niki bengong melihat adiknya menyanyi sambil memperagakan koreo lagu yang ia nyanyikan sebelum akhirnya mendengus keras. "Iye, lo itu kayak gorila emang."

"Yeh," Wajah Kino kembali datar. "Pokoknya gue fans mereka mulai sekarang. Nih sekali lagi. Ngeeeeng." Kino mengangkat sendok dan membuat gerakan seperti terbang. Niki meringis melihatnya tapi lalu membuka mulut.

"Emang gue bocah apa disuapin pake pesawat-pesawatan. Eh, jadi Melodude juga dong, No," kata Niki membujuk. Kino menggeleng.

"Lo aja ah. Gue bagian Pentagon, lo BTOB. Ntar kan kita Cube family gitu," ujar Kino sambil meletakkan mangkuk di atas nampan. "Nah, abis kan makanan lo! Coba kalo nggak gue suapin. Dasar manja."

"HEH KINO VARDANA ZAKRIE, SIAPA YANG MANJA YA, GUE—"

"Lagi di rumah sakit, Niki, jangan teriak-teriak." Suara Farrel menghentikan seruan barbar Niki yang langsung mengkeret. Kino berbalik dan mengacungkan jempol ke arah Farrel. Farrel sendiri balik menatap Kino dan memberi isyarat dengan matanya supaya Kino pergi. Kino mengangguk mengerti.

D-Day! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang