4. Reiki manja

19 3 0
                                    

Deeva : Mah Diva main kerumah Reiki ya, pulangnya agak telatan.

Diva mengirim pesan kepada mamahnya agar mamahnya tidak khawatir jika Diva pulang telat.

Sekarang Diva sudah berada di depan rumah Reiki. Diva pun memencet bel yang berada di depan rumah bergaya minimalis itu.

Tidak lama akhirnya muncul seorang wanita berumur 40 tahunan yang membuka pintu.

"Eh mbak Diva, udah lama ga kesini kemana aja." Rini --ibunda Reiki langsung menyambut Diva yang mengunjungi rumahnya. Ibunda Reiki sudah tau jika anak lelakinya sudah menjalin hubungan lama dengan gadis cantik ini. Ibunda Reiki begitu sangat menyukai Diva. Selain cantik dan pintar, ia percaya jika Diva dapat membawa Reiki ke jalan yang benar.

"Bunda apa kabar? Ih aku kangen sama bunda" kata Diva seraya memeluk bunda.

"Sama bunda juga kangen sama mbak, ayok masuk ah jangan berpelukan diluar hehe" kata bunda sambil menuntun Diva untuk menuju ruang keluarga.

Nyamannya berada di tengah keluarga Reiki adalah keramahan seluruh anggota keluarga yang menganggap Diva sudah seperti bagian dari anggota keluarganya. Mungkin ini salah satu alasan yang membuat Diva tetap bertahan bersama Reiki.

Bunda tidak tau jika Reiki tidak menemukan wanita seperti Diva. Karena semenjak bersama Diva kenakalan Reiki masih bisa di minimalisir. Jadi bunda percaya bahwa Diva dapat membawa pengaruh yang baik bagi Reiki.

Sekarang Diva dan bunda sedang mengobrol di ruang keluarga. Diva sedang menceritakan apa yang ia rasakan saat ini. Bunda selalu memberi nasihat kepada Diva setiap kali Diva menceritakan tentang keinginannya untuk melepaskan Reiki. Karena bunda tidak tahu apa jadinya jika anak sulungnya itu berpisah dengan gadis bermata bulat itu.

Setelah lama berbincang, Diva memutuskan untuk beranjak menuju kamar Reiki. Diva ingin tahu bagaimana reaksi Reiki setelah kejadian tadi malam yang menimpanya.

Diva pun membuka pintu kamar Reiki dan ya seperti biasa. Sekarang Reiki sedang asik bermain playstation tanpa menyadari bahwa sekarang kekasihnya sudah berada tepat disampingnya.

"Duh enak banget ya udah ga sekolah malah asik main ps. Ga inget semalem hampir mati" Ujar Diva yang terdengar menyindir Reiki.

Reiki yang baru tersadar pun menengok dan mendapati kekasihnya sedang berdiri melipatkan tangan di dadanya.

"Duh.. pusing duh Div kayanya aku sakit deh" Kata Reiki sambil melemparkan stik ps yang ada di tangannya kemudian berakting seperti orang sakit yang menggigil.

"Gausah akting depan aku" Kata Diva dingin, Reiki hanya mencibikan bibirnya.

Diva langsung duduk disamping Reiki dan memegang jidat kekasihnya itu. Badannya memang sedikit demam. Jika saja Reiki tidak sakit, mungkin Diva sudah membelahnya menjadi dua belas bagian saking kesalnya dengan apa yang telah terjadi semalam. Tapi, Diva adalah Diva. Ia tetap sabar menghadapi Reiki. Diva selalu bersikap seolah semua baik-baik saja. Padahal dalam hatinya ia sudah lelah, sungguh lelah.

"Udah makan?" Tanya Diva yang dijawab gelengan dari Reiki.

"Terus kenapa ga makan? Kenapa malah main ps terus? Mau mati?" Kata Diva dengan suara sedikit meninggi.

"Aku nunggu kamu dateng biar bisa disuapin kamu" Jawab Reiki sambil menyender di bahu Diva. Diva hanya menggelengkan kepalanya jika Reiki sudah seperti ini. Menjengkelkan tapi menggemaskan pula.

Diva beranjak dari duduknya "aku ambilin makan kamu dulu, matiin ps nya kalo ga dimatiin gabakal aku suapin" Reiki mengiyakan suruhan Diva karena kalau tidak mungkin Reiki tidak bisa disuapin Diva dan mungkin ia tidak akan mempunyai tenaga jika nanti Diva mengomelinya dan mengungkit tentang semalam.

Tidak lama Diva pun datang dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur buatan bunda yang di khusus kan untuk Reiki karena mengetahui anak lelakinya itu sedang sakit. Padahal sakitnya Reiki adalah hal yang disengaja. Jika saja semalam ia tidak pergi ke club, mungkin hari ini ia akan berangkat ke sekolah bareng Diva dan tidak akan menjadi demam seperti sekarang.

Diva pun mulai menyuapi Reiki yang duduk menyender di kasur. Reiki begitu manja hari ini, mengapa ia tidak makan sendiri dan malah meminta Diva untuk menyuapinya. Padahal tangannya masih berfungsi dengan baik. Begitulah Reiki, jika sedang sakit manjanya itu membuat Diva tidak dapat menolak.

"Ki.." Diva memulai pembicaraan setelah makanan Reiki sudah habis. Reiki yang sedang memainkan game di handphone nya langsung melirik Diva.

"Kenapa Div? Pasti mau ceramah ya? Bentar bentar aku belum kalah mainnya" jawab Reiki dengan entengnya kemudian kembali fokus dengan game nya. Diva hanya bisa mengelus dadanya sambil membaca ayat kursi berharap setan yang bersarang di tubuh Reiki segera enyah. Diva masih terdiam dan memperhatikan Reiki.

"Ki...." ucap Diva lagi, kini nadanya sedikit tinggi. Namun Reiki tetap saja mengacuhkan Diva. Diva juga manusia yang memiliki batas kesabaran. Kini Diva merebut ponsel Reiki dan menyimpannya diatas nakas. Reiki pasrah dan akhirnya menanggapi Diva.

"Iya kenapa sayang?" Jawab Reiki dengan nada pasrahnya.

"Sampe kapan mau kaya gini terus?"
"Sampe aku cape ngadepin kamu terus ninggalin kamu?" Diva sudah tidak tahan sebenarnya. Rasanya ia ingin sekali berhenti sampai sini. Namun bagaimanapun kata dari Luna dan bunda selalu terngiang dipikirannya setiap ia ingin menyerah dengan keadaan. Reiki terdiam, bingung harus mengatakan apa kepada Diva selain kata maaf.

"Maafin aku," Ucap Reiki seraya menundukan kepalanya enggan menatap Diva yang kini sudah mulai berkaca-kaca.

"Aku ga butuh kata maaf dari kamu Ki," Diva menunduk, Diva menangis. Mungkin Diva benar-benar sudah lelah menghadapi Reiki. Sehingga tidak ada hal yang dapat membuatnya tenang selain menangis seperti ini.

Reiki yang menyadari kalau kekasihnya itu menangis, ia langsung membawa Diva kedalam dekapannya.

"Tolong tetep sabar ngadepin aku Div. Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Aku pasti gakan nakal lagi dan aku bakalan berubah" Kata Reiki seraya mengusap lembut kepala Diva.

Diva yang menangis di dekapan Reiki langsung menatap mata Reiki lekat-lekat.

"Aku bukan malaikat yang bisa terus sabar ngadepin sikap kamu, aku juga cuman manusia biasa yang punya batas kesabaran. Jadi tolong, selagi aku masih sabar sama kamu, buat aku seneng dengan liat kamu ga nakal lagi" Ucap Diva. Membuat Reiki terdiam dan menghapus air mata Diva yang membasahi pipi mulus gadis itu. "Jangan nangis Div, aku gabisa kalo liat kamu nangis kaya gini aku janji bakalan berubah." Reiki kembali membawa Diva kedalam rengkuhannya untuk sekedar menenangkan gadis itu.

***
To Be Continue.

LEAVE TO RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang