1.

990 77 34
                                    

Apa yang ditakutkan alien putih dengan barkode di pipinya setelah serangga? Jawabannya; mati dalam game.

Soraru bingung. Setiap berhubungan dengan makhluk Albino ini, ia giat merasa lelah, pusing, mual, hingga nafsu makannya menurun pada malam hari---mungkin besok ia harus cek ke dokter kandungan, pokoknya harus. Ok lupakan, intinya, setiap kedatangan Mafu, di sana lah muncul tanda-tanda penyakit kronis yang sering muncul di iklan-iklan internet. Ah, hiperbolis. Padahal anak itu cuma meminta Soraru memainkan game feeding frenzy-nya yang sudah sampai pada level samudra hindia, melawan hiu putih Sang Raja Lautan, tidak lebih.

Ketakutan Mafu akan kematian karakter gamenya memang benar-benar diambang batas, bayangkan saja, ia bisa nangis guling-guling sampai berdoa pada Buddha hanya demi mengenang satu nyawa Mario yang terbang karena ketabrak jamur hijau. Ini baru game, belum ke fandom GochiUsanya, bagaimana bentuk anak itu kalau waifunya mendadak wafat atau jadi lacur?

Tragis sekali.

Dan entah kebetulan menyebalkan macam apa yang selalu menemukannya pada Mafu---yang selalu merengek dan lari kepadanya---amit-amit tapi sayang, memangnya Soraru itu ibunya, huh?

Dari sekian puluh pertanyaan yang muncul di benaknya, Soraru bertekad mengubah takdir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mistis itu dalam semalam. Ya, dimulai dari hari ini. Mafu yang sekarang di depan pintu apartemennya, bajunya agak longgar dan turun memperlihatkan dengan jelas lekukan leher pria manis itu, manik merahnya berkaca-kaca, dan tangannya gemetar menggenggam Iphonenya. Untung saja Soraru itu tsundere dan tsundere tidak bisa menyerang duluan, kalau saja level mesum Soraru setara dengan Luz, Mafu pasti sudah tidak perawan.

Eh, tapi bahaya juga sih kalau dia kesambet setan khilaf.

"Soraru-saaaan!!! Tolong aku! Burung doerku sudah mati lima kali!!!" pinta Mafu dengan nada paksaan sembari menunjukan layar Iphonenya, di sana terpampang menu utama game kuno flappy bird.

Soraru bengong, sebenarnya tujuannya hidup apa sih, kenapa harus menuntaskan semua game unfaedahnya Mafu?

"Gila aja elu main game ini, nih genrenya itu kagak jelas," Soraru nyentil sedap layar Mafu, "Kalau mati berarti tangan elo aja yang ga jago, udah sana ganti game aja, daripada emosi lu gado-gado main ini." Lanjutnya, tapi masih main.

Mafumafu cuma mengangguk disko sambil memerhatikan kelincahan jari lentik Soraru saat memainkan ponsel pintarnya.

"Udah nih, capek."

Mafu menerima ponselnya sebelum tersenyum manis bak malaikat, "Makasih Soraru-san, walau cuma dapet tujuh poin."

Deg...

Tuh kan, sakit jantung kronisnya muncul lagi. Soraru mengerang kesal, ia kecolongan lagi, harusnya ia tadi menolak. Ya sudahlah, nanti saja kapan-kapan, sudah berlalu. Berbalik kembali masuk ke kamar apartemennya, manik langit hiam Soraru menangkap Mafu dari ujung ruam pandangnya, sok tidak peduli ketika pemuda mungil itu mengekorinya.

"Kenapa harus gue sih?"

Soraru membuka bir kalengan dari kulkasnya, tidak lupa juga mengeluarkan mi instan berhias Mozarella dan telur sepertiga matang dari microwave sebagai santapan malam ini.

"Hm?" Mafu memiringkan kepala bingung, dari ekpresinya ia benar-benar tidak menangkap penuh maksud partnernya.

"Kan bisa minta Urata---dan Sakata tuh, dia kan jago main game, kenapa mesti pergi nyuruh gue main?"

"Karena hanya Soraru-san yang bisa!"

Oh, sudahlah, harusnya Soraru tahu---percuma ngomong sama setan putih satu ini, hasilnya pasti gak jelas. Soraru hanya bisa mengangkat alis dan natap heran sebagai balasan.

"Bisa nemenin aku sekaligus mainin gameku."

"Ngomong-ngomong ngapain elu main kalau akhirnya gue juga yang main?" Soraru ketus sambil ngaduk ramen instan, "Mau?"

Mafu tidak menjawab, ia hanya mengangguk-ngangguk seperti mainan rusak, haah... menggemaskan sekali.

"Berhenti main game dan buat musik, sana." Soraru menyerahkan cup ramennya ke Mafu setelah ia rasa pas---tidak kepanasan dan tidak dingin juga.

"Hee? Males ah," Mafu menatap partnernya agak lama kemudian menerima cup itu sambil tertawa kecil, "Gimana kalau ke game center? Aku mau ke sana dengan Soraru-san!" serunya sebelum melahap ramen milik Soraru tanpa merasa bersalah.

"Hey,"

"Un???"

Tatapan Soraru lekat, tidak hanya itu---ia bahkan mendekatkan dirinya jadi condong ke arah Mafu.

"Di antara game dan aku---mana yang kau pilih?"

"Huh???"

"Ah, tidak, lupaka---"

"Game!"

"..."

Senyuman Mafu seakan enggan tenggelam dari wajahnya, cekungan tipis sempurna membuat Soraru tidak tega untuk marah---meskipun ia ingin. Tanpa memikirkan lebih lanjut protesan Soraru di masa depan, Mafu meletakan ramen cup Soraru yang tinggal setengah ke meja dan membenamkan wajahnya ke dada Soraru yang berbalut kaos hitam kedodoran---terlalu tiba-tiba sampai rasanya Soraru bisa mati.

"Kenapa Soraru-san mendadak diam?"

"...karena terlalu terkejut kau menjawabnya dengan sangat cepat dan yakin?"

"Tapi aku belum menyelesaikan perkataanku!"

Soraru menghela napas, ia---benar-benar tidak bisa menebak jalan pikiran manusia rambut abnormal ini, benar-benar mustahil ia tebak.

"Aku mendengarkan."

"Kan sudah kubilang!"

"Aku gak ngerti, tadi kamu bilang mau bilang sesuatu, sekarang bilang kalau udah bilang sesuatu itu, selanjutnya kamu bakal bilang apa? Apa aku melewatkan sesuatu?"

"Itu karena Soraru-san saja yang tidak peka!"

Lah, kenapa mereka jadi lempar-lemparan argumen begini? Kenapa juga mendadak Mafu bersikap seperti Uke PMS?

"Ok, aku gak ngerti maksudmu, tapi malam ini mau menginap? Kita selesaikan Kirbymu kemarin yang level susah banget itu deh."

Mafu mengangguk semangat dan berdiri pergi ke kamarnya yang berjarak dua pintu dari tempat Soraru, meninggalkan Soraru dengan muka kaget plus bengong karena sikapnya yang---emang disengaja---aneh. Setelah mengambil Nintendo Wiinya, lengkungan cekung di wajah Mafu masih belum juga menghilang.

Ah, Soraru memang bodoh dan tidak peka. Masa tidak bisa menebak gelagatnya ini?

"Wajah Soraru-san saat main tadi imut sekali!"

Karena hanya saat itulah Mafu bisa memerhatikan wajah tampan Soraru tanpa lemparan remote AC.

Karena hanya saat itulah Mafu bisa diperhatikan dan dihujat Soraru tanpa seorangpun yang mengganggu.

Karena hanya saat itulah mereka bisa berdua.

SoraMafu OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang