Satu

76 8 3
                                    

*Pyarr*

Suara yang  biasa kudengar setiap hari. Gadis 18 tahun seusiaku mungkin senang dengan keramaian mall dan musik yang keras di dalam aula konser atau yang mendayu di dalam cafe. Tapi bagiku tidak.

Apa yang aku lakukan setiap harinya berbeda dengan teman sebayaku. Mendekam dalam selimut. Terduduk di pojok ruangan sambil menekuk kaki.

Menenggelamkan kepala dalam kekalutan suasana di tempat yang seharusnya aku mendapat ketenangan dan kasih sayang.

Samar-samar terdengar suara dua orang yang beradu mulut.

"Apa? Kamu nyalahin aku lagi?! Apa ha?! Mau apa?!"

Sungguh mengerikan. Dengan hati yang kuat, aku berusaha menahan semua yang selama ini kurasakan.

Perlahan ku raba tepi kasur untuk berdiri. Menapaki kotak-kotak ubin dingin yang tersusun. Sengaja ku tepatkan agar tidak mengenai garis-garisnya.

Setelah sampai balkon, aku duduk sambil menatap cakrawala senja yang berwarna jingga. Selalu seperti itu. Dalam keheningan. Merenungi nasib hidupku selanjutnya.

-tbc-

Antara Kita dan CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang