02. my medicine

115 24 5
                                        

"Ah! Sial!" umpatnya. Jarinya tergores saat ia berusaha memotong wortel untuk supnya. Dengan segera Vernon mencari kotak P3K dan membersihkan lukanya.

"Ck!" keluhnya "hansaplastnya kenapa harus habis?" Dengan terpaksa ia menghentikan acara memasaknya. Keluar sebentar untuk membeli hansaplast dan keperluan lainnya di minimarket.

Yeonjung menyesal mengajak Hansol berlari menerobos hujan. Seharusnya tidak ia lakukan. Hansol jatuh terpeleset saat berlari menyusulnya. Akibatnya lutut Hansol berdarah dan memar.

"Makanya kalau lari hati-hati," kata Yeonjung sambil membersihkan luka itu. Ia berbicara seakan ia tidak bersalah. Padahal dalam hatinya ia benar-benar merasa bersalah.

Untung saja Mama Yoo sedang tidak ada di rumah, jadi tak ada yang memarahinya. Kecuali Seonho -adik Yeonjung-. Terakhir, ia memasangkan kain pelindung pada lutut Hansol. "Kenapa tidak pakai hansaplast aja? 'Kan ada yang besar." Hansol bertanya.

"Akan lebih sakit saat melepasnya jika pakai hansaplast, ini bukan luka kecil, bisa bertambah parah jika menggunakan itu," jelas Yeonjung. "Tapi ini membuatku lebih sulit bergerak..." lirih Hansol pelan.

"Noona!" panggil si bungsu yang baru saja turun dari kamarnya. "Eoh? Apa yang terjadi pada hyung?" Wajah Seonho tampak bertanya-tanya. "Tadi aku terpeleset saat lari, aku tidak apa-apa." Hansol menjawab sembari tersenyum.

Entah kenapa senyumnya membuat gadis yang masih berjongkok di depan lututnya merasa semakin bersalah. Tubuhnya masih basah, belum berganti pakaian. "Noona, kenapa kau diam di situ? Ini dingin sekali, cepat ganti bajumu," kata Seonho sambil melemparkan handuk kepadanya.

Ia menangkapnya dan segera beranjak dari tempat itu menuju kamar mandi. Meninggalkan Hansol dan Seonho berdua di sana. "Noona mu itu terkadang bersikap aneh sekali, ada apa dengannya?" tanya Hansol, memulai membicaraan di antara mereka.

Anak itu menggeleng. "Mungkin ia patah hati karena Chan hyung," jawab Seonho "hm, tapi tidak mungkin sepatah hati itu. Noona tidak benar-benar menyukainya!" Dahi Hansol terkerut bingung. "Chan? Siapa itu?" Ia bertanya.

"Tetangga kami yang baru saja pindah beberapa saat yang lalu, ia sangat baik. Noona terlihat menyukainya. Chan hyung sangat baik, suka membantu noona mengerjakan tugasnya, dan membantuku belajar matematika. Dia orang yang sangat menyenangkan. Kami pasti akan merindukannya Chan hyung. Noona benar-benar dekat dengannya."

Hansol terpukau mendengar penjelasan Seonho yang panjang, Seonho berbicara dengan saat cepat. "Hyung tidak mau mandi juga? Ini sudah malam, hyung bisa ambil baju Kihyun hyung lagi. Ia tidak akan pulang untuk beberapa bulan ke depan."

Diterimanya handuk dan pakaian milik si sulung keluarga Yoo dari Seonho. Kakinya berjalan menaiki tangga menuju kamar mandi di kamar Kihyun. Tanpa sengaja, suara Yeonjung terdengar dari dalam kamar yang pintunya tidak tertutup rapat. Nada bicara terdengar tidak baik-baik saja.

"Chan-ah, bagaimana keadaanmu?"

Hansol dapat mendengar suara laki-laki dari seberang sana, sedang bercakap-cakap dengan Yeonjung lewat telepon.

"Kau tahu? Aku membuat kesalahan besar hari ini. Aku ngeyel pada Hansol untuk menunggu bus di halte tadi. Ya, di sini hujan deras. Tapi aku malah mengajaknya hujan-hujanan, dan dia terjatuh hingga terluka. Aku benar-benar merasa bersalah."

"Hahaha, Yeonjung-ie, kalau begitu minta maaflah padanya!" seru suara Chan dari sana. "Ck! Aku malu, Chan!" elak Yeonjung. Dari balik pintu, Hansol terkekeh geli. Tidak pernah sebelumnya ia mendengar Yeonjung seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang