Ketika Anak Rohis Jatuh Cinta (29-Nov-2016)

419 13 9
                                    

Tanganku terrasa pegal sekali. Aku belum terbiasa lama-lama menulis di papan tulis. Baru kali ini aku jadi sekretaris kelas. Dan tinta spidol yang belepotan ini mengotori lengan bajuku. Noda hitam di kain putih yang baru dicuci. Menyebalkan sekali.

Bel istirahat berbunyi. Aku duduk di kursiku. Seseorang datang. Dia memberikan selembar kertas padaku.

Ku periksa kertas itu. Lalu ku terima. "Makasih ya, Farhan."

"Sama-sama, Maria. Kamu yakin kalo aku ngasih boneka Hello Kitty ke Silvana pas dia ulang tahun, dia bakal nerima aku?"

"Aku enggak bisa mastiin dia bakal nerima kamu. Pokoknya kalo Silvana dikasih boneka kesukaannya, dia pasti seneng banget. Udah lah, liat nanti aja."

"Makasih banyak ya, Maria."

Farhan keluar dari kelas.

Aku Maria. Tanganku masih pegal. Dan aku masih kesal dengan noda tinta di lengan bajuku.

Farhan itu teman sekelasku. Dia menarik sekali. Dia pintar matematika, sedangkan aku bodoh matematika. Dia tidak pernah bicara kasar seperti laki-laki lain di kelas.

Dan dia tampan. Apalagi ketika pelajaran olahraga, semakin tampak jelas saja tampannya. Aku tidak mau berkedip kalau ada dia. Hatiku loncat-loncat gembira setiap aku ngobrol dengan dia. Aku cinta padanya!

Tapi dia tidak cinta aku. Dia cinta pada sahabatku, Silvana. Sebenarnya ingin sekali aku mendekatinya. Ingin sekali aku mendekati dia sebelum dia mendekati Silvana. Tapi yang lebih dulu terjadi malah dia bilang padaku kalau dia ingin jadian dengan Silvana. Kemudian dia memohon padaku agar aku membantu dia supaya bisa jadian dengan Silvana. Aku pun mengajak dia kerja sama. Aku minta tolong dia untuk mengerjakan PR matematikaku selama satu bulan, sehingga aku tidak perlu menyiksa diriku dengan pelajaran yang ku benci itu. Sebagai gantinya, aku beri tahu dia apa yang bisa dia lakukan untuk membuat Silvana terkesan padanya. Aku suruh dia memberi Silvana hadiah boneka Hello Kitty di hari ulang tahun Silvana.

Aku cinta padanya. Sungguh, sebenarnya aku tidak ingin dia jadian dengan Silvana. Aku ingin jadian dengan dia. Aku ingin pacaran dengan dia. Kalau perlu, aku bisa meyakinkan Silvana agar Silvana benci padanya, sehingga dia tidak bisa jadian dengan Silvana. Atau aku yakinkan Farhan agar dia benci pada Silvana, dan kemudian langsung ku dekati dia. Aku tidak peduli walau Silvana itu sahabatku. Aku tidak peduli meskipun dengan melakukan itu semua, aku akan terlihat buruk di mata sahabatku.

Aku bisa melakukan itu semua. Tapi aku tidak boleh melakukan itu semua. Aku tidak bisa pacaran dengan dia. Aku tidak boleh pacaran. Bahkan menunjukkan sikap ingin pacaran pun aku tidak boleh. Karena pacaran dilarang dalam Islam. Selain itu, aku adalah korwat rohis di sekolahku. Rohis, singkatan dari Rohani Islam, adalah lembaga dakwah di sekolah. Rohis diciptakan untuk menyampaikan syiar Islam pada teman-teman di sekolah. Salah satu hal yang gencar dipropagandakan oleh rohis adalah anti-pacaran.

Aku adalah korwat di organisasi rohis sekolahku ini. Selaku korwat, koordinator akhwat, aku adalah perpanjangan tangan dari ketua rohis untuk memimpin anggota perempuan di rohis. Seragam putih-abuku panjang dan longgar. Kerudungku terjuntai hingga menyentuh ikat pinggang. Aku adalah representasi rohis sekolahku. Aku juga adalah contoh bagi teman-temanku dan adik-adik kelasku. Sangat tidak pantas seorang korwat rohis pacaran. Jika aku pacaran, bukan hanya aku melanggar larangan Islam, tapi aku juga mencoreng nama baik rohisku. Jika aku pacaran, rohisku bisa dinilai gagal dalam membina anggotanya. Karena itulah, aku tidak bisa pacaran dengan Farhan.

Aku juga berpikir, jika Farhan jadian dengan Silvana, mungkin akan lebih mudah bagiku untuk terhindar dari pacaran. Jika lelaki yang ku cintai pacaran dengan orang lain, mungkin aku bisa menghilangkankan keinginanku pada dia. Karena itu, aku mencoba membantu Farhan untuk jadian dengan Silvana.

Antologi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang