Part 2

85 4 0
                                        

Upacara telah selesai, semua siswa telah memasuki kelas. Guru-guru mulai terlihat sibuk mempersiapkan ujian yang 15 menit lagi akan dimulai, pengawas mulai bersiap memasuki ruangan kelas 12.

Sementara Wulan, Sari, Laras dan Nanda yang ditemani Ibu guru penjaga Uks, masih setia menunggu sahabat mereka yang sangat periang dan cerewet itu sadarkan diri.

Tak lama kemudian Aidah mulai sadar, nampak raut bahagia dari mereka karena melihat sahabatnya telah membuka mata.

"Hmm aku kok bisa disini aduh" ujar Aidah yang ketika terbangun dan masih merasakan pusing.

"Aidah kamu sudah bangun, alhamdulillah kamu tadi pinsan terus kaki kamu mengeluarkan banyak darah aku dan yang lain khawatir banget tadi hiks," Cerocos wulan.

"Aku baik-baik saja Wul, tidak usah sedih mungkin cuma kecapean dan luka ini semalam kena pecahan kaca" ujar Aidah sambil tersenyum.

Aidah melirik jam dan terkaget menyadari sebentar lagi ujian dimulai,
"Astaghfirullah kita harus ke kelas sekarang ini ujiannya sudah mau mulai, ayokkkk.."
Ujarnya, sambil menarik wulan diikuti Laras, Sari dan Nanda setelah berterima kasih kepada gurunya tadi.

Suasana kelas mulai hening, pengawas ujian telah duduk menyiapkan kertas-kertas ujian dan mulai mengabsen siswa, beruntung mereka telah sampai dan berhasil duduk dengan tenang dimeja masing-masing tanpa sepengatahuan pengawas.

Ujian telah dimulai, suasana bertambah hening hanya suara kalkulator yang berbunyi. Semua mata siswa-siswi tertuju pada lembar soal ujian, beberapa diantaranya merasa kebingungan dengan soal yang diberikan mungkin karena mereka kurang mempersiapkan senjata sebelum bertempur, ada yang sibuk melirik kanan kiri merasa ingin menyalin sedikit punya orang lain, ada juga yang berusaha menyeimbangkan hasil dan mulai gelisah.

Maklum anak akutansi kalau udah ngak balance pasti gelisah.

Namun itu tidak berlaku untuk mereka yang sudah belajar dari jauh-jauh hari sebelumnya.

Seperti Aidah, ia tampak bersemangat dalam mengerjakan soal ujian meski rasa sakit dikepala dan kakinya terus menganggunya.
Ia berusaha sekuat tenaga mengisi lembar demi lembar jawaban dengan teliti.

Hingga 90 menit, 30 menit dan 15 menit istirahat waktu yang diberikan telah usai.

Aidah menghela nafas panjang dan mengucapkan syukur, ia akhirnya dapat menyelesaikan ujiannya dengan baik.
Teman-teman sekelasnya juga telah selesai dan bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.

Aidah duduk didekat gerbang sambil menelfon Ayahnya,
"duh Ayah kok lama, biasanya juga udah digerbang"
Ujarnya dalam hati.

Akhirnya sambil menunggu Ayahnya, Aidah meraih notes yang disimpannya pada saku jas dan mulai menulis sesuatu.

Aidah memang senang menulis sejak dia masih duduk di Sekolah dasar, meski ia hanya menulis yang mungkin biasa saja.

Milikilah hati yang luas agar kecewa dan kesedihan tidak mudah menghampirimu

"Hy dah kok belum pulang, aku kirain tadi kamu.."

"Ayahku belum datang mungkin masih digudang" ujarnya memotong ucapan Laras.

"Yee kebiasaan yah motong pembicaraan orang ishhhh"
Ujar Laras memanyunkan bibirnya.

Aidah hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya, tak lama Ayahya sudah berada didepan gerbang.

"Ehh itu Ayahku udah ada, kamu ikut aja Ras kan aku lewat depan toko kamu yukkk cepet" ujarnya sambil menarik ransel Laras.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Embun Dalam TahajjudkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang