Kisah 1

24 2 1
                                    

Aku selalu suka hujan di sore hari. Suasana jingga dengan cuaca yang sejuk ditambah lagi dengan secangkir coklat panas. Rasa-rasanya, aku seperti tidak mau menghadapi malam.

Aroma secangkir coklat panas sungguh menyeruak masuk ke dalam indra penciumanku. Aku menghirup aroma itu dalam-dalam. Jangan berfikir bahwa aku berlebihan, coba dan praktikan sendiri dan rasakan sensasinya.

Aku melihat ke arah meja, ternyata ponselku bergetar tanda bahwa ada panggilan yang masuk. Aku membuka ponselku.

Mas Adit is calling

Pemberitahuan ini, selalu menjadi kesukaanku, selalu.

"Halo, Nan? Kamu lagi sibuk?"

Suara itu, suara yang selalu membuat rindu si pendengar.

"Ngga mas, aku lagi santai. Ada apa?"

"Mas tadi ada kerjaan di Depok, pas pulang kehujanan. Mas boleh mampir kerumahmu?"

"Tentu aja boleh mas, kamu datang aja. Kamu mau makan apa? Biar aku masakin."

"Ga perlu repot-repot Nan, Mas aja yang beli. Kinan mau apa?"

"Terserah mas aja. Nanti dijalan hati-hati bawa motornya, jangan ngebut, jalanan lagi licin."

Terdengar suara tertawa pelan diujung suara sana. "Kamu memang selalu menjadi wanita yang perhatian sama aku ya Nan, aku tutup dulu ya."

Mas Adit akan datang. Aku harus segera bersiap-siap.

***

Aku menunggu kedatangan Mas Adit di depan teras rumah. Menunggu harap-harap cemas. Takut-takut jika aku sudah terlalu berharap dia akan datang, tetapi dia tidak bisa mampir. Ya, walaupun Mas adit hampir tidak pernah melakukannya, karena dia tipe laki-laki yang selalu menepati ucapannya. Tipe laki-laki yang kusuka.

Mas Adit hanya pernah sekali membatalkan janjinya. Hal itu dikarenakan kecelakaan yang menimpanya. Karena itu aku khawatir. Bukan karna dia sengaja mengingkarinya, tapi karna dia tidak mampu menepatinya.

Akhirnya, yang kutunggu tiba juga. Mas Adit datang.

"Loh Nan, kamu kenapa duduk di luar gini sih? Kan hujan, dingin."

Mas adit menghampiriku dengan beberapa kantung plastik yang ada di tangannya.

"Aku sudah pakai baju yang tebal, sudah minum coklat panas. Lagipula ini masih di teras mas, masih ada atapnya dan ga kehujanan. Jadi aku ga ngerasa kedinginan." Aku berbicara panjang lebar sambil membantu Mas Adit membuka makanan yang dibawanya.

Mas Adit mengacak rambutku pelan. "Kamu tuh ya, selalu aja bisa membuat alasan. Mas kan ga mau kamu sakit. Atau kamu kode minta dipeluk sama aku ya?"

"Mas, aku siapkan makanannya ya. Mas mandi sana, ganti baju. Pinjam baju Azam dulu, itu bajumu basah jangan ganjen."

"Azamnya ada di dalam?"

"Ada, mas ketuk aja pintu kamarnya. Aku mau ke dapur. Mau sekalian aku buatkan minuman hangat?"

"Teh hangat aja, pa.."

"Pakai perasan lemon, gulanya agak banyakin. Karena mas suka yang manis-manis."

"Kamu selalu hafal apa yang aku suka, kamu tuh emang the best banget deh."

Aku hanya tertawa mendengarnya. Ya, aku memang selalu akan ingat apa yang disuka atau tidak disukai Mas Adit. Selalu begitu. Bagiku, itu hal yang kusuka dari segala yang aku miliki di hidupku.

***

Dari : Mas Adit
Nan, kamu ga ngampus? Aku tadi ketemu temanmu si Rena. Katanya kamu hari ini ga kuliah, kenapa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita pendek tentang hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang