Chapter 2

12 0 0
                                    

Tiga puluh menit kemudian Sofi telah sampai dibandara.

"Neng, mamang tunggu dimobil aja ya" ucap mang Asep
"Oh mau tunggu aja mang? Yaudah kalo gitu Sofi masuk ya. Mang Asep jangan kemana-mana" Mang Asep pun mengangguk patuh

Sofi melangkah dari tempat parkir sebelum akhirnya menulis sesuatu untuk kakaknya.

"Kak Rama. Ibu suruh Sofi buat jemput kakak. Nanti sofi tunggu di cafe bandara aja ya kak. Kalo sudah sampai cepat kabari sofi" tulis Sofi yang kemudian mengklik send.

Sofipun masuk kedalam cafe dan memesan segelas coklat panas dingin.
Sejurus kemudian Sofi memasuk dunia lamunannya seraya mendengarkan alunan musik yang keluar dari earphone yang dikenakannya Sofi mulai terhanyut.
Setiap mendengarkan lagu ini entah mengapa cairan bening selalu berhasil lolos dari pelupuk matanya. Dulu, lagu ini adalah lagu kesukaannya dengan Rama sebelum sekarang Rama kuliah di Jogja dan jarang sekali pulang ke Jakarta yang kini malah membuat Sofi terasa jauh dengan Rama.
Sejujurnya dia sangat merindukan Kakak semata wayangnya itu. Merindukan masa kecil mereka dan segala hal yang pernah mereka lalui bersama.

Dibelakang Sofi telah berdiri seorang pria jangkuk yang mengenakan kaos hitam dibalut jaket bomber serta celana jeans warna denim dan sepatu senada celana. Namun, sepertinya Sofi tak menyadari kehadiran pria itu. Akhirnya pria itu duduk dihadapan Sofi dan menyeruput coklat panas dingin Sofi. Sofi yang merasakan kehadiran seseorang membuka matanya.

"Kakak!" seru Sofi sumbringah. Sofi pun melepas earphone nya.
"Kakak sejak kapan disana?"
"Sejak tahun lalu"
"Kakak!"
"Sejak kamu mulai menangis. Kenapa? Kamu begitu merindukan kakak ya sampai menangis begitu" ucap Rama sambil terkekeh. Sofi mencibir
"Gak usah kege-eran deh"
"Buktinya kamu jemput kakak"
"Ye, kalo gak dipaksa ibu sih ogah" Rama menarik hidung Sofi gemas
"Ih kakak!"
"Ye, gak usah melotot gitu"
"Siniin itu coklat panas Sofi" Sofi merebut gelas coklatnya dari Rama
"Idih pelit"
"Bodo. Kalo mau beli aja sendiri"
"Mending pulang aja yuk fi. Kakak cape"
"Yaudah cepet" ucap Sofi yang langsung berdiri dan berjalan mendahului Rama. Rama hanya terkekeh geli melihat tingkah adiknya yang telah bertumbuh dewasa itu.

"Kakak duduk di depan" Rama mengangguk patuh pada adiknya.
Didalam mobil tak ada yang bersua semua fokus pada pikirannya masing-masing.
Beberapa menit kemudian mereka sampai dihalaman rumah yang kini sangat dirindukan oleh Rama.
"Assalamualaikum" ucap Rama dan Sofi berbarengan
"Waalaikumsalam" Jawab wanita paruh baya yang melenggang ke asal suara
"Rama!"Seru sang ibu. Sofi yang melihat peristiwa itu mendengus sebal
"Ibu apa kabar?" Tanya Rama setelah mencium tangan sang ibu
"Seperti yang kamu lihat. ayo masuk kamu pasti cape" Sofi yang tidak dianggap keberadaannya hanya diam memanyunkan bibirnya. Lalu, melangkah ke lantai dua menuju kamarnya.
"Kamu mau kemana fi?" Tanya ibu yang melihat punggung Sofi telah mendekati tangga
"Ke kamar. Cape" jawab Sofi tanpa melihat kearah ibunya.
"Kenapa?" tanya ibu pada Rama. Rama hanya mengangkat bahunya pertanda tidak tahu apa-apa.
"Yaudah sekarang kamu masuk kekamar terus mandi langsung istirahat ya. Pasti kamu cape kan?"
"Iya bu. Yaudah Rama ke Kamar dulu" ibu hanya mengangguk sebagai pertanda setuju

***

Sofi menghempaskan tubuhnya keatas kasur. Sebelum akhirnya ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.

"Fi kamu dimana?" isi pesan dilayar ponselnya

Seketika sofi terbangun saat melihat nama yang mengiriminya pesen.

"Aku dirumah. Ada apa ren?" balas sofi secepatnya

Entah mengapa. Akhir-akhir ini pria bernama Rendy itu selalu membuat dadanya berdegup.
Pria yang satu sekolah dengannya namun baru berkenalan di deechoco cafe beberapa bulan lalu. Dua orang yang sama-sama menyukai coklat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenangan Terakhir Segelas coklat panasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang