10.HSR

5.8K 630 18
                                    

"Appppaaa ...." Badan Haechan bergerak mundur, bagaimana tidak. Sahabatnya itu berteriak di depannya. Bukan hanya dia saja yang terkejut. Para pelanggan yang saat itu berada di kafe sudah memperhatikan tempat duduk mereka dengan seksama "Kau benar-benar bodoh, Lee Haechan"

"Ucapan seseorang yang beberapa minggu lalu mengkhawatirkan ku"

"Benar. Tapi kenapa harus putus" napas Jaemin tersenggal-senggal. Seperti menahan kekesalan. "Kau bisa membicarakannya dengan Mark hyung. Aku yakin dia akan mengerti dan kalian bisa mencari jalan keluar bersama. Tapi .... oh tuhan. Aku benar-benar bingung harus berbicara apalagi"

Jaemin menengok ke arah sahabatnya. Haechan hanya diam dengan tangan yang terus mengaduk minuman yang beberapa menit lalu mereka pesan.

"Kau baik-baik saja?, Apa kau tidak akan menyesali keputusanmu ini?

Menyesal. Pandangan Haechan menerawang jauh kedepan.

Tentu saja. Haechan pernah menyesali kebodohannya. Mengorbankan perasaannya. Dia terlalu takut dan tidak punya keberanian lebih. Semua yang dia lakukan adalah demi kebaikan Mark, tapi sepertinya dia melupakan satu hal. Dan Satu hal itu yang membuatnya menjadi orang yang malah menyakiti Mark.

Apa yang diharapkan dari remaja berusia 17 tahun seperti dirinya. Yang dia tahu saat itu adalah dia mencintai seorang Senior di sekolahnya dan orang itu merupakan seorang idol yang banyak memiliki penggemar.

Apa dia mencintai orang yang salah? Jawabannya Tidak. Haechan tidak pernah menyesal telah jatuh cinta pada Mark. Mark adalah orang yang paling tepat mendapatkan cintanya. Lalu apa yang membuat kisah cintanya menjadi sebuah kesalahan? Jawabannya adalah waktu. Mereka jatuh cinta pada waktu yang salah.

Semua orang selalu berkata cinta itu butuh sebuah pengorbanan. Dan itu yang dirinya lakukan. Dirinya terluka begitupun dengan Mark. Mereka sama-sama terluka. Dan luka itu merupakan bukti pengorbanan mereka.

"Setiap cinta memiliki waktunya"  bibirnya melengkung keatas.

"Jika sekarang belum saatnya, belum pantas, belum siap dan mengharuskan kami berpisah. Bukan berarti kami melupakan nya. Jika memang takdirku adalah Mark hyung, maka kami pasti akan bertemu kembali. Entah itu 2 tahun kemudian, 5 tahun kemudian atau 10 tahun kemudian. Benang merah akan mendekatkan jarak diantara kami. Sedekat jantung dengan detakannya"

Ya. Sedekat jantung dengan detakannya. Itu yang pernah Mark katakan padanya.

"Haechanie ayo kita akhiri hubungan ini"

"Tapi suatu hari aku akan kembali menjemputmu. Sekalipun kau berusaha untuk menghindar. Tidak peduli kau akan menentang keberadaanku. Pada saat waktu itu tiba, kita akan benar-benar kembali. Selalu bersama, Seperti Jantung dengan detakannya"

Hanya dengan mengingatnya saja sudah membuat perasaan Haechan jadi menghangat.

"Ada banyak jenis cinta didunia ini, Na Jaemin. Yang jika kita cinta bukan lantas harus memiliki dan jika kita cinta, tidak harus dibawa pulang. Apa kau sudah mengerti sekarang?"

Jaemin kehilangan kata-kata. Benarkah orang yang sedang duduk satu meja bersamanya adalah Lee Haechan. Sahabatnya Haechan yang masih sering menganggu kesenangan adiknya. Orang yang selalu ingin menang sendiri. Orang yang sangat menjengkelkan dan jarang sekali bisa bersikap serius dalam keadaan apapun.

"Berhenti memandangku seperti orang bodoh"

Well, Lee Haechan tetaplah Lee Haechan. Dia tertawa lepas, wajah kesal Jaemin yang memandangnya menjadi hiburan tersendiri bagi Haechan.

"Mereka masih menganggumu?"

"Tidak. 3 hari setelah aku resmi putus, mereka sudah tidak mengangguku lagi. Ponselku sudah tidak berisik. Akun SNS pribadiku sudah aman kembali dan aku baik-baik saja"

HIGHSCHOOL RAPPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang