Drawing Tube.

152 19 2
                                    

Awan mendung tengah menghiasi langit sore hari ini. Ditemani dengan sedikit angin sepoi-sepoi membuat siapapun kan sejuk, tentram, dan damai saat merasakannya.

"Hhhh aku ingin istirahat"

Seseorang dengan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitamnya tampak berjalan sendirian. Lesu, 'capek banget kayanya'. Rambutnya sedikit berantakan diterpa angin. Ahhh.... angin, tau saja cara terbaik membuat seseorang terlihat lebih menawan. Adalah seorang dari miliaran keturunan adam yang tampan juga rupawan. Terlihat dari side profilenya yang Allahuakbar,,,, GANTENG BANGET EDAN!!

Pahatan wajahnya tegas, alisnya tebal, matanya berbinar walau terlihat ada guratan kesedihan di sana. Sosok dengan proporsi tubuh yang ideal itu kini tengah berdiri di tepi danau kampus salah satu Universitas Negeri di Pulau Sumatera. Terlihat ia sedang mengamati sekitar, matanya menelisik seolah mengabsen mana sekiranya tempat kosong yang bisa ia jadikan singgahan tuk mengistirahatkan sejenak tungkainya yang kelelahan akibat aktivitas yang edan banget capeknya. Di bawah pohon mangga yang kebetulan tumbuh di dekat tepi danau dengan bangku taman di bawahnya menjadi tempat pilihannya. Suasana sekitar tidak begitu ramai mengingat hari kian senja. Hanya segelintir mahasiswa yang terlihat wara-wiri untuk pulang mungkin? Beberapa lainnya terlihat duduk dipinggiran sisi yang lain. Ada yang berdua tengah bercerita, berlima sedang membahas tugas sepertinya, dan berkelompok orang yang banyak banget jumlahnya sepertinya sedang berdiskusi membahas yang entah apa, kemudian dia sendiri. Iya.. dia sendiri tengah menikmati kesendiriannya, termenung dalam keheningan, dan menatap kosong ke dalam tenangnya air danau.

Masih dengan outfit khas 'mahasiswa baru'nya, terlihat ia mengacak rambutnya asal dan berkata,

"Bunda.. Ayah.. baru sehari, tapi Bara udah kangen banget ini"

Perkataannya mulai menarik atensi orang-orang sekitar karena suaranya cukup keras. Tapi setelahnya mereka memilih acuh.

"Namanya bara"

"Hiks... hiks.. hiks..."

Ku dengar ia mulai terisak. Buliran bening yang hangat itu mulai jatuh menyapu lembut pipi putih nan mulusnya, melewati dagu yang kemudian ia seka lembut dengan lengan bajunya. 'Nangis?' Ia terduduk lemas, pundaknya turun, punggungnya membungkuk, lantas wajahnya ia tutup dengan telapak tangannya yang lebar.

"Cantik banget jari jemarinya..'

"Kenapa.." dia bertanya, entah kepada siapa.

"Aduh.. kok nangis sih? Baru juga hari pertama yakali stressful? Beban banget kah?" batinku sambil terus menaruh atensi kepadanya.

"Ini kalo aku tiba-tiba nyamper dikira aneh ga sih?"

"Ehh.. eh.."

"HEH JANGAN LOMPAT ANJIR WOI"

"Kan.."

Pinter... keren... lihat sekarang matanya yang menyisakan jejak-jejak air mata itu kini tengah menatapku dengan tatapan yang kalo bisa didengar akan berbunyi seperti "Gila ni orang? Apasih? Lu siapa anjir? Kita kenal?" gitu.

Refleks, entah dorongan dari mana tapi barusan suaraku tiba-tiba saja menggelegar seolah bisa membelah danau menjadi dua, terus lu bisa berjalan dah tuh di atasnya kaya kisah nabi Musa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ar[Cheat]Act || Hamada Asahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang