Trend Masa Kini?

23 2 0
                                    

***

Di siang hari yang terik hingga membakar kepala siapa pun yang tidak memakai pelindung apa pun di kepala mereka, seorang anak sekolahan dengan ransel seperti Dora sedang terseret keluar dari gerbang sekolah. Lautan kepala manusia yang juga berbondong-bondong keluar dari area sekolah begitu menyesakkan hingga membuat anak perempuan bertas Dora itu tersungut dengan wajah kusut. Kacamata tutup botolnya terpelorot dari tempatnya, lalu ia menaikkan kacamatanya dengan lima jari.

Hari ini ia berencana langsung pulang ke rumah tanpa mampir ke mana pun. Anak itu pun mengeluarkan sepeda ontelnya dari parkiran sekolah lalu membuka gembok sepedanya dengan lima kunci berturut-turut. Setelah itu, ia pun mendudukkan dirinya di atas jok sepeda dan bersiap untuk gowes di bawah panasnya neraka (baca: terik matahari).

Kerudungnya berkibar di sepanjang perjalanan. Meskipun matahari terus-terusan membakar aspal, tetapi ia tidak patah semangat untuk mengayuh sepedanya hingga selamat sentosa. Namun ia tidak menyadari ancaman yang saat ini sedang mengintai di belakangnya.

Seorang pemuda ceking memakai jersey dan helm ala pembalap internasional sedang mengendarai sepeda motor bututnya dengan kecepatan lambat, bukan karena motornya kehabisan bensin, namun saat ini ia sedang mengintai 'korban'nya untuk merampas hartanya. Ya, pemuda ceking ini adalah pembegal amatir, yang saat ini sedang memulai aksi perdananya. Untuk itulah ia memilih korban anak sekolahan yang hanya mengendarai sepeda ontel seorang diri di tengah-tengah sawah dan semak belukar. Oke, mungkin ini terkesan romantis, namun ini akan menjadi kisah tragis anak itu, karena sebentar lagi seluruh harta kekayaannya yang disimpan di dalam ransel Dora-nya itu akan segera dirampasnya. Hahaha, membayangkannya saja membuat pemuda ceking itu tertawa sadis dan hampir saja menabrak semut yang sedang melintas di jalan itu. Meskipun ia memiliki niat jahat pada manusia, tetapi ia berhati baik pada binatang (layaknya Tarzan).

Nah, korban sudah di depan mata, lokasi sudah mendukung, sekarang tinggal keberanian mentalnya saja untuk menyerempet sepeda ontel anak itu dan kemudian mengancamnya agar segera mengeluarkan seluruh isi tasnya.

Dan sekarang berhitunglah bersamaku. Satu ... dua ... tiga!

BRAK!

Sepeda ontel yang dikayuh oleh anak bertas Dora itu pun oleng ke samping dan kemudian jatuh jumpalitan ke tengah semak. Kepalanya tersantuk cangkang keong, dan kacamatanya tersangkut di pedal sepeda. Kepalanya pusing sesaat, sebelum akhirnya ia bangkit dan melihat sebuah pisau yang biasanya dipakai sebagai atribut seragam pramuka teracung di depan hidungnya.

"Pilih! Harta atau nyawa?!" sembur si pemuda ceking itu dengan suara melengking dan hampir memecahkan gendang telinga si anak perempuan.

Karena kebingungan disuruh memilih tiba-tiba, anak itu menjawab, "Atau!"

Dengan muka bengong yang mirip seperti ekspresi Patrick Si Bintang Laut saat berpikir, pemuda itu terdiam sesaat dengan tampang bodoh. Dan anak itu mencoba menjauhkan wajahnya dari pisau dan mencoba memungut kacamata tutup botolnya, yang malangnya sekarang terjepit di rantai sepeda sehingga ia butuh waktu, usaha, dan tenaga agar bisa melepaskan kacamata bulat tersebut tanpa mematahkannya. Setelah berhasil, anak itu memakai kacamatanya dan kini ia bisa melihat siapa sosok yang mengancamnya tadi.

Anak itu melihat sesosok yang kurus kerempeng sedang memakai helm super besar sehingga membuatnya seperti ikan teri berhelm. Sontak anak itu terbahak dan tak sadar kalau pemuda itu sudah kembali dari alam bawah sadarnya.

"Woi! Malah ketawa, mau cari mati, ya?! Cepat serahkan seluruh harta dan isi tasmu atau kau akan mati!" bentak pemuda itu tak terima bahwa dirinya ditertawakan.

"Lha? Kenapa, sih? Kamu mau jadi begal, ya? Begal itu dosa, tahu! Emang kamu nggak mikir kalau perbuatanmu itu sungguh jahannam dan kamu tidak hanya akan masuk penjara, tapi ke neraka!" ujar anak itu bijak sambil mengelap lensa kacamatanya yang tidak mau bersih.

"Iya, tapi 'kan ...."

"Nggak ada tapi-tapian, sekali dosa tetap dosa, kalau kamu memang niatnya mau cari duit, seharusnya minta bantuan sama orang lain atau teman-temanmu ... atau sekarang, kamu bisa minta sama aku, nggak perlu pakai cara beginian ...."

"Lho? Memangnya boleh?"

"Boleh, dong. Sesungguhnya, Allah selalu menolong hamba-Nya yang sedang kesulitan. Kalau kamu meminta, Inshaa Allah akan dikabulkan—asalkan kamu selalu taat dan bersyukur kepada-Nya. Aku tahu kamu ini teman sekolahku, jadi aku nggak akan melaporkan kejadian ini pada siapapun. Asal kamu bertobat." Perkataan dari anak berkerudung dan berkacamata tutup botol itu pun telah menyentuh sanubari si pemuda ceking pembegal amatir itu. Matanya meneteskan air mata sebesar biji jagung—walaupun wajahnya tertutup helm. Akhirnya, dengan kepala dingin dan pikiran yang sudah jernih, ia pun menyingkirkan pisau pramuka itu dan melepas helmnya—berniat meminta maaf kepada anak tak bersalah itu.

Sedangkan perempuan tersebut berdiri dan mengangkat sepeda ontelnya, lalu ia menoleh kepada pemuda ceking yang telah melepas helmnya. Dapat dilihatnya sesosok wajah 'rupawan' yang menatapnya dengan muka bersalah, rambutnya yang bagaikan semak belukar di halaman rumah kosong itu membuat perempuan tersebut ingin sekali memangkasnya.

Setelah beberapa waktu keheningan tercipta, si pemuda ceking angkat bicara, "Ng ... maaf, ya. Sebenarnya aku lagi butuh uang, tapi nggak tahu mau minta ke siapa. Karena akhir-akhir ini lagi trend membegal orang, makanya aku ikut-ikutan. Tapi aku bersyukur korbannya kamu, karena berkat kamu aku nggak jadi melakukan perbuatan laknat bin jahannam itu. Maaf, ya ...."

Dengan mata berbinar-binar, anak perempuan berkacamata tutup botol itu tersenyum merekah menampakkan giginya yang silaunya mengalahkan iklan pasta gigi. Dengan riang, anak itu berkata, "Baiklah, permintaan maaf diterima. Kalau begitu aku mau pulang dulu—mau ngasih makan ikan lele di rumah. Assalamu'alaikum!" Dan perempuan itu bersiap mengayuh sepedanya ketika pemuda itu juga bersiap menaiki motornya, namun ketika anak itu sudah mengayuh beberapa meter dari tempat kejadian perkara, tiba-tiba sebuah suara serak nan miris menginterupsinya.

"Eh ... anu ... bensin motorku habis ...."

***

1 April 2015
Diselesaikan bersama dengan L.V.M.S.

Trend Masa Kini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang