Teesha
"are you sure enough to take that company as your internsip place, Sha? I mean, mereka itu ngasih nilai kayak nggak belas kasihan loh, kalau lo bagus ya, you get your reward, being staff there and get your best chair, tapi kalo nggak? Lo bakalan ngulang lagi sha" Ujar Tatjana. Saat kami bersiap-siap akan berangkat. Tinggal sentuhan terakhir, lipstik berwarna nude, maka aku telah bersiap. Dengan setelan seragam formal, outer blazer hitam, dengan dalaman kemeja putih, rok setinggi 2 cm di atas lutut, rambut kucepol agar terlihat rapi, dan sepatu heels hitam 5 cm sepertinya sudah cukup menunjang penampilanku hari ini. Sementara Tatjana yang juga memulai magangnya hari ini, memilih pakaian yang senada denganku, hanya saja heels yang ia kenakan cukup gila untuk setelan kantor dengan mobilitas tinggi, 10 cm, kalau sudah dikasih tahu kalau itu kurang sesuai dengan aktivitas dia nanti, pasti dijawab "ini satu-satu penunjang gue biar kelihatan jenjang, karena gue sadar Tuhan menciptakan gue minimalis gini, so stop to comment my heels" Aku Cuma bisa geleng-geleng kepala kalau dia udah bicara seperti ini.
"Jadi lo ragu sama kemampuan gue?" tanyaku sambil tersenyum tengil.
"songong ini anak nggak ilang-ilang ya. Yuklah berangkat"
"Wait, gimana penampilan gue? Udah bisa berikan kesan pertama yang baik dong ya?" Aku meminta pendapat pada Tatjana sambil berputar di hadapannya.
Ia memanyunkan sedikit bibirnya "Standar banget. Tapi udah rapi kok, yuk ah"
"Eh, gue bawa mobil sendiri aja" ujarku. Menahan langkah Tatjana. Ia menaikan alisnya mengisyratkan 'yakin lo bawa si butut itu ke kantor? Kalo dia mogok lagi kayak yang sudah-sudah gimana? Ini hari pertama lo kerja loh, masa lo mau langsung di cap jelek?' nah begitulah kira-kira. Aku Cuma tertawa kecil sambil mengangguk "Sudah, ke kantor sanaaaa" aku mendorong tubuh Tatjana.
"Eh, alis gue udah rapi kan?" Tatjana berbalik badan untuk memastikan alisnya simetris atau tidak, karena baginya alis adalah termasuk salah satu hal wajib yang harus diperhatikan dalam penampilan, aku mengangguk, memberikan kode dua jempol, pertanda sudah bagus. Kemudian ia baru pergi.
"Bismillah, semoga hari ini lancar, dan si tua itu nggak berulah pagi ini" Ku langkahkan kakiku dengan pasti.
---------------------------------------------------------------------------------------
Atira
"Atira, kamu ingat, kan, hari ini adalah hari pertama kamu masuk kantor" Kata bokap di telpon. Gue mengiyakan ucapan bokap dan setelah itu pembicaraan ditutup. Shit, harusnya gue ikut Mike aja di tempat dia, daripada ini, dari sebulan yang lalu udah didiktein ini itu. Atira kamu harus begini, Atira kamu harus begitu, Atira kamu itu bakalan jadi penerus papa selanjutnya. I hate my life.
Jujur, sebenarnya gue nggak suka pekerjaan ini, maksudnya jurusan yang gue ambil, ekonomi bisnis. Gue benci harus berurusan namanya mengelola keuangan, membahas tentang perkembangan ekonomi, angka kredit, suku bunga, naik turunnya inflasi, belum lagi tentang permainan saham, yang membuat gue berpikir kayaknya mati lebih enak, daripada tiap semester gue dipaksa untuk memahami sesuatu yang nggak gue suka. Kalau bukan karena masih menghargai bokap, mungkin tujuh tahun silam gue udah terbang ke Chelsea untuk berlatih sepak bola disana, dan mungkin sekarang gue udah mulai menjadi pesepak bola.
Satu hal yang sangat menyakitkan hati waktu bokap bilang "kamu mau jadi apa kalau main sepak bola terus? menjadi pesepak bola tidak akan menjamin masa depan kamu lebih baik dan nggak bakal mencukupi kehidupan kamu yang mewah ini, Tira" bokap waktu itu marah waktu gue utarakan keinginan gue. Kadang masih ada rasa kesal, bukan kadang lagi, sering. Maksud gue, siapa yang bisa menjamin bahwa menjadi pesepak bola itu nggak punya masa depan? Siapa yang nggak tahu tentang kekayaan David Becham, Lionel Messi, atau Christian Ronaldo? Mereka sangat memiliki masa depan, dan gue masih yakin masa depan gue bakal secerah mereka kalau gue jadi pesepak bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Complicated Status
RomanceAku mencintainya, lebih dari diriku sendiri, tapi aku bingung ketika aku dihadapkan dua pilihan.... pergi meninggalkannya demi kebaikan atau tetap memilikinya tapi akan menyakitiku Teesha dan Tira, ada yang berkata bahwa tidak ada yang murni dari se...