Dalam beberapa minggu saja Mark dan Rose sudah menjadi semakin akrab. Mereka seringkali bertemu di ruangan musik yang sekarang menjadi tempat favorit Rose sejak kehadiran Mark.
Mark dan Rose mulai menemukan kecocokan satu sama lain dan menjadi semakin dekat seperti halnya orang yang telah lama saling mengenal. Menurut Rose sudah tidak penting lagi untuk mengetahui nama asli ataupun latar belakang Mark. Hal terpenting bagi Rose adalah Mark yang selalu ada untuknya.
"Mark, bagaimana jika kau ikut denganku malam ini?" tawar Rose sambil menyeruput kopi di gelasnya. Mark baru saja datang beberapa menit yang lalu, serta membawakan minuman untuknya.
"Kau ingin mengajakku ke mana?"
"Ke acara peresmian cabang perusahaan baru yang membosankan, tidak jauh berbeda seperti saat pesta ulang tahunku dulu."
Mark melirik geli pada Rose karena mengejek pesta ulang tahunnya sendiri, dimana untuk orang lain itu adalah hal yang mengesankan, pesta mewah berisikan tamu-tamu penting.
"Tidak biasanya kau mengajakku? Ada apa tiba-tiba?"
"Entah, aku hanya ingin saja. Aku bosan setiap kali datang ke pesta selalu saja sendirian."
"Kau bisa mengajak pria itu, siapa namanya? Aku lupa nama tunanganmu yang berwajah kaku itu."
"Masih calon tunangan." Rose mengoreksi sambil tertawa melihat ekspresi Mark yang mencontohkan ekspresi wajah June saat mereka bertemu di pesta ulang tahunnya saat itu.
"Pergi bersama June sangat menyebalkan, aku merasa seperti barang yang dipamerkan kemana-mana jika jalan bersamanya."
"Kalau ada barang sepertimu mungkin digadaikan pun tak akan bisa?"
"Jadi maksudmu aku tak laku?"
Rose menggembungkan pipinya. Mark hanya tertawa melihat reaksi Rose yang menggemaskan. Mark mengarahkan kedua tangannya dan mengapit kedua pipi Rose agar mengempis kembali.
"Karena tuan putri Rose terlalu berharga sampai tak ada yang sanggup memilikinya."
Rose mengatupkan bibirnya, ia sedang menahan senyumannya. Ia tak ingin Mark jadi besar kepala jika ia ketahuan senang akan pujian Mark.
"Mengapa kau mengajakku ke pesta yang membosankan, kau tahu aku tak suka pergi dalam lingkunganmu." Mark berjalan mulai berkeliling ruangan dan melihat-lihat alat musik di sana seakan tak pernah bosan padahal ia sudah sering ke ruang musik itu
"Lalu kau pikir apa yang kurasakan selalu menghadiri pesta semacam itu selama hidupku ini? Kupikir-pikir jika aku bersamamu akan lebih menyenangkan."
"Aku tak mau." Dengan enteng Mark langsung menolak telak.
"Jahat! Pokoknya kau harus menemaniku untuk datang ke acara konyol itu." Rose berseru sambil menabuk drum dengan keras secara tiba-tiba. Membuat Mark harus mengelus dadanya karena terkejut.
"Katakan saja kalau kau iri pada teman-temanmu yang selalu datang bersama pasangan mereka," ejek Mark membalas Rose yang sudah membuat jantungnya hampir copot.
"Ya sudah, aku tidak jadi mengajakmu. Aku akan mengajak June saja." Rose melirik sinis Mark yang selalu suka menggodanya.
"Curang sekali, sampai mengancam seperti itu. Baiklah, aku memang tidak punya pilihan lain selain menemanimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KNAVERY ❝MARK ROSÉ❞ ☑
Fanfiction"It is not sacrifice if you love what you're doing." ―Mia Hamm. ©bananaorenji, 2018.