"Apa kau masih merasa tidak sehat? Kau terlihat pucat." Rose bertanya saat sekembali Mark dari toilet.
"Aku sudah tidak apa-apa. Bagaimana jika kuambilkan minum?" tawar Mark pada Rose sambil berjalan menuju dapur, berusaha mengalihkan pembahasan.
"Boleh juga." Rose mengangguk sambil memperhatikan Mark yang kembali menghilang di balik pintu dapur.
Setelah beberapa saat Mark kembali dengan dua gelas minuman di tangannya. Ia memberikan salah satunya pada Rose dan duduk bersamanya di sofa.
"Terima kasih," balas Rose sambil meraih gelas di tangan Mark dengan senyumannya yang mengembang setelah kehadiran Mark kembali.
Ketika menyadari ada yang aneh pada tangan Mark, Rose cepat-cepat meraih jemari Mark panik.
"Tanganmu terluka? Rasanya tadi belum diperban seperti ini."
"Ah, tidak apa-apa. Tadi hanya ada kecelakaan kecil saat aku di toilet"
"Benarkah tidak apa-apa?" tanya Rose lagi memastikan.
"Iya sungguh ini tidak apa-apa. Ini hanya luka biasa."
Mark terkekeh sambil menggerak-gerakan jarinya agar terlihat baik-baik saja di mata Rose.
"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa dan bertambah parah katakan padaku biar nanti kita mengobatinya ke rumah sakit."
"Hmm, Rose," sela Mark pelan pada Rose yang masih sibuk memperhatikan perban di tangan Mark.
"Ada apa?" tanya Rose dengan wajah penuh tanya. Ia mengalihkan pandangannya dari perban di tangan Mark dan kemudian menatap wajah Mark.
"Ada yang ingin kubicarakan padamu, kali ini aku serius dan kau harus mendengarkanku baik-baik."
"Bicaralah, aku akan menjadi pendengar setia untukmu," ujar Rose sambil meminum minuman yang tadi diambilkan oleh Mark untuknya.
Tatapan Mark semakin sendu pada setiap gerakan Rose. Mark berganti menggenggam jemari Rose yang tadi sedang memeriksa perbannya. Mark menatap Rose dengan wajah yang serius membuat Rose merasakan suasana canggung.
Jantung Rose pun kini sedang berdebar kencang, ia tak ingin Mark sampai menyadarinya. Rose berusaha menarik kembali tangannya namun Mark menahannya dan mengeratkan genggamannya.
"Pertama, kau tentu tahu namaku yang sebenarnya bukanlah Mark." Rose menggangguk tapi tak begitu mengerti maksud Mark.
"Tuan Yi En, itulah namaku."
"Rasanya terdengar aneh, sepertinya karena aku sudah terbiasa memanggilmu dengan nama Mark."
Rose terkekeh kecil menganggap Mark hanya sedang bercanda seperti biasanya. Tapi kemudian Rose terdiam, ia merasakan ada sesuatu yang ganjil pada Mark, Mark tak ikut tertawa, tersenyumpun tidak. Mark malah terlihat sedih dan berantakan seperti sedang memikul beban yang berat.
"Kemudian yang kedua, hmm..." Mark berhenti sejenak sambil menatap Rose dalam-dalam.
"Entah, aku bingung harus memulainya darimana karena aku tidak biasanya merasakan ini tapi lebih baik aku langsung saja, aku menyukaimu, Rose," ungkap Mark tanpa tanggung-tanggung lagi.
"Apa?"
Rose mengerjapkan matanya berkali-kali, ia tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja Mark katakan atau ia tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KNAVERY ❝MARK ROSÉ❞ ☑
Fanfiction"It is not sacrifice if you love what you're doing." ―Mia Hamm. ©bananaorenji, 2018.