2| The Memories

678 87 0
                                    

Suasana canggung sudah tidak lagi menyelimuti mereka seperti saat baru bertemu tadi. Kini mereka lebih terlihat seperti halnya adik kelas yang sedang bercerita ringan pada kakak kelasnya dalam suasana akrab. Jaebum terus saja melontarkan candaan-candaan keringnya untuk membuat gadis itu nyaman bersamanya sehingga waktu pun menjadi terasa cepat berlalu.

Hujanpun seperti turut senang melihat mereka dan mulai berhenti untuk menumpahkan butiran airnya ke bumi.

"Hujannya sudah mulai berhenti," ujar gadis itu sambil menatap suasana di luar yang sudah dihinggapi oleh gelapnya malam.

"Baiklah, sebaiknya kita segera pulang. Ini sudah malam, tidak baik untukmu yang masih berpakaian sekolah dan basah seperti itu," kata Jaebum sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 8 malam.

Mereka sudah berdiri di depan mini market dengan suasana yang entah mengapa menjadi sedikit canggung. Mungkin saja karena itu artinya pertemuan mereka hari itu harus segera berakhir.

Entah mengapa ada perasaan enggan di hati Jaebum melepas gadis itu untuk pulang. Seakan ia tidak akan melihatnya lagi nanti, padahal mereka satu sekolah dan Jaebum masih bisa bertemu dengannya setiap hari jika ia mau.

Jaebum sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan saat itu. Tidak mungkin rasanya ia bisa jatuh cinta secepat ini pada gadis yang baru ditemuinya kurang dari 12 jam, pikir Jaebum yang mulai berperang dengan perasaannya sendiri.

"Kau yakin tidak ingin aku mengantarmu? Ini sudah malam, tak baik seorang gadis pulang sendiri dengan penampilan seperti ini," tatap Jaebum khawatir pada gadis itu yang terlihat berantakan karena terkena hujan tadi namun entah mengapa di matanya gadis itu tetap terlihat menarik.

"Terima kasih, tapi aku tidak ingin menyusahkan lagipula aku juga terkadang pulang naik bus dan berjalan sendirian dari halte ke rumahku saat tak dijemput" tolak gadis itu dengan halus.

Jaebum banya bisa pasrah dengan kemauan gadis itu karena ia tidak mungkin memaksa gadis yang baru dikenalnya.

"Kalau begitu aku pulang dulu--" Ucapan gadis itu terputus begitu saja saat tiba-tiba hujan kembali menumpahkan butiran airnya tanpa ampun dengan skala yang lebih besar dari sebelumnya. Sepertinya takdir benar-benar tidak ingin melepas perpisahan mereka begitu saja.

"Ya tuhaaan, apa salahku sebenarnya, apa aku tidak boleh pulang ke rumah dan beristirahat?" keluh Jaebum saat melihat hujan turun kembali. Tapi keluhan itu sebenarnya bukanlah perasaan yang sebenarnya, jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa senang dengan hujan yang seperti berpihak padanya.

Jaebum bersyukur pada hujan karena itu tandanya ia bisa menahan gadis itu untuk lebih lama bersamanya. Sementara gadis itu hanya memandangi hujan dengan raut wajah yang penuh kebimbangan.

"Bagaiamana ini? Sepertinya kita harus menunda lagi kepulangan kita," toleh Jaebum pada gadis itu yang masih saja memandangi hujan sambil mengeratkan pelukannya pada badannya sendiri. Jelas saja ia merasa kedinginan karena baju seragamnya yang belum juga kering sempurna ditambah dengan hujan dan udara yang semakin malam semakin dingin.

Melihat gadis itu yang tampak kedinginan membuat Jaebum menjadi merasa bersalah dengan keegoisannya yang ingin menahan gadis itu untuk lebih lama bersamanya disana.

"Mau bagaimana lagi, mungkin kita tidak diizinkan untuk pulang karena beberapa alasan tertentu," ujar gadis itu yang masih terfokus pada butiran hujan yang jatuh dengan sesimpul senyuman penuh arti yang menghiasi wajahnya.

XENIAL ❝JAEBEOM JENNIE❞ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang