Regrets 5: give up

2.5K 380 221
                                    

Aku membuka mataku saat matahari mengintip dari balik tirai di kamarku. Aku menguap lebar, merasakan lelah karena pemeriksaan polisi.

Tidak, aku tidak akan ditahan. Appaku -aku sudah pernah cerita? Dia pengacara terkenal- bisa membantuku keluar. Dia memberiku ceramah panjang. Bahkan lebih panjang daripada sesi pemeriksaan polisi.

Aku hanya mengangguk dan mengucapkan maaf berkali-kali, dan pada akhir percakapan, appa memintaku berjanji tidak akan berkelahi lagi. Ini pertama kalinya di hidupku aku berbuat kesalahan, jadi appaku masih bisa memaafkanku. Meski dengan perjanjian bahwa aku tidak akan mengulangi kesalahanku.

Tapi aku tidak bisa berjanji. Aku tidak tau apa yang akan Daniel lakukan ke Seongwoo. Aku tidak bisa berjanji tidak akan memukul Daniel lagi.

Akhirnya appaku dan aku membuat kesepakatan. Aku boleh memukul Daniel. Tapi tanpa bangku. Cukup dengan tanganku.

Good enough. Aku altlet taekwondo dan judo waktu sma. Meski badan Daniel lebih besar, setidaknya aku tidak akan kalah.

Thanks dad. You're the best.

Kemarin Seongwoo membawakanku tahu putih. Tradisi untuk orang yang masuk kantor polisi katanya. Supaya orang itu bisa memulai hidup baru. Menjadi putih, seputih tahu itu.

Dia tidak tau saja kalau aku masih berniat memukuli pacarnya.

***

"Hyung, kamu terkenal sekarang. Bahkan lebih dari dulu waktu orang pikir hyung anak baik."

Aku yakin kalian tau manusia yang tidak bisa menyaring omongannya ini, jadi aku tidak akan menyebutkan namanya. Malas. Aku hanya membalik halaman buku yang sedang kubaca sambil meminum grapeade milikku.

"Seongwoo hyung! Disini!"

Manusia-yang-namanya-malas-kusebut itu mengeluarkan nama yang membuat jantungku berdebar sedikit lebih kencang. Sedikit. Sedikit saja.

Baik. Aku mengaku. Banyak.

Aku mengangkat wajahku yang sedari tadi menunduk menelusuri halaman demi halaman buku yang sedang aku baca. Aku bisa melihatnya, dia berjalan cepat ke arahku dengan wajah sumringah.

Detik selanjutnya, dia memelukku.

Ah, indahnya dunia.

"Hyun! Kenapa tidak memberitahu kalau hari ini kamu masuk?" Seongwoo memanyunkan bibirnya berapa sentimeter, hingga membuat bibirnya nyaris menempel di leherku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di kulit leherku.

Kamu kuat Hwang Minhyun. Kamu kuat. Kamu anak milkuat. Imanmu kuat.

Saat aku sadari, aku sudah mencium Seongwoo. Pipinya. Pipi. Aku tegaskan sekali lagi. Pipi! Aku belum siap mencium bibirnya.

Imanku kuat. Aku tidak bisa asal cium.

Meski aku mau sih.

"Maaf, kamu khawatir?"

"Ih apa sih cium-cium segala?" Seongwoo kembali memajukan bibirnya. Untung aku kuat iman. Untung aku bukan beruang kelebihan hormon.

"Iya. Aku khawatir." Seongwoo menatap mataku, menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Jangan begitu lagi Hyun. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku hanya ingin didengarkan olehmu, karena kamu orang paling dewasa yang aku tau. Aku nyaman berada di dekatmu."

Jantungku, bertahanlah. Jangan pingsan. Jangan rusak momen indah ini.

"Cieee jadi sudah move on nih Seongwoo hyung?" Suara menyebalkan itu kembali terdengar. Membuat Seongwoo melepaskan tangannya yang tadi menangkup wajahku dan memundurkan tubuhnya yang tadi sangat dekat denganku.

Regrets [OngHwang] [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang