Regrets 4: after effect

1.9K 355 150
                                    

Kalau ditanya apa hal paling membuatku kesal selama hidupku yang menginjak 20 tahun ini, itu adalah satu hal. Fakta bahwa Seongwoo-ku dan si sialan itu sudah melakukan hubungan sex. Bahkan beberapa kali.

Rasanya tanah yang aku injak hilang. Langit yang kulihat pergi entah kemana. Udara yang biasanya aku hirup menjadi menyesakkan.

Jangan bilang aku berlebihan. Aku sedang patah hati. Kalian belum pernah sih dengar hal seperti itu dari orang yang kalian suka. Beruntung di Seoul rawa-rawa itu jauh. Coba kalau dekat. Mungkin aku sudah menenggelamkan diriku disana.

Saat ini aku melakukan kegiatanku yang biasa saat patah hati. Menggelung diriku di dalam selimut. Mencari sedikit kehangatan dan kenyamanan diantara selimutku. Berusaha mengumpulkan pecahan hatiku yang menjadi debu.

Hahh, darimana sebenarnya semua mulai kacau?

Bagaimana bisa hidupku jadi seperti ini?

Ini lebih menyakitkan dibanding kabar mereka berpacaran, asal kalian tau. Aku belum bisa bangkit. Padahal ini sudah bulan ketiga sejak aku dengar perkembangan hubungan Seongwoo dan Daniel. Aku masih terpuruk.

Apa aku menyerah saja? Ini benar-benar menyakitkan. Aku tidak sanggup.

Cih. Dasar lemah iman!

Sialan! Diam kamu!

Sialan? Aku laporkan ke omma! Habis kamu disuruh motong bawang buat bikin kimchi!

Heh bodoh, kamu itu aku. Aku menderita kamu juga menderita. Dasar manusia kebanyakan monosodium glutamat!

Maaf. Kebiasaan burukku berkelahi dengan pikiranku menjadi susah dikendalikan. Aku terlalu lama menyendiri. Aku tidak punya teman ngobrol kecuali pikiranku sendiri.

Ponselku bergetar. Aku melihat layar ponselku. Kim jaehwan. Apa-apaan sih manusia satu ini? Mengganggu masa berkabung orang saja. Kusumpahi kamu ditolak Sewoon lagi. Cih.

Aku kembali menjadi Hwang Minhyum versi 2 yang 10% pesimis, 10% skeptis dan 10% salty. 70% sisanya aku harap segera kembali kepadaku. Saat ini masih di pemiliknya. Belum kembali kepadaku.

"Hyuuuuuuung!!!" Aku mendengar pintu apartemenku digedor.

Ah, suara menyebalkan itu. Hanya Jaehwan yang memiliki suara semenyebalkan itu. Aku kembali tidur di kasurku dan membelit tubuhku dengan selmut ketika aku kembali mendengar suara sial-- maksudku suara menyebalkan itu. Lihat omma, aku tidak memaki.

"HYUUUNG AKU TAU HYUNG DI DALAM! BUKA ATAU AKU AKAN MENGGANGGU MASA BERKABUNG HYUNG!"

Tuhan, iman hambamu ini kuat. Tapi tolong beri hamba kekuatan lebih supaya hamba tidak melakukan pembunuhan.

Dengan terpaksa -jika tidak aku akan terus diteror- aku menyeret tubuhku yang masih dalam pelukan selimut ke pintu depan. Aku membuka pintu apartemenku dan mendapati Jaehwan berdiri disana dengan pipinya yang kelebihan muatan.

"Apa?"

"Ketusnya. Pantas Seongwoo hyung lebih memilih Daniel. Kalau sama Daniel, Seongwoo hyung bisa mendesah. Kalau sama hyung, Seongwoo hyung pasti cuma bisa mengehela nafas."

"Aku doakan Sewoon menikah dengan orang lain." Aku memundurkan badanku dan berusaha menutup pintu, tapi Jaehwan menahannya.

"Maaf hyung. Aku bercanda. Jangan marah." Jaehwan tertawa. Ah kupingku sakit. "Aku bawa makanan hyung. Aku mau masuk."

Tanpa menjawab apapun, aku kembali masuk ke dalam apartemenku. Membiarkan pintu terbuka sehingga Jaehwan bisa ikut masuk ke apartemenku.

Aku bisa mendengar decakan Jaehwan. Pasti karena melihat sosok menyedihkanku yang berjalan masih dalam lilitan selimut. Tapi aku tidak peduli. Aku kasih berduka.

Regrets [OngHwang] [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang