part 7

1.6K 166 9
                                    

Sudah 3 hari berlalu dari kejadian itu, sudah 3 hari pula prilly tidak masuk sekolah. Ia masih sibuk merawat ibunya yang kini sudah dipindahkan dirumah sakit jiwa. Miris rasanya melihat ibunya ditempatkan ditempat seperti itu, tapi apa boleh buat, jika tidak seperti itu ibunya dapat membahayakan orang lain juga.

Pulang sekolah ini, seperti biasa ali mengunjungi prilly. Pasti sekarang prilly sedang menemani ibu nya. Entahlah ali merasa sangat rindu dengan gadis yang sebenarnya ceria itu.

. . .

"Hai prill" sapa ali sambil tersenyum ramah. Sedangkan prilly kembali melanjutkan aktifitasnya, ya itu menyuapi ibu nya.

"Senyumnya ga usah sok manis. Ngapain kamu kesini?" ucap prilly akhirnya membuka suara.

"Ambu makan dulu ya." ucap prilly sambil menjulurkan sesuap sendok kepada ully. Sedangkan ully hanya diam tak bergeming sambil menatap kosong.

Ali merasa iba melihat prilly yang seperti ini.

"Kamu udah ga berangkat 3 hari. Tadi aku nanya kekelas kamu, katanya guru banyak yang nyariin kamu. Mau ga masuk sampai berapa hari lagi?" tanya ali pada prilly.

"Sampai ibu aku sembuh!" ucap prilly tegas.

"Kalau ibu kamu sembuh dalam waktu 1minggu mah mending. Ini ga segampang yang kamu banyangkan prill, ini butuh proses yang akan banyak makan waktu. Gimana kalau ibu kamu sembuhnya lama, 1 tahun? 2 tahun? 3 tahun? Terus kamu ga mau sekolah selama itu gitu?" ucap ali.

Kini prilly bangkit dari temat dukuknya dan menatap ali.

1detik
2detik
3detik

'Pakk' satu tanparan melesat mulus dipipi ali. Ali kini hanya diam mematung.

"Jaga bicara lo! Ibu gue pasti cepet sembuh" ucap prilly ketus.

"Sorry kalau saya salah ngomong. Saya bukan ngedoain, tapi saya cuma mau ingetin kamu. Mana prilly yang dulu? Yang saya liat semangat dan ceria pas baru masuk sekolah. Mana prilly yang kuat saat ngadepin bullyan dari orang lain. Emang kamu mau perjuangan selama ini buat dapet beasiswa harus hilang karna mental kamu yang cemen ini. Pliss bangkit prill, ini bukan diri kamu. Percaya kalau ibu kamu bisa sembuh, kalau ibu kamu sadar kamu kaya gini, pasti dia bakal kecewa. Inget prill, jangan mau kalah sama prilly waktu bayi, buktinya waktu kamu kecil ibu kamu ga mau ngemban kamu aja kamu tetap semangat. Masa sekarang kamu udah besar, karna masalah ini kamu malah jadi begini. Ayah kamu juga bakal bangga kalau liat kamu sukses nanti." ucap ali membuat prilly seketika terdiam.

Kini pandangan ali berpindah pada ibunda prilly.

"Hai ibu, gimana kabarnya hari ini? Udh makan belum? Biar ali suapin ya? Mau ya?" ucap ali dengan lembut, tapi tetap aja ully tak bergeming.

"Emm, ibu ga boleh gini. Kasian anak sama suami ibu sedih loh kalau liat ibu kaya gini. Makan dulu ya?" ali tak mau nyerah kali ini.

"Dimana suami saya?" prilly terlonjak saat akhirnya ibunya berbicara.

"Emm.." sayangnya ali tak memberikan kesempatan prilly untuk berbicara. Ali malah menutup muka prilly dengan tangannya.

"Tangan kamu jorok! Bau, pasti abis cebok" gerutu prilly dengan muka masamnya. Ali hanya dapat tertawa kecil.

"Suami ibu udah tenang disana. Ibu ga boleh kaya gini, nanti dia sedih loh. Dia udah tenang disamping Tuhan, ibu harus ikhlas ya, kasian suami ibu kalau ibu sedih terus dia jadi ikutan sedih." ucap ali dengan muka sok ekspersif, membuat prilly tertawa geli.

"Dia udah sama tuhan ya? Terus saya sama siapa?" ucap ully dengan lesu.

"Ada aku ambu, raina anak ambu." Ucap prilly dengan lihir, ully kembali diam entah mengapa.

Double RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang