1 [Satu Langkah]

24 3 0
                                    

Disini, Risa berdiri dengan percaya diri. Menelusuri koridor yang masih sepi. Ya, karena sepi dia jadi percaya diri.

Bibirnya melantunkan lagu-lagu yang baru selesai ia unduh kemarin, tepatnya, kemarin waktu  pulang sekolah, itupun pakai kuota internet si Dina. Dina itu tetangga sekaligus teman sekelas dari SD sampai ia masuk SMP, tapi setelah lulus SMP mereka pisah, karena Risa memilih SMA sedangkan Dina SMK.

Sejujurnya, kalau dikatain Risa itu nggak ngerasa, nggak enak sama Dina. Gimana mau ngerasa nggak enak kalau orangnya aja digantiin barangnya aja nggak mau, Risa aja sampai berbusa bilangnya. Dari itu, Risa udah nggak ada, ralat, sedikit sih, ngerasa nggak enak sama Dina. Untungnya, Dina baik-baik aja.

"Bidadari surgaku," itulah lirik terakhir dari lagu yang dinyanyikan Risa.

"Sweet-sweet talk."

"You give me so-" Nyanyiannya terhenti, ketika ia melihat seseorang di samping pintu, Risa hanya bisa melihat setengah badan orang itu, karena setengahnya ketutup sama si daun pintu.

Risa balik badan. Dipikiran Risa, mas atau bapak itu sedang tarik menarik, terlihat dari gerak-geriknya. Apa jangan-jangan mas-mas atau bapak-bapak itu mau ditarik ke dalam kelas? Risa geleng-geleng.

Apa dia terlalu pagi, berangkat sekolahnya?

Udah jam 06.00 kok, batin Risa.

Masa ada setan pagi-pagi. Terus narik si orang itu? Ya kali.

Terus apa lagi? ada orang pacar-

Nggak mungkin. Tapi, bisa aja sih.

Lah, terus faedahnya, apa coba?

Eh tapi,

Ia membalikkan badannya seratus delapan puluh derajat.

Dan.

BOOM!

Ck.

Itu, si pak kebun. Bikin pusing aja.

Risa, menghela napasnya, lalu berjalan menuju kelasnya, dengan santai sekaligus menghirup udara sebanyak-banyaknya. Jika orang bilang udara di pagi hari itu sejuk, Risa ikut menyetujui.

Sepuluh meter lagi, ia sampai dikelasnya. Menurut Risa, ini yang di namain perjuangan, ya, walaupun nggak seberapa. Ia harus naik ke lantai tiga untuk sampai dikelasnya.

Risa menggosokkan alas sepatu, dengan keset yang bertuliskan Welcome di bawahnya. Lalu mendongak, melihat ke dalam kelas. Risa hampir memasuki kelas.

Jika, tidak ada dia yang sedang menelungkupkan kepalanya di meja dan lengan sebagai bantalannya. Sekali lagi, dia hampir.

Satu langkah lagi, bertemu dengan seseorang orang yang selalu mengacaukan pikirannya.




.............................

Ayem bak.

Mrs. Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang