Page One

72 12 8
                                    

  Terlihat seorang gadis dengan paras menawan sedang berjalan maju mundur penuh tujuan. Keringatnya mulai berjatuhan membasahi keningnya yang lebar yang katanya pertanda orang pintar. Gadis itu tak mempedulikan lelah yang datang menghampirinya yang dia pedulikan adalah bagaimanapun lantai itu harus bersih dan segera membawa radio rusak itu pergi dari tempat itu. Dan asal kalian tau gadis menawan itu adalah aku sedangkan radio rusak itu adalah sahabatku.

" Nay!" panggilan khas itu membuatku menoleh.

" Apasih? " ucapku dengan geram.

"Em.. Masih lama ya? Pulang yuk! " ucap cowok yang ku kenal dengan nama Danis.

" Ntar.. " ucapku lalu melanjutkan menyapu lantai.

"Ahh.. Nyesel gue. " ucap Danis kesal.

"Nyesel? Hah? Lo bilang nyesel? Pulang aja sendiri sana!" ucapku dengan lantang.

"Heh.. Gue boring nih. " ucapnya sambil menekuk wajahnya.

"Main game sana! "

" Lowbat. " ucapnya memelas kayak kucing kelaparan.

"Yaudah diem aja di situ bentar lagi kelar kok." ucapku.

Danis hanya mendesah dan terlukis ekspresi lelah di wajah tampannya.

Sebenarnya hari ini aku meminta Danis menemaniku tugas Pra MOS di sekolahku. Aku kebagian tugas menyapu kelas X IPA 1 bersama 3 partner kerjaku di OSIS yaitu Fely, Fando dan Rizqa ditambah Danis meskipun dia bukan anggota OSIS. Aku sengaja mengajaknya karena tadi pagi dia mengajakku ke taman tapi malangnya di hari liburan terakhirku ini, aku malahan masuk untuk menjalankan tugas negara.Jadi daripada mengecewakannya lebih baik ku ajak dia ke sekolahan karena tak mungkin aku bolos tugas negara. Awalnya dia nggak keberatan namun akhirnya dia terjebak kebosanan.

" Danis... " panggilku pada cowok malang itu. Dia menoleh malas padaku.

"Apa? " ucapnya malas lebih tepatnya melas.

Jujur tak tega aku melihat sahabatku kayak ayam kehujanan. Basah dan matanya berubah menjadi sipit.

" Nggak nyapu kok bisa keringetan?" tanyaku sambil menyeka keringatnya.

"Gue nyapu kok. Nyapu kebosanan dari alam mimpi. " ucapnya penuh penekanan.

Aku tertawa menggelora karena ucapannya yang aku anggap lawakan.

"Napa ketawa? Puas lihat sahabat lo ini menderita?" ucapnya dengan nada kesal.

" Iya iya maaf deh. Pulang yuk! " ajakku.

Danis turun dari kursi itu lalu mengikuti langkahku menuju ruang organisasi untuk meminta izin pulang sama kak Ilham selaku ketua osis di sekolahku.

"Kak Ilham. " teriakku.

Kak Ilhampun menoleh dan memberikan senyum menawannya.

"Kak saya sudah menyelesaikan tugas bolehkah saya pulang?" ucapku dengan sopan.

"Oh iya, makasih ya udah datang. Besok jangan telat ya! " ucapnya seakan menyindirku yang memang hobi telat ini.

"Hehehe... Iya kak. " ucapku lalu berlalu meninggalkannya.

  Danis telah berjalan mendahuluiku sepertinya dia tak sabar melihat istananya.

"Nay cepet dikit napa? " ucapnya kesal.

"Sabar dong. Napa harus buru-buru sih?"  tanyaku

Danis tak menggubris ucapanku. Dia khidmat melangkahkan kakinya menuju parkiran.

"Nih pakai helmnya! " ucapnya menyodorkan helm padaku.

Tak perlu basa basi lagi dia langsung menyetarter lalu melajukan motornya setelah aku naik ke motor itu. Tiba-tiba motornya terhenti di sebuah kedai es krim yang tak jauh dari sekolahku.

" Gue nggak mau kehabisan es krim coklat Nay makanya gue buru-buru." ucap Danis sambil menggandengku masuk ke dalam kedai itu.

" oh gue kira sudah kangen sama istana lo." ucapku sambil tersenyum tipis.

" Ya nggaklah ngapain kangen? Lo tunggu disini biar gue yang pesen. " ucap Danis sambil menuju ke kasir.

Aku hanya duduk dan menunggu pesanan itu datang. Tak lama kemudian Danis datang dengan pelayan yang membawa pesanan kami.

"Selamat menikmati." ucap pelayan itu. Kami berdua hanya tersenyum tipis.

Danis langsung melahap es krim coklat miliknya. Aku pun juga melakukan hal yang sama. Namun mataku menghilangkan nafsuku pada es krim coklat ini. Ya mataku, mataku telah melihat seseorang yang dulu pernah mengisi hatiku namun juga mengosongkan hatiku selama 1 tahun ini.

"Raka... " ucapku setengah terkejut.

"Hah? " Danis celingukan.

Raka sepertinya melihat keberadaanku,dia menghampiriku yang tak jauh dari tempat duduknya. Kuperhatikan dia datang ke kedai ini bersama seorang cewek cantik berambut sebahu bermata sipit.

"Ina. " panggilnya.

"Eh? Iya.. " responku meski rada canggung.

"Apa kabar? Udah lama ya kita nggak ketemu. " ucapnya sambil senyum tipis.

" Hemm.. Iya. Aku baik kok. Kamu apa kabar? " tanyaku pada Raka.

"Baik kok." ucapnya yang membuat cewek yang bediri di sebelahnya langsung BT.

"Raka... Pulang yuk! " ucap cewek itu.

" Bentar gue mau ngomong sama Ina. Lo keparkiran dulu aja ya, ntar gue nyusul. " ucap Raka mengabaikan cewek itu dan lebih mementingkan diriku.

Cewek itu hanya berdecak kesal dan pergi menuju parkiran.

"Cewek itu pacar lo? " tanya Danis pada Raka.

Raka hanya menggangguk.

" Nggak dikenalin nih sama aku? " ucapku sambil manyun.

"Iya deh kapan kapan aku kenalin. Ina aku pulang dulu ya. " pamitnya padaku.

Aku hanya tersenyum.

Jujur aku masih suka sama dia. Entah kenapa sulit move on darinya bukankah seharusnya mudah bagiku. Di luar sana banyak yang mengantri tapi kutolak dengan alasan aku belum siap pacaran lagi.

"Nay! Oey! Kapan lo move on dari tuh bocah? " ucap Danis yang menyindirku.

"Secepatnya ajalah. " ucapku.

"Bener yak? Gue nggak mau lo terlarut dalam masa lalu. " ucap Danis.

"Iya deh. Pulang yuk!" ajakku.

Kamipun pergi meninggalkan tempat itu setelah Danis membayar di kasir.

Raka meskipun status kita telah menjadi mantan bagiku kau tetaplah teman.

Hai Readers

Maaf ya kalau ceritanya rada aneh.

Tapi boleh nggak minta Vote n Commentnya.... 😁

My Sedeng Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang