Page Three

20 7 5
                                    

Sore ini aku dirumah ditemani Danis. Karena ibuku sedang pergi menjenguk temannya dirumah sakit. Katanya sih bisa sampai tengah malam perginya. Karena aku dirumah sendirian makanya ibuku mengutus Danis untuk menemaniku sampai ibuku pulang. Kita nggak berduaan kok dirumah, ada yang ketiga yaitu burung kenari milik ayahku. Jadi Insyaallah tak kan terjadi hal yang tak diinginkan, lagi pula pintu rumah terbuka kok. Danispun juga telah mendapatkan izin dari orang tuanya. Berhubung Danis disini aku ingin menceritakan isi hatiku biasa disebut curhat.Tapi sudah sejam lebih aku belum bisa memulai ceritaku ini.

"Nay buruan! "

"Emm bentar ya. "

"Gue udah nunggu sejam lebih lho? "

"Iya. Tapi gue bingung."

"Yaelah bingung kenapa? "

"Bingung mulai darimana ceritanya. "

"Ya dari awal dong Nay. "

"Nah masalahnya gue nggak tau awalnya di bagian mana? "

"Dasar oon. "

Itulah kata terakhir yang diucapkan Danis. Aku tau dia bosan menungguku untuk bercerita sejak sejam lebih, tapi mau gimana lagi aku belum bisa. Dan saat ini aku benar benar merasa bahwa diriku ini oon. Aku yang mau cerita tapi aku juga yang nggak tau mulai darimana ceritanya. Kata Danis sih dari awal tapi aku saja nggak tau awalnya darimana. Eh? Tapi bukannya cerita itu nggak harus mulai dari awal. Nyatanya cerita di wattpad itu langsung ke tahap perkenalan bukan tahap lahiran. Bukannya awal dari hidup manusia itu sejak dia lahir? Berarti cerita itu nggak harus dari awal dong.

Hemm... Entahlah mungkin aku yang terlalu oon untuk mencapai materi ini.

"Jadi gini... "

Gue mikir bentar. Danis memasang wajah seriusnya.

"Gue ngiri sama Raka. " ucapku mulai membuka cerita.

"Kenapa? "

"Dia udah punya pacar tapi gue belum... "

"Bisa move on kan? Haduhh Nay sudah berapa juta kubilang kau harus move on? "

"Iya...Aku lagi berusaha. Sekarang aku udah punya gebetan kok. " ucapku.

"Siapa?" tanya Danis.

"Fahreeza Adistya. " ucapku lalu nyengir.

"Apa? Reeza? Bukannya kalian cuma berteman? " ucap Danis tak percaya

" Ya awalnya gitu, tapi Reeza selalu bikin gue baper dengan perhatian yang dia berikan." ujarku.

"Tapi gue masih ragu soal perasaan ini, gue takut kalau ini sekedar dikejar rasa baper. " timpalku.

"Gimana sih? Yaudah lo coba aja pepet terus Reeza, kalau degdegan berarti lo cinta sama dia. " saran Danis.

"Kalau nggak berarti? "

"Ya nggak cintalah. Dasar oon. " ucap Danis sambil menoyor kepalaku.

"Ihhh Danis sedeng. "

"Nanay Oon. "

"Apa Nanay? Jelek amet tu nama. " ucapku.

"Lahkan emang lo jelek. "

"Telor Dadar. "

"Hah? Darimana dapat panggilan itu? " ucapnya oon.

"Singkatan Danis Yanuar depannya kasih telor. Jadinya Telor Dadar." ucapku mencibirnya.

"Nanay itu Dayar, bukan Dadar. " ucap Danis kesal.

"Masa bodo.. "

"Lo itu memang bodo. "

"Eh gue ini juara satu olimpiade fisika lhoh ya! " ucapku menegaskan.

" Alahh gue juara dihati Inaya. "

Wot? Ni anak buat agenda bikin gue baper ya?

"Juara satu dari belakang. " ucapku lalu menjulurkan lidah.

"Tapi nyatanya paling lo sayang ya kan?" ucapnya lalu ngakak.

"Apaan sih? Dasar jones sahabat sendiri digodain. "

"Jones tuh kalo nggak bisa move on dari mantan " sindirannya

"Sedeng lo. "

"Very oon lo. "

"Daripada sedeng. "

"Biarin wekkk. " Danis menjulurkan lidahnya udah kayak ular kobra.

Kini suasana jadi hening entah karena kami telah lelah berdebat atau karena disebelah kami ada ibuku yang memberikan tatapan horor sehoror mata valak.

"Enak ya hujan hujan begini berdebat jadinyakan bikin hangat. " sindir ibuku .

"Hehehe nggak kok tante kita cuma drama. " ucap Danis ngeles.

"Ibu sejak kapan disini? " ucapku.

"Sejak Pak Jokowi menjabat jadi presiden. " ucap ibuku yang langsung membuatku masang muka datar sedatar kisah cintaku.

"Danis makasih ya sudah menemani Ina dirumah. " ucap ibuku berterimakasih pada bocah sedeng.

"Iya tante Danis senang kok menemani Ina. "

Iyalah senang lha wong dia udah ngabisin kripik kentangku sampe ludes hanya tersisa butiran bumbu.

"Buruan pulang sono gih.. Udah malem besok sekolah. " usirku.

"Ciee care sama gue." godanya.

"Yaudah tante saya pamit pulang dulu. Assalamualaikum. " pamitnya.

"Iya.Waalaikumsalam." ucapku dan ibuku.

Kulirik jam dinding yang nggak kalah gedenya sama jam raksasa di Greenwich, eh nggak kok cuma bercanda. Ternyata sudah pukul 23:15. Aku berfikir Danis masih bisa masuk rumahnya nggak ya, inikan sudah malam Pak Jono udah tidur belum ya? Kalau udah berarti itu anak nggak bisa masuk dong, secara pagar besi di rumahnya Daniskan tinggi manamungkin Danis berani melompat itu pagar. Kecuali kalau dia menjelma jadi Superman yang siap terbang. Ahh buat apa mikirin itu anak. Kalau seandainya gerbang nggak kebuka palingan dia juga ngetok pintuku lagi sambil ngemis minta untuk dibolehkan menginap.

Gue harap sih Danis bisa masuk rumah, kalau nggak bisa biarkan saja dia merasakan tidur diluar pagar. Maaf ya kalau gue rada jahat, hehehe

My Sedeng Bestfriend Update

Aku harap kalian memahami ceritaku sebagai wujud menghargai seorang penulis amatiran sepertiku.

Makasih buat yang udah baca cerita gajeku ini.

Kalau boleh nih ya aku minta kalian tekan bintangnya dong biar aku jadi semangat buat nulis lagi.. 😄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sedeng Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang