1.

34 8 2
                                    

Siang ini aku sedang bersiap-siap pergi ke rumah sakit,untuk melakukan pencucian darah.

Jarak rumah sakit itu tidak terlalu jauh dari rumahku,kira-kira hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Aku diantar oleh adikku yang bernama Michella Febrina tentu saja dengan ibuku juga.

Saat ini aku sudah berada di ruang HD atau ruang Hemodialisa,pertama aku harus menimbang berat badanku terlebih dahulu. Saat ditimbang berat badanku hanya sekitar 44 kilogram. Apa?!hanya 44 Kilogram?!ya benar berat badanku hanya 44 kilogram. Setelah pencucian darah pasti akan turun lagi,tapi itu harus.

Adikku menuntun langkahku yang terasa berat ke ranjang rumah sakit. Adikku dengan sabar membantuku untuk naik ke ranjang,dia kadang menjadi pribadi yang baik hati tapi sering membuatku kesal diwaktu yang bersamaan. Tapi dia juga lah yang  selalu mendengarkan curahan hatiku ketika aku mulai lelah dengan semua ini,dia yang selalu aku panggil jika ada yang aku inginkan.

Bagaimana dengan ibuku?tentu saja dia merawatku juga,hanya saja jika dia sibuk dengan pekerjaan rumah atau tentang administrasi rumah sakit,dia akan menyerahkannya kepada adikku. Jangan beranggapan ibuku jahat terhadap adikku,tapi mungkin jika kau berada diposisi adikku kau akan berfikiran bahwa ibuku itu jahat...

Saat aku sudah berada diposisi nyaman, salah satu perawat yang mengenalku menyapaku "Hai,dila tadi berat badannya berapa?"tanyanya.

"Tadi sih,44 kilo iya kan chel?"tanyaku pada adikku memastikan,pasalnya mataku sudah sedikit rabun.

"Iya sus,tadi beratnya 44..."Jawab adikku.

"Ooh,ok deh langsung dipasang aja ya?"tanya susternya lagi.

Aku hanya bisa menggangguk.

Oh,iya aku lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku Nadila Saraswati aku adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamaku bernama Dimas Wibisana,sedangkan kakak keduaku bernama Prasetya Bakhri,dan tentu saja adikku Michella Febrina.

Suster pun,memasang satu persatu selang pada tubuhku,dan menyambungkannya pada alat yang akan mencuci darahku kalau tidak salah nama alatnya adalah CDL,waktu pencucian darah itu cukup lama... sekitar 4 jam.

Dalam waktu 4 jam itu aku hanya tidur,sesekali memainkan ponsel,atau mengobrol dengan sesama pasien yang berada di ruang HD.

Setelah selesai,suster itu pun mencabut alat atau lebih tepatnya selang yang ada di tubuhku. Dan memasangkan perban yang ada di perpotongan leherku.

Selanjutnya adalah, kembali menimbang berat badanku saat ku timbang berat badanku yang tadinya 44 kilo gram sekarang menjadi 40 kilo gram,syukurlah. Kenapa aku bersyukur?itu karena aku juga mengidap penyakit gagal ginjal,karena jika berat badanku naik,itu bukanlah daging melainkan cairan kotor yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhku. Oleh karena itu aku menjalani cuci darah setiap hari senin dan kamis secara rutin.

Saat sampai dirumah, aku harus kembali memakai obat untuk penyakit diabetes ku,yaitu insulin. Aku menyuntikan insulin itu sendiri,mungkin karena sudah terbiasa aku pun tidak merasa takut ataupun aneh,itu sudah seperti kebiasaanku.

Setelahnya aku mulai terlelap,dan membayangkan bahwa aku tidak pernah mendapat penyakit ini...

Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang tidak bisa dilalui oleh hambanya,ia hanya ingin melihat seberapa tangguhnya kalian dalam menghadapi cobaannya...




HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang