1.Sendu

53 7 1
                                    

"Naa" Panggil seorang laki-laki paruh baya itu.
Sontak membuat ina terkejut, seolah dia dan adeknya, Si Mei masih berada dibelakang rumah sembari memilah milah sampah yang tlah ia dapatkan kemaren.
"Bapa memanggilmu ka" Seru Mei.
Segera Ina menghampiri bapa nya itu.
"Ada apa pak, "Ina menunduk.
"Bapak lapar, mana makanannya?? " Ucap bapak dengan nada tinggi.

Bau alkhol dan rokok yang bersemburat itu membuat ina terkadang kesal dengannya. Tapi ia sadar Dia adalah Ayahnya.

"hmm, anu pak " jawabnya cemas.
"Anu apa."Ulang Bapa.
"Beras habis Pak, Aku dan Si Mei saja belum makan" Jelasku.
"Payah, Pergi sanah" Dengan nada kerasnya.

Dengan perasaan lara Ina meninggalkan bapanya itu, lantas ia berfikir kalau ia harus berangkat mulung sampah kemana-mana dengan Si Mei.
"Mei, ayok berangkat"Ajakku pada adiku.
"Baiklah"Jawabnya singkat.

Kini kami berdua menyiapkan alat-alat yang akan dibawa saat mulung nanti.Ina masih memikirkan saat bapanya memanggilnya, ia kasihan kepada bapanya,sekarang tubuhnya kurus karna minum-minuman,rokok,dan apa yang membuatnya bahagia.
"Kak, kau kenapa?? "
Ina terdiam dalam lamunannya.
"Ka, kau kenapa? "Tanya Ina berulang kali.
"(Membuyarkan lamunan Ina) Ahhh, Apa?? "Balasnya.
"Kau melamunkan apa? Bapa?? Bapa tadi bicara apa?? Si Mei penasaran.
"Tidak, tidak papa."Jawabnya singkat.
"Ayok, kita berangkat."
Apapun mereka berdua jalanin dengan ikhlas, panas matahari yang terkadang membuat tubuh mereka lemas karenanya. Harapan yang mereka inginkan dari semua kenyataan pahit ini. Terkadang Ina merasa kasihan dengan Adiknya itu. Ia yang seharusnya merasakan bangku sekolah, tapi kenyataan tak mendukung,sekarang ia tepat didepannya sedang memunguti sampah bersamaku. Rasa bersalah terkadang timbul dari seorang kakak sepertiku. Hatiku menangis melihat kenyataan hidupku. Hidup tanpa belaian seorang ibu,entah bagaimana nantinya nasib diriku dengan adikku. Aku hanya bisa berdoa dalam desahku. Tersendu-sendu mengingat mu,dalam tangisku.Tangisan kerinduan dari hati ku dan hati adikku. Ayah yang kini entah memperdulikan kami atau tidak, hidup seenaknya, badan kurus tak terurus membuatku, ingin lari dari semua kenyataan ini.

~Sendu~

Asa Dalam  DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang