Dunia Abstrak

19.4K 243 6
                                    

Tok tok tok.
"Iya sebentar. " teriakku membakitkan badan dari tempat tidur.
Malam-malam gini bertamu, mengganggu orang istirahat aja.

Saat membuka pintu, mataku melotot tak berkedip seperti mau keluar dan mulut menganga saking kaget nya. Dengan cepat mengembalikan muka ke bentuk semula, dan mempersilahkan masuk kak Alfa. Ya, Alfa harvesta pria tampan yg datang ke store buat bayar tv berlangganan. Di malam yang dingin karena tadi sore ibukota guyur hujan yang lumayan lebat, hanya mengenakan bathrobe berwarna putih. Sunguh membingungkan, berjuta tanya menghampiri pikiranku. Kenapa dia bisa tahu tempat kost ku? Kenapa dia bisa masuk? Kenapa ibu kost mengizinkan nya masuk? Dan kenapa iya hanya mengenakan bathrobe putih? "Glek, silakan masuk kak." Titah ku sambil menelan ludah.

Ku tutup pintu "ada ap..." sontak aku mundur. Muka kak alfa tiba-tiba mendekat, diluar dugaan membuka bathrobe putihnya. Dadanya busung dan kencang, putingnya hitam dan keras, perutnya six pack tanpa ragu tercetak, yang paling menarik perhatian ku adalah tonjolan dibawah perut yang besar nan menggoda. Ia berjalan mendekat, dekat sekali dengan posisi sedikit membungkuk. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku, mungkin 182 cm dan setiap senti itu tergarap maksimal. Akupun memalingkan muka kekanan "He shocked me, it's too fast" ucapku dalam hati.

Mulutnya mendekati telingaku dan berkata "You have such a beautiful face, gio" Nafasku berhembus tak karuan "So beautiful, it scares the shit outta me."
Aku mencium semilir wangi parfum maskulin yang bercampur keringat meruap dari dadanya yang membuatku tergila-gila, merasakan degup kencang jantungku atau jantungnya. Sontak aku memalingkan kembali muka dan kita benar-benar saling berhadapan. Wajah itu memiring dan bibir itu datang. Tegas tapi sopan seperti security bank swasta. Sementara aku adalah nasabah baru, yang tak tahu harus berbuat apa. Disisi lain Kak Alfa juga penyabar seperti dokter gigi yang memberi tahuku, dengan caranya sendiri, kapan harus membuka mulut, mengatup, dan kapan harus menyorongkan lidah. Lama ia membenamkan muka ku untuk berbarengan berenang dan tenggelam ke paling kenikmatan.

Kurasakan lengannya yang besar di belakang leher merambat turun kepunggung dan berakhir di pantat dan meremasnya.
Perlahan ia menarik bibirnya, dan memberikan sanyuman yang sangat indah. Telingaku di jilatnya dengan lembut dan digigitnya, ahh sungguh nikmat. Aku mendekapnya sungguh erat seakan-akan tak sudi melepaskannya. Setelah lama bermain dengan telingaku bibirnya turun ke leher yang merupakan titik sensitifku. Aku mengerang keenakan merem melek.

Sampai akhirnya bunyi alarm mengusikku dan menarik kembali kesadaranku dari dunia abstrak.
Mataku terbuka, tanganku mengentikan bunyi alarm yang mengganggu. "Ahhh, ternyata cuman mimpi." Akhirnya aku bangun dan bergegas untuk bersiap-siap untuk bekerja.

Suka ceritanya? Please vote and comment.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang