Part 2

12 6 1
                                    

     Obrolan antara Aya dan Dimas benar-benar membekas. Perempuan itu sampai-sampai insomnia mendadak. Iya, insomnia. Macam-macam hal sudah ia coba, dari lagu slow sampai lompat tali yang malah bikin dirinya mau ke toilet. Angka di jam dinding sudah menunjukkan angka 2, ia lalu mengacak rambutnya. Kalau sudah jam segini dipastikan besok ia terlambat, dan ia benci terlambat.

     Sudah 5 kali terlambat dalam 2 bulan ini, dan itu menjadi alasan mengapa ia benci terlambat. Ia benci memanggil orang tua-nya ke sekolah karena masalah seperti ini. Ia benci omelan guru, ibunya, ayahnya.

     Diputuskannya mengambil buku Biologi, membuka Bab yang rencana-nya dipelajari besok.

      " Hal 156, Ekosistem ada-"

     Ia tertidur.

     Catat Buku Biologi membuatmu tertidur dengan cara cepat dan praktis.

---

     Ia buru-buru keluar setelah Ayahnya berteriak agak kencang menyuruhnya cepat-cepat. Ia tak mengikat sepatunya langsung menginjaknya dan masuk ke dalam mobil. Aya masih ngantuk total, mengingat ia yanya tidur 4 jam kiranya. Rambutnya belum diikat dan ia tak peduli, yang penting ikatan rambut sudah ada di kantong. Ia meraba-raba rok-nya mencari ponsel, dan tepat ponsel di kantong sebelah kiri. Setelah merasa sudah semua, ia langsung menyuruh Ayahnya bergegas.

     Mobil melaju sedikit cepat, tapi terlampau lambat karena keadaan jalan yang sedikit senggang, beberapa menit kemudian semua berbanding terbalik, macet parah. Didepannya ada bis tertabrak pohon, badan bis membuat jalan tertutup. Ayahnya lalu meminggirkan mobilnya ke tepi jalan. " Gak bisa lewat kita Ay." Kata Ayahnya, Aya menghembuskan nafasnya, ia menatap jam tangannya yang menunjukkan angka 6.40. " Tunggu bentar deh yah, kalau udah jam 7 aku naik ojek aja." Jawabnya, Ayahnya mengganguk lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya.

     5 menit, 10 menit, 20 menit. Aya langsung pamit ke Ayahnya sambil memegang ponsel di tangan kanannya. Ia menekan tombol-tombol disana, menunggu driver. " Lama, mana nih?" Tanyanya sendiri, tak ada driver yang menerima orderannya, ia jadi pusing sendiri, jalan mondar-mandir diluar mobil. Ayahnya menengok dari dalam, " Belum ada drivernya?" Tanya Ayahnya, Aya mengangguk membenarkan, " Gimana dong Yah?" Ayahnya mengaruk-garuk dagunya dan tiba-tiba menekan angka-angka di ponselnya.

     " Iya, yang dekat persimpangan itu Mas." Tiba-tiba didengarnya suara sang Ayah, menelfon seseorang sepertinya.

     " Bisa gak?"

     " Sip, om tunggu."

     Awalnya ia mengira Ayahnya sedang mengobrol dengan seseorang diatas usianya, tapi mendengar diakhir percakapan Ayahnya menggunakan kata om untuk dirinya.

     Jangan-jangan dimas. Ia membatin. Mengingat tadi ayahnya menyebutkan kata Mas yang ia kira seseorang berusia diatas dirinya.

     Ia langsung menggeleng ia berpikir itu hanya khayalan semata. Efek obrolan tadi malam.

     " Ay, itu udah ada yang jemput." Ayahnya bilang,

     " Ha, siapa yah?" Ia langsung menegok kearah yang dipandang ayahnya.

     Dimas. Aya membeku.

     " Dimas, ay." Jawab Ayahnya telat.

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fianco a fiancoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang