Ini pagi pertama mereka sebagai Mr & Mrs Wiryatma. Pagi ini juga, Renata yang lebih dahulu bangun dari tidur panjangnya semalaman. Seharian berdiri dan menerima sambutan dari banyak orang tentu membuat keduanya merasa sangat lelah. Renata menatap ke sebelah kanannya, Andra masih tertidur pulas setelah melaksanakan ibadah shalat Subuh. Ia kembali tertidur dengan sajadah yang masih terhampar di samping tempat tidur mereka. Renata turun dari tempat tidur pelan-pelan, mencegah gerakan yang bisa membangunkan Andra. Ia mengambil handuk dan segera mandi pagi untuk menyegarkan tubuhnya.
Selesai mandi, Renata langsung menjemur handuknya di balkon kamar dan kemudian melihat sekeliling kamarnya. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Sudah saatnya ia merapihkan pakaian yang masih berada di dalam koper dan memasukkannya ke dalam lemari pakaian. Melihat sudah pagi juga, Renata memutuskan untuk mematikan AC dan membuka tirai kamar mereka dan membuka jendela kamar. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati, takutnya ia menciptakan suara-suara yang berisik dan berpotensi membangunkan suaminya tersebut. Ia menarik kopernya dan membukanya perlahan lalu memisahkan antara pakaian rumah dan pakaian kerja. "Untuk wardrobe sebaiknya aku taruh setelah Andra bangun saja" ucap Renata sambil menaruh pakaian-pakaiannya tersebut ke dalam lemari.
"Aduh! Kenapa panas sekali?!" suara tersebut mengagetkan Renata yang tengah duduk di lantai. Ia langsung berdiri dan mendapati Andra dengan rambut yang sangat kusut sudah terduduk dengan kening berkerut. "Kamu sudah bangun?" tanya Renata berdiri di samping Andra. "Kenapa ACnya mati?" tanya Andra tanpa menggubris pertanyaan Renata. "Ini kan sudah pagi, jadi ya sudah saatnya dimatikan?" jawab Renata. "Lain kali jangan matikan AC nya! Kalau aku masih tidur jangan coba-coba kamu matikan! Aku bangun jam 4 sore pun jangan kamu matikan, mengerti?" omel Andra pada Renata. "Iy-iya, maaf" ucap Renata menunduk. "Sudah sana, kamu siapkan sarapan. Aku mau mandi" sahut Andra masih dengan nada kesal. Renata pun merapihkan kopernya dan langsung keluar kamar untuk menyiapkan sarapan perdana mereka sebagai suami istri.
"Selamat Pagi Mbak" sapa Renata pada pembantu rumah tangganya. "Eh, pagi nyonya" jawab Mbak Siti dengan sumringah. "Mbak, Andra biasanya kalau pagi sarapan apa?" tanya Renata. "Biasanya Tuan kalau hari kerja hanya minum kopi dan roti 2 potong, kadang malah ndak sarapan nyah. Tapi kalau hari libur gini biasanya lebih berat, ya nasi goreng, kadang sarapan di luar juga kok" ucap Mbak Siti sambil membawa seember cucian kotor milik Renata dan Andra kemarin malam. "Nasi goreng buat Tuan itu paling suka kalau pakai sosis" tambah Renata. Sudah mengerti apa yang biasanya di makan suaminya, ia pun langsung mencari bahan-bahan untuk masak. Renata memasak dengan sepenuh hati dan berharap Andra mau memaafkan dirinya yang sudah membuatnya kepanasan karena mematikan AC tadi. Ia juga sangat bahaga karena ini pertama kalinya ia memasak sebagai seorang istri.
Tak lama, Andra datang dengan baju rumah favoritnya : kaos oblong dan celana rumah selutut. "Mana sarapannya?" tanya Andra mendapati meja makan masih kosong . "Ini, baru selesai aku masak. Kamu duduk saja" titah Renata sedikit berteriak. "Pagi Tuan" sapa Mbak Siti. "Pagi Mbak" jawab Andra sopan. Renata mengambil dua piring dan dua pasang sendok dan garpu lalu meletekkanya di meja. Kemudian ia menaruh nasi goreng yang baru matang tersebut di dalam sebuah piring yang ukurannya lebih besar dari piring makan mereka. "Nasi groeng" gumam Andra sambil tetap menatap menu sarapannya. "Ini kamu ambil dulu" Renata menyerahkan sendok besar pada suaminya. Menyuruh suaminya untuk mengambil sendokan pertama lebih dulu darinya. Seperti tidak menghiraukan kehadiran Renata, Andra mengambil nasi goreng tersebut dengan penuh semangat. Renata tersenyum kecil melihat tingkah suaminya. Dalam hatinya, ia tidak mampu berbohong suaminya tersebut masih terlihat tampan meskipun hanya memakai pakaian rumah saja dan rambut yang tidak tersisir dengan rapi.
"Kamu suka banget nasi goreng ya?" tanya Renata setelah mengunyah makanannya. Andra megangguk. "Apalagi kalau di tambah sosis, untung kamu masaknya pakai sosis" ucap Andra sambil tetap mengunyah dengan lahap. Renata tersenyum penuh arti. "Kamu habis ini ngapain?" tanya Renata. "Cek-cek berkas. Ada beberapa yang aku tinggalkan saat cuti kemarin. Kalau kamu mau lanjut menaruh pakaian-pakaianmu jangan lupa tutup pintu supaya tidak ada nyamuk masuk" jawab Andra datar kemudian."Aku boleh taruh beberapa barangku di tempat wardrobe?" tanya Renata pelan-pelan. "Boleh, bagianmu sebelah kanan. Baju di sebelah kiri, lalu sepatu, tas dan lainnya di sebelah kanan" tambah Andra kemudian. Renata mengangguk.
Setelah sarapan selesai, Renata kembali merapihkan pakaian, sedangkan Andra masuk ke ruang kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya yang terbengkalai. "Nah, sudah beres!" riang Renata setelah pakaiannya tertata dengan rapih di dalam lemari. "Sekarang saatnya menaruh semua barang-barangku ini di dalam wardrobe" ucap Renata sambil menyeret satu koper dan tas jinjing miliknya. Ia membuka pintu di sebelah kanan kamarnya dan kemudian masuk ke dalan ruang wardrobe. Ia menyalakan lampu dan nampaklah dua lemari besar berwarna putih di dalamnya. Lemari sebelah kiri adalah pakaian-pakaian resmi dan beberapa pakaian dan aksesori mahal milik Andra. Dari jam tangan, sepatu, dasi hingga jaket dan mantel musim dingin. Semua tertata dengan rapi di dalamnya. Renata menatap takjub deretan benda milik suaminya tersebut.
Di bagian tengah ada kaca berukuran besar yang memantulkan cerminan tubuhnya dari atas sampai bawah. Ada sofa kecil di antara kedua lemari tersebut. Di bagian kanan ada lemari yang sama besarnya dengan milik Andra. Lemari tersebut menjadi kekuasaannya sekarang. Hanya saja isinya kosong. Renata melihat barang bawaannya. "Ini belum semuanya, besok atau kalau aku berkunjung ke rumah baru aku angkut lagi" ucap Renata. Ia pun segera menarik kopernya dan membukanya. Beberapa sepatu dan clutch miliknya ia bawa di dalam koper, sedangkan baju-bajunya masih di rumah orang tuanya. Renata langsung menaruh barang-barangnya di dalam. Karena Andra sudah mengatakan lemari tersebut sudah di bersih oleh Mbak Siti kemarin lusa.
Saat ia menarik sebuah laci, ia mendapat sebuah cincin dengan mata berlian yang indah di tengahnya. Ia pun mengambil cincin tersebut dan melihatnya dengan seksama. "Ini punya siapa ya?" tanya Renata sambil tetap memperhatikan cincin indah tersebut. Namun cincin tersebut kalah indah dengan cincin nikahnya yang bertengger dengan manis di jari manis tangan kanannya. Tanpa menghiraukan tasnya yang masih berserakan, Renata langsung keluar dari ruangan berwarna putih tersebut dan masuk ke dalam ruang kerja suaminya.
Dengan mengetuk pintu pelan, Renata masuk ke dalam ruang kerja Andra. "Andra, maaf jika aku menganggumu. Aku ketemu cincin ini waktu aku mau taruh clutch ku di tempat wardrobe" Renata menyerahkan cincin tersebut pada Andra yang tengah duduk dan menatap layar laptopnya. Andra pun langsung menatap istrinya dan melihat benda yang Renata letakkan di atas meja kerjany. Ia mengambil cincin tersebut dan langsung melihat. Cincin pernikahanku dengan Reva? Mengapa masih ada? Tanya Andra dalam hatinya. Matanya terpaku pada cincin tersebut, untuk sesaat ia teringat momen indah saat mereka hendak mencari cincin pernikahan mereka dulu.
"Ehm, ini cincin pernikahan mantan istriku dulu. Mungkin tertinggal, tapi baguslah. Mahal harganya, sayang banget dia bawa juga" ucap Andra sedikit ketus. "Sudah, besok kita jual di toko perhiasan, hasilnya kan lumayan untuk di tabung" ucap Andra sambil menaruh cincin tersebut di dalam laci kerjanya. Ia menaruhnya pelan-pelan, karena ia memang benar-benar serius dengan niat menjual cincin pernikahannya dengan Reva dulu. Renata masih tetap berdiri di depan meja kerja Andra sambil menggigit bibir bawahnya. "Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Renata. Dia pasti mau tanya soal Reva tebak Andra dalam hati. "Kok kamu bercerai dengan mantan istrimu?" tanya Renata hati-hati, untuk yang kedua kalinya. Dengan menghembuskan napas berat, Andra akhirnya menceritakan tentang rentetan peristiwa hingga dirinya dan Reva bercerai secara resmi, agama dan hukum. Renata seperti anak kecil yang di bacakan dongeng oleh orang tuanya saat mendengarkan cerita pedih masa lalu suaminya tersebut. "Setelah bercerai, kamu benar-benar tidak ada hubungan dengannya lagi? Kalian tidak ada harta gono gini?" selidik Renata seakan ia adalah detektif yang tengah mencari informasi. "Tidak, dia bahkan tidak menuntut harta seujung kuku pun padaku" sahut Andra bersandar pada punggung kursinya.
Renata pun kembali ke ruang wardrobe dan menaruh benda-benda miliknya kembali di sana. Semua di tata dengan rapi dan sesuai dengan warnanya. Membuatnya terlihat cantik dan rapi tentunya. Namun ada perasaan mengganjal di hati Renata, perasaan sedih saat menemukan cincin pernikahan suaminya dengan mantan istrinya dan rasa sayang yang sudah mulai tumbuh di hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Bride
ChickLitRenata, wanita polos menerima keputusan orang tuanya untuk menikahi Andra, pria asing yang sama sekali tidak mencintainya. Sedangkan Andra menerima keputusan orang tuanya untuk menikahi Renata karena ia ingin balas dendam dengan mantan istrinya yang...