Downpour

583 40 8
                                    

Dingin.

Hari ini hujan turun tanpa henti seakan langit ingin menumpahkan semua bebannya.

Jalanan terlihat lengang, beberapa orang juga terlihat berjalan tergesa-gesa di atas trotoar berusaha menghindari rintik hujan.

Minhyun menghembuskan nafas kasar entah untuk keberapa kalinya hari ini. Sudah 1 jam lebih Minhyun duduk di kursi meja sudut cafe ini, ditemani secangkir americano yang mulai mendingin.

Seharusnya ia merasa nyaman, merasa hangat, tapi nyatanya tidak. Ada yang kurang, dia tahu itu.

Kwon Hyunbin.

Lelaki itu, yang selalu memberikan warna di kelamnya hari-hari Minhyun. Hyunbin yang selalu memberikan gombalan receh tetapi mampu membuat pipi Minhyun menghangat. Hyunbin yang selalu memamerkan senyum bodohnya dihadapan Minhyun. Hyunbin yang selalu dapat membuat Minhyun merasa aman. Hyunbin yang selalu memarahi Minhyun kalau ia melewatkan jam makan. Hyunbin yang lebih mengutamakan segala tentang Minhyun daripada dirinya sendiri. Hyunbin yang berjanji akan selalu ada disampingnya.

Kwon Hyunbin yang menjadikan Hwang Minhyun sebagai pusat kebahagiaannya.

Hyunbin yang ternyata pergi meninggalkannya. Hyunbin yang berbohong. Hyunbin yang tidak menepati janjinya.

"Aku pasti akan kembali. Aku janji. Tunggu aku. Kamu bisa, kan?"

Pembohong. Hyunbin pembohong.

Ia pergi, meninggalkan Minhyun dan semua janjinya dulu. Meninggalkan Minhyun dan segala kenangan tentang mereka.

Pikirannya menerawang jauh, air mata kembali mengalir. Dia tahu, Hyunbin pasti tidak akan senang jika melihatnya begini. Dulu Hyunbin pasti akan menariknya kedalam pelukan hangat yang menenangkan. Tapi itu dulu.

Ia membuka ponselnya. Foto Hyunbin masih terpasang menjadi wallpaper ponselnya. Foto Hyunbin yang diam-diam dia ambil ketika mereka sedang berada disebuah restoran jepang. Restoran favorit Hyunbin.

"Mengenang 2 tahun kecelakaan salah satu pesawat Korean Air . Hari ini, tepat 2 tahun yang lalu Korean Air rute Seoul-Tokyo mengalami gagal take-off dan menyebabkan pesawat meledak. Kejadian ini memakan 250 korban termasuk awak pesawat."

Suara televisi di cafe itu membuyarkan lamunan Minhyun.

"Tidak terasa ternyata sudah 2 tahun ya, Bin," Minhyun tersenyum sambil memandang wallpaper ponselnya. Tidak lama ponselnya bergetar, sebuah telepon masuk.

"Ya."

"Aku sedang di cafe biasa."

"Uhm, aku sudah mengunjunginya tadi. Sendiri."

"Ok."

Minhyun memutuskan sambungan teleponnya tepat ketika melihat seseorang yang dia kenal berjalan mendekat.

"Hyung? Minhyun hyung!" orang itu dengan semangat dan tersenyum lebar berjalan mendekat meja Minhyun.

"Oh, Jaehwanie!" ucap Minhyun sambil ikut tersenyum.

"Hyung dari tadi sendiri? Aku temani ya! Ah sebentar hyung, aku mau pesan sesuatu dulu. Hyung mau apa?" Jaehwan bertanya dengan tetap tersenyum lebar.

"Umm ya, americano 1. Makasih Hwan."

"Americano lagi, hyung?"

Minhyun mengangguk, Jaehwan dengan masih tersenyum lebar pergi untuk memesan minuman mereka. Minhyun kembali memandangi suasana diluar, hujan mulai reda dan jalanan menjadi sedikit ramai.

"Hyung, jangan melamun terus. Ini punya hyung," Jaehwan menaruh segelas americano panas didepan wajah Minhyun lalu duduk di hadapan Minhyun.

"Thank you. Darimana kau tahu kalau hyung disini?"

Jaehwan tertawa kecil, "Hyung, aku sudah lama mengenalmu. Tentu saja aku tahu."

Minhyun hanya mengangguk paham, "Bagaimana kuliahmu?"

"Aku akan wisuda bulan depan, bareng Daniel. Pokoknya hyung harus datang aku tidak mau tahu. Seongwu hyung juga akan datang," Jaehwan lalu menyeruput kopinya sedikit.

"Kenapa hyung harus datang? Seongwu kan pacarnya Daniel. Jadi wajar saja dia datang."

"Memangnya harus jadi pacar baru hyung mau datang? Bukannya hyung sendiri yang selalu menolakku," ucap Jaehwan dengan nada yang semakin pelan diakhir kalimat.

Minhyun terkekeh. Jaehwan terlihat lucu jika sedang seperti ini.

"Ya okay, hyung nanti datang."

"Uhuk, yang benar hyung? Uhuk uhuk, hyung bakal izin dari kantor hyung?" Jaehwan bertanya tidak percaya sambil menepuk-nepuk dadanya, tersedak.

Minhyun mengangguk sebagai jawaban membuat Jaehwan berteriak kegirangan tanpa sadar. Untung saja cafe sedang tidak ramai.

"Uh hehe sorry hyung aku terlalu senang," Jaehwan terkekeh pelan setelah meminta maaf kepada beberapa pengunjung cafe.

Minhyun tersenyum melihat Jaehwan kembali duduk lalu bercerita tentang kuliahnya dan Daniel dengan semangat. Setidaknya sekarang dia merasa hangat dengan kehadiran Jaehwan dan americano panas ditengah cuaca dingin kota Seoul hari ini.

————————————————



Apa ini?!?! Jangan tanya, aku pun tyda tahu. Aku sedang mabok yeorobun wkwkwkwkwk

PétillantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang