chapter 2

190 12 1
                                    

Sudah 4 hari Alfian cuti di rumah sang mamahnya, sebenarnya di hati yang paling dalam dirinya berat untuk meningalan orang yang Alfian sayangi,tapi mau bagimanapun kini Alfian sudah memiliki perkerjaan.

Hampir setiap hari Alfian menghabiskan waktu nya dengan sang mamah dan juga Diana.

“apakah nanti ada pembesukan lagi?”

“sepertinya ada mah”

“syukurlah”

“oh ia ku dengar kau soswa terbaik” ucap Diana dengan antusias

“ya, aku memang siswa terbaik”

“ap saj kau raih”

“salah satunya aku menjadi ketua senat, dan aku pun mendapatkan rangking 1 saat pendidikan pertama”

“ wah kau benar benar hebat”

“namun itu memiliki tanggung jawab yang besar, jika aku salah satu dari kami ada yang salah ketua senat lah yang bertanggung jawab”

“aku yakin kau bisa melaksanakan semua itu Al”

“apa yang sedang kau inginkan saat ini Dinda” ucpa Alfian dengan serius

“maksudmu?”

“apakah ada hal yang ingin kau inginkan?”

“o-ohh itu emm saat ini aku hanya ingin bersamamu dan aku ingin kita pergi ke pasar malam

Dinda bukanlah wanita kebenyakan di luaran sana yang menghambur hamburkan uang, dirinya saat irit sekali buka irit karena pelit melainkan harus hidup hemat jika hidup dengan kemewahan pasti dunia terus yang akan di cari dan senbagian besar kita lupa kepada yang pencipta.

“apa hanya itu saja”

“ya”

***

Malam ini Alfain mewujudkan keingan Dinda pergi ke pasar malam,bertapa bahagianya Dinda dan Alfian benar benar sangat bersyukur karena dirinya telah di pertemukan oleh wanita seperti Dinda .

Dinda benar benar kesal pasalnya Alfian terus terusan mentraktir Dinda. Dan membuat dirinya tidak enak

“Al susah cukup, aku tahu kau sidah punya gajih sendiru tapi, manfaatkanlah gajimu dengan hal yang baik janandi hampur hamburkan”

“apa salah jika aku mentraktir wanitaku”

Blusss

Kini rona merah yang ada di pipi Dinda begitu mengemaskan hingga mengubdang tangan alfian untuk mencubitnya

“kau lucu jika sudah cemberur seperti itu”

“terserah kau”

Alfian langsusng menngelitik pinggang Dinda pada sat ingin merangku tiba tiba ponselnya berdering
‘senior’ itu nama bacaan yang kini sdang menelfon alfian dan Alfian memmberika isyarat kepada Dinda agar tidak berisik dan Dindapun mengganggukan kepalnya

“selamat komandan pentunjuk” dengan ruasa yang tegas nya Alfian menjawab telfon itu dengan tegas

“besok kau jangan lupa kumpul di rindam dan kauu berangkat dari rumahmu pagi pagi”

“siap bang terimaksih bang selamat malam”

Alfian menambil nafas dengan kasar tidak terasa dirinya besokakann pergi lagi untuk pendidikan dan mau tidak mau Alfian harus berangkat

“ayo kita pulng sudaha malam tidak baik untuk kau”
Dinda hanya mengangukan pelanya saja.

Slama di perjalana untuk pulabg tidak ada satupun fi ntara mereka yang membuka suaraeeakan mereka kini seperti pasangan yang baru putus saling bungkam.

“susah sampai”

Dinda pun langsung turun dari motor Alfian dan menganterkannya kembli epada kedua orangtuanya.

“terimaksih Alfian sudah mengantarkan Dinda dengan selamat “

“itu tugas saya sebagai pria yang harus menjaga nya bu, saya pamit oulang bu”
Ucap Alfain dengan ramah

“hati-hati di jalan”

“siap bu”

Pada saat Alfian ingin memakaikan helmnya ibu Dinda tiba tiba berbiacara

“apakah kau beok an melanjtkan pendidikanmu”

“ya bu”

“berapa lama?”

“sekitar 3-5 bulan bu”

“ohh semoga kau sehat dan sellau dalam lindungan allah”

“terimaksih bu”

Dan alfian langsung menciuma tangan ibu dinda dan berpamintan untuk pulang

Prajurit Dua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang