First Impression

30 2 0
                                    

Gadis mungil dengan balutan kaos oblong juga hot pants itu sedang membuka pagar rumah barunya. Setelah terbuka lebar, sebuah pick up dengan bermuatan banyak kardus melesat masuk kedalam halaman rumah.
Seorang wanita setengah baya menyambut dua pria berseragam yang turun dari jok pick up. Kedua pria itu adalah pegawai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Pelayanan Antar Barang dengan menggunakan pick up sebagai sarana.

"Bu, ini sisa barang kemarin yang belum diantar."ucap salah satu pria tadi.

"Sudah semuanya kan, Pak?"

"Sudah, Bu. Maaf, tapi barangnya mau ditaruh di dalam atau gimana, Bu?"

"Ohya. Langsung dibawa kedalam saja Pak."

Kedua petugas tersebut pun langsung memindahkan barang-barang yang mereka bawa kedalam rumah bertipe minimalis tersebut.

Wanita setengah baya itu menghampiri anak gadisnya yang sedang melamun didepan pagar dengan posisi punggung menempel ditembok yang tertera nomor rumah.
Wanita itu bernama Gina, dan anaknya bernama Bianca.

Gina mengusap bahu Bianca, membuatnya menoleh.
"Kok ngelamun?"
Bianca tersenyum kemudian menggeleng.

"Yaudah. Mendingan sekarang kamu masuk terus istirahat. Gak lupa kan sore ini kita ada makan malam sama temen lama Bunda?"

Bianca mengangguk. "Gak lupa kok, Bun. Tapi gimana sama barang-barang yang baru dianter?"

"Itu urusan belakang. Yang penting sekarang kamu istirahat biar badannya vit."

"Iya-iya. Bunda juga istirahat ya?"

"Siap sayang."

🎮🎮🎮

"Jangan ke arah sana bego! Biasanya disana banyak bom."

"Tau apa lo? Biasanya gue juga yang main. Dasar sotoy."

"Sotoy-sotoy?! Lo pikir soto apa?"

"Bacot."

Duaarr!

"Argh! Tuhkan game over."

"Hehehe. Ya maap. Gue kagak tau kalo beneran ada bom."

"Tau ah."kesal sang adik bernama Julian melempar sembarang stik PS dan merebahkan punggung diatas kasur.

"Jadi lo milih ikut makan malam sama temen Mama atau anterin cewe lo ke salon?"tanya si kakak, Ali, sambil menatap layar ponselnya.

Julian menghembuskan nafasnya gusar,lalu menjawab,
"Makan malem lah. Lagian ke salon masih bisa besok,"

Ali terkekeh, "Cewe lo harus dianter-jemput mulu ya? Palingan bentar lagi putus."
Sebuah bantal mendarat sempurna diwajah Ali.

"Bangke!"

"Dasar jomblo sirik."

Ceklek

"Suara kalian kedengeran sampai kamar Mama loh!"tegur sang Ibu, sebut saja Maya.

"Maaf, Ma."tutur Ali.
Maya hanya membalas dengan tersenyum, kemudian ia kembali berucap,

"Mama baru dikabarin sama temen Mama. Kalo makan malam dirumahnya dipindah ke Restoran. Jadi kalian pakai pakaian yang rapi. Terutama kamu Julian,"

"Iya, Ma. Di usahain,"jawab Julian ogah-ogahan.

"Julian!"

"Iya Ma, iya."pasrah Julian membuat Maya tersenyum menang.

🍸🍸🍸

"Maya!"panggil Gina saat ia melihat Maya sekeluarga memasuki Restoran.
Tak perlu memakan waktu yang lama, kedua wanita setengah baya itu kemudian berpelukan. Ternyata mereka benar-benar bersahabat.
Selepas pelukan, Gina merangkul bahu Bianca yang berdiri tepat disampingnya.

"Ini anak aku,"

"Cantik sekali seperti Mamanya,"

"Terimakasih Tante. Nama aku Bianca."

"Halo Bianca. Kenalin juga ini anak Tante, Ali sama Julian."

Bianca, Ali dan Julian hanya saling melempar senyum.

"Ayo duduk."ucap Gina, kemudian ia memanggil pelayan dan mereka mengucapkan pesanan masing-masing.

"Maaf ya Gin. Suamiku gak bisa ikut. Soalnya lagi banyak kerjaan di kantor."ucap Maya merasa tak enak.

"Gak papa kok. Kan bisa ketemu lain waktu."

"Iya juga. Trus suami kamu dimana? Gak ikut?"

Gina melirik ke arah Bianca.
"Suamiku-.. "

"Ekhm. Maaf, Bianca pamit ke Toilet dulu." Gadis itu sengaja memotong ucapan Gina kemudian ia bergegas ke Toilet.

"Suami kamu dimana?"tanya Maya sekali lagi.

Gina tersenyum kecut. "Aku udah cerai."

"Astaga. Sejak kapan?"kaget Maya.

"Dua tahun lalu. Itu alasan aku dan Bianca pindah ke Bali. Sejak perceraian aku sama Toro, Bianca gak pernah mau membahas tentang Ayahnya. Aku udah pernah coba ngomong baik-baik sama dia. Tapi Bianca gak mau denger. Aku memang kecewa dan sakit hati karena Toro berselingkuh selama ini. Tapi aku gak mau Bianca ikut membenci-..."

"Bianca gak benci sama Ayah kok, Bun. Bianca hanya gak suka ngebahas itu lagi."
Mereka terkejut karena Bianca yang telah kembali. Entah kenapa ia sangat cepat kembali dari Kamar Mandi.

🎒🎒🎒

06.48

Alvaro Radyana Astian.
Lelaki berwajah arab-indo yang masih Setia bertengger diatas motor sportnya, meski ia sudah tiba di sekolah sejak 10 menit yang lalu.
Terlihat jelas ia sedang menunggu seseorang.
Alvaro memperbaiki tata rambutnya di kaca spion lalu kembali menghadap ke arah pagar sekolah.
Banyak siswi yang menyapanya saat lewat, meskipun tak mengenal mereka Alvaro tetap bersikap ramah.
Hingga tak sengaja matanya menangkap sosok seorang gadis yang terlihat asing baginya.
Gadis itu keluar dari mobil Pajero Sport Putih.
Alvaro bangkit berdiri dan berjalan disamping gadis itu.

Gadis itu sebetulnya merasa risih namun ia tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
Alvaro yang merasa diacuhkan pun mempercepat langkah kemudian menghadang gadis itu.

"Anak Baru? Gue Alvaro Radyana Astian,"

Gadis itu hanya memasang wajah tanpa ekspresi.
Alvaro berdecak kesal, kemudian matanya turun membaca badge nama di seragam gadis itu.
"Bianca Clayrina. Beautiful name. Nice to meet you."

Bianca baru sadar, bahwa dirinya dan lelaki nekat didepannya menjadi tontonan banyak siswa-siswi.
Alvaro terkekeh pelan dan bergumam,
"Mulai hari ini, lo harus terbiasa jadi tontonan anak-anak."

Bianca tetap dengan ekspresinya, kemudian ia melangkah meninggalkan Alvaro.
Namun Alvaro refleks menahan tangan Bianca, membuat gadis itu menoleh dan menatap tajam tangan Alvaro yang memegang tangannya.

Lagi-lagi Alvaro terkekeh, "Sorry." seraya melepaskan tangannya, membiarkan Bianca melenggang pergi.

Dari pagar sekolah terlihat Julian yang hanya bisa menggelengkan kepala karena sikap Alvaro, sahabatnya.

"Bad First Impression, Bianca."

⏩⏬

TBC..

Jangan lupa,
Vote & Comment! ❤

Jangan lupa ditambah ke reading list ya.
Terimakasih.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang