SEBUAH AWAL

285 57 55
                                    

Seperti biasa hari selalu gak pernah mendukung, gak cuaca gak mood aaaah pokoknya semua serasa tak memihak menurut gadis SMA kelas 1 di sekolah ternama, yang udah biasa ngadepin dunia yang hingar bingar dengan kegelapan. Tapi hari ini berbeda dia liat sisi lain dunia yang gelap, satu titik cahaya yang walaupun kecil tapi sangat terang. Apa itu saya juga gak tau?


Pagi hari dengan suasana yang sama dan kondisi yang sama di sebuah rumah sederhana, gadis tomboy tampilan kusut dengan roti di mulutnya.

"Mah, Amel berangkat" memakaikan sepatu dengan posisi berdiri.

"Kamu gak sarapan dulu, kebiasaan deh " Sari terbiasa liat tingkah anaknya yang cuek itu.

-----
Hah seperti biasa dia kesiangan di tambah lagi angkot menuju ke sekolahnya tak muncul. Angkot yang ditunggu datang,walaupun kondisi yang sempit sumpek and bau udah gitu duduk dia udah kayak pantomim you know duduk ngambang tak ada yang menopang.

"Bisa-bisa encok pinggang gue" menggerutu dalam hati

Di tengah semua itu dia liat satu titik yang membuat terpana, seorang laki-laki di belakang supir yang terfokus pada suatu benda kecil ditengah kekacauan yang ada.

"Gila,, masih ada yang kaya gitu?" entah kagum atau heran dalam hatinya.

-----
Hari ini dia lumayan beruntung, pertama gak telat masuk sekolah yang hukumannya bikin bad mood, kedua guru killer tak datang yang tugasnya blom dia kerjain. Dan Gak kerasa udah bel pulang sekolah, dia berharap bertemu laki-laki tadi pagi.

" Mel, are you Ok?" Ana salah satu temen Amel paling bawel and paling care.

"Ok banget ko, gue cuman penasaran sama cowo pagi tadi " sambil nunggu angkot yang langka.

"Wow cie jatuh cinta lo, pasti cowonya tajir" Ana si pengila oppa oppa.

"Dasar cewe matre, bukan lah pasti dia ganteng dan bad boy cowo idaman lo bener gak" Dila yang ternyata dari belakang nguping.

"Apaan sih lo berdua salah besar, dia beda dari yang lain and gue gak lagi jatuh cinta cuman PENASARAN", kening ditekuk kaya keriput nenek-nenek.

"Biasa aja kali, lagi PMS you, udah ah brisik tuh ada angkotnya" nyolot Dila, yang emang kaya kucing ama anjing dia sama Amel tapi dia temen segengnya.

-----
Udah biasa pulang sore karena macet sama hujan, macet sampe setengah jam di tambah hujan gak bawa payung lagi, bukan gak bawa tapi dia males ribet bawanya. Berteduh disebuah ruko kosong yang gak laku-laku dijual.

"Hujan kapan berhenti siiih?, gue entar kena omel udah mau magrib lagi!!" Ngedumel menghangatkan tubuh ceritanya.

"Gak boleh gitu neng, hujan teh rahmat ti gusti agung" tukang bajigur nimbrung.

"Saya tau mang, gak usah di kasih tau juga udah tau" gak mau kalah, masa seorang Amel kalah ngomong sama tukang bajigur kan gak lucu benget, pikir gadis SMA itu.

Lamanya hujan dan brisiknya mang-mang sok tau dia nerobos hujan yang setiap tetesnya mengingatkan sosok Amel yang dulu, tak sadar air mata jatuh bariringan dengan air hujan. Yang pasti ingatan itu adalah kenangan yang paling membahagiakan sosok Amelia kecil yang polos dan saat bersama DIA.

-----
Akhirnya sampe juga dirumah yang pasti ada sosok dideket pintu yang siap buat ngomel udah kaya singa yang mau menyantap buruannya.

"Assalamu'alaikum, mamah ku yang cantik and baik hati maaf pulangnya kesorean, hehe" melewati singa yang kelaparan di sisi pintu.

"KESOREAN APAAN INI MAH KE MAGRIBAN , udah gitu basah kuyup makanya bawa payung! Mandi sekarang, keringin seragam kamu!" Kemarah tingkat dewa.

Cuman anggukan tanpa mengucapkan satu kata pun Amel pergi ke kamar, mandi trus ngeringin baju sama rok yang basah kuyup. Gitu-gitu beliau orang yang paling Amel sayang, walau pun cerewetnya tak terkira.

Titik Cahaya Dalam KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang