RUNYAM

90 24 12
                                    

Ketika masalah datang ada dua pilihan, yaitu lari atau menghadapinya. Tergantung apakah kita ingin di zona aman atau melawan rasa takut tuk naik satu level lebih tinggi.


Sebenarnya males sekolah tapi apa daya, ia tak ingin harapan seseorang terhadapnya hancur. Walaupun sudah bosan rasanya dengan yang namanya masalah, Amel tetap menjalaninya demi sang ibunda.

Dila baru datang bersama Ana langsung menghampiri Amel, seperti ingin mengintrogasi dirinya.

"Ada apa? Masalah kemaren? Udahlah i'm ok" tebakannya.

"Ngapain lo ikut campur urusan orang lain sih? Mau jadi pahlawan, hmm?"

"Gue nolong orang Dil, emang salah?"

"Emang gak salah, tapi lo jadi terlibat masalahkan, bisa jangan nyari masalah mulu!" Dila tak tahan dengan kelakuan Amel.

"Udah cukup ngapain sih lo marahin Amel? And gue tau Mel maksud lo baik, tapi mending lo cari aman, Ok" Ana mererai perdebatan.

Amel tau kedua sahabatnya itu sangat peduli padanya walaupun dengan cara mereka masing-masing. Mendapatkan telphon, Amel menjauh dari keduanya.

"Hello, gimana gue bisa ikutan? Please gue butuh banget duit, Jam berapa?"

"..........."

"Jam 8 sampe jam 11 malem? Hmm siap, thank banget " berbalik badan.

"Jam 8 sampe jam 11 malem? Lo mau ngapain? Lo gak mungkin pulang malem lebih dari jam 9 kan, masalah apalagi yang lo sembunyiin?" Dila yang menguntit dan mendengar semua perbincangan Amel bersama seseorang ditelphon.

"Masalah? Sotoy lo, hak gue mau pulang jam berapa juga dong" Melangkah pergi namun tertahan cengkraman Dila.

"Lo butuh duit buat apa? JAWAB JUJUR" menatapnya tajam.

Berusaha berontak namun apa daya mereka tak sebanding, Amel yang *jangkis melawan Dila dengan tubuhnya yang tinggi besar. (*Jangkung Tipis)

"BUAT BAYAR SPP,.... PUAS LO" melepas cengraman Dila.

"Kenapa lo gak ngomong sama kita? LO NGANGGEP KITA TUH APA?" pergi dengan rasa sakit dihati.

Amel terdiam, maksud baiknya malah membuat sahabatnya terluka hatinya, padahal ia hanya tidak ingin mereka memikul beban masalahnya.

------

Keduanya diam tak saling menatap, mungkin Dila masih kecewa pada sahabatnya yang tidak mau berbagi masalah padanya. Ana yang heran dan tidak tau apa-apa berusaha mencairkan suasana.

"Eh, kalian tuh kenapa? mending kalian denger hot news, tau gak si Angga....." terpotong oleh Dila.

"Berisik lo, aah" Dila melempari buku catatan padanya.

Teng neng nong neng....(angaplah suara bel)

Bel masuk, menghentikan usahanya dan ia menyerah pada tingkah dua sahabatnya yang selalu beradu argumen dan ricuh itu.

"Kamu lagi ada masalah sama Dila?" Tanya orang disebelah Amel, yang dari tadi merasakan aura mencengram antara dua sahabat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik Cahaya Dalam KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang