Prolog

88 29 36
                                    


Terlewat tengah malam, Juni 1911.

John Immanuel, 37 tahun, seorang mantan pekerja kilang minyak Standard Oil Corporation--perusahaan multinasional pertama dan terbesar di dunia yang berkantor pusat di Ohio, negara bagian Amerika Serikat--mendengar suara lecutan senjata api dalam rumahnya yang terletak di timur laut Claveland, di seberang bantaran sungai Cuyahoga. John tahu bahwa sengatan dari rasa panas yang menyergap hampir seluruh kesadarannya itu menyerangnya dari pangkal paha.

"Aku tahu kau berhubungan dengannya!" Lelaki berpakaian hitam itu mendekat.

"Sss-siapa kau?" tanya John dengan tergagap ketika menatap sesosok tinggi berjubah hitam telah berdiri pongah menatapnya. "Please!" serunya panik. Dengan peluh meleler sebutir biji jagung yang terasa panas dingin itu, John menekan kuat-kuat cairan hangat yang menyembur bak gletser pekat berwarna merah berbau anyir. "Ambil semua yang kau inginkan!"

"Katakan!!" jawabnya dengan suara tertahan. "Ke mana Castello pergi?!"

"A-aku tidak--"

Sesosok asing itu mendekat lagi. Ia membungkukkan tubuhnya di depan John yang terjengkang di bawah meja. "Aku tidak akan membunuhmu," geramnya, "sebagai gantinya ...." Lelaki itu menekankan moncong revolvernya menyentuh pelipis kiri John. "Di mana Castello?!" hardiknya keras.

"A-aku--" Terdengar suara hammer ditarik.

Sebutir kaliber peluru berukuran .22 cal keluar paksa dari selongsong proyektil. Suara ledakannya berujar redam di balik bantalan daging.

John menjerit. Mata peluru itu menembus pangkal lengan John. Darah berwarna merah pekat hampir kehitaman mengucur bak tercurah langsung dari selang arteri. John mengernyit.

Penyusup itu mengarahkan moncong revolvernya di tempat yang sama dan menekan lebih kuat. "Aku tidak akan membunuhmu."

"Itu benar." John merangsek tidak berdaya.

Dalam sudut mata John, ia melihat ribuan kalong hitam berdatangan padanya. Kalong-kalong hitam itu berebut tempat menutupi kilasan cahayanya hingga cahaya yang semula tampak terang benderang di matanya itu, sekarang terlihat semakin redup dan bahkan hampir menghilang.

John Immanuel sudah menyangka sebelumnya bahwa hidupnya akan berakhir seperti ini. "Dulce Base," gumamnya lirih. Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka, batinnya, bahkan hanya untuk membunuhku sekalipun itu terasa bagi mereka seperti menjentikkan jari kaki pada seekor semut malang yang sekarat. Sekilas John berpikir : haruskah ia memohon saja? Memohon untuk hidupnya?

Tiba-tiba, sengatan rasa sakit yang tak tertahankan menyerangnya bertalu-talu. Dua lubang luka dalam tubuh John secara serempak berebut menyedot seluruh sendi-sendi kehidupannya. John berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjaga kesadarannya. Tapi sayang, kegelapan telah menyelimutinya. Satu-satunya benderang yang mampu membuatnya merasa puas dan sangat-sangat puas adalah ia tahu bahwa orang yang mendesaknya itu takkan memperoleh apa pun yang diingininya.

"Terakhir!!"

"Sungguh, Tuan," jerit John.

"Di mana kau sembunyikan--"

"Castello? Aku tidak--" Namun naas, sebutir timah panas bersarang dalam otaknya.

OBJECT FIGHT : LastrifiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang