Masihkah?

17 3 2
                                    

"masihkah kau mencintaiku?" tanyanya hari ini dengan wajah merah padam dan menggebu. aku hanya tersenyum memandangnya.

"masihkah kau mencintaiku?" tanyanya di hari selanjutnya. aku tetap tersenyum menanggapinya.

"aku barusan tanya mereka dan mereka bilang kau tidak mencintaiku lagi, apa benar?" dia berlari tergopoh-gopoh ke arah ku di hari rabu.

"hanya karna aku tidak mau menjawab, jadi kamu mencari jawaban dari orang lain?"

"apa salah?"

"ini persoalan kita. sangat pribadi. bukan milik umum. pada saat pertama kali kau menanyakan itu, aku sangat terkejut. meskipun aku diam tetap saja aku memikirkannya." dia berjalan sambil lalu.

keesokannya...

"sekarang hari apa?" tanyanya menatap langit biru.

"minggu."

"besok hari senin?"

"ya, kemudian selasa, lalu rabu, kamis, jumat, sabtu kemudian kembali lagi ke minggu. minggu yang sama tapi pasti berbeda." dia menghembuskan nafas lelahnya.

besoknya...

"sekarang bulan apa?"

"bulan dua belas, desember, sayangku."

"kau sudah bisa menjawab pertanyaanku?" aku tersenyum.

"pertanyaanmu terlalu rumit. mana bisa aku langsung menjawabnya."

"masa' terlalu rumit? itu pertanyaan sederhana! pertanyaanku masih sama 'masihkah. kau. mencintaiku' jawabannya hanya terdiri dari satu dari dua kata. 'iya' atau 'tidak'. kenapa lama sekali?"

"pertanyaanmu itu butuh jawaban jujur. bukan sekedar 'iya' atau 'tidak'. dia diam.

detik,
menit,
jam,
hari,
minggu,
bulan,
dan tahun berganti.

"apa yang kau cari? masih jawaban itu?"

"iya, barangkali aku menemukannya di sana."

kemudian...

"sekarang hari apa?"

"minggu, sayangku."

"tanggal 17?"

"iya, seperti kesukaanmu."

"mendadak, pertanyaan itu muncul lagi"

"pertanyaan itu lagi?"

"iya. lagipula kau belum pernah menjawabnya. tidak pernah bisa hilang pertanyaan itu. aku masih penasaran. masihkah... kau..."

"...mencintaiku?"

"iya. masihkah kau mencintaiku?"

aku tertawa sebentar "kalau aku sudah tidak mencintaimu, sayangku. mungkin kita tidak akan sampai beruban dan menua bersama seperti sekarang ini."

"jadi jawabannya 'iya'?"

aku tersenyum lalu, "itu akan selamanya dan selalu."

-Rarasyaty

Kata Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang