Musim Semi pengiring Hujan

24 3 2
                                    

Surat ini ku tulis untuk istriku, Shanum.

Setiap musim semi datang, aku selalu memikirkan hal hal di masa lalu. Masa dimana pertama kali kita bertemu, masa dimana pertama kalinya aku melihat tawamu. Masa dimana kamu sangat membenciku dan mencintaiku keesokan harinya.

Dahulu, kamu benar benar judes! Wajahmu selalu ditekuk seperti setrikaan ibuku, juga mulutmu terus mendumel seperti suara mesin cuci setiap kali aku mencoba mengikutimu.

Kamu bilang aku engga punya harga diri. Ya, aku harus hilangkan harga diriku agar bisa memiliki kamu.

Coba saat itu aku ikut bekumpul sama Bian, Bagus, Dewa dan teman teman di Angkringan, Mana mungkin aku bisa menjadi suamimu?

Aku masih ingat rambut "kuntilanak" mu yang selalu membuatku takut jalan di Malam hari bersamamu, Kamu bilang "Besok aku potong" tapi sampai kamu memakai toga dikepalamu, Rambutmu masih sama saja. Kalau aku tidak mencintaimu, sudah ku tinggal nikah kamu sama wanita yang lebih baik. Tapi sayangnya, aku tidak menemukan wanita yang lebih baik selain dirimu.

"Shaka, aku mau S2 di Jepang" Katamu dengan raut wajah gelisah kala itu, aku masih ingat bagaimana caramu memberitahuku tentang hal tersebut yang sudah dipastikan mengantarkan jarak antara kita berdua.

"Yasudah, tapi menikah dulu denganku"

Wah... ku ingat- ingat lagi tingkahku saat mengatakannya, kulihat lagi senyum merekah dan kedua pipi yang merah merona di wajahmu. Saat itu Sore hari tepat di taman Swidari, solo. Aku melamarmu.

Kita hidup bersama di Yokohama dan di anugrahi Shakila setelah dua tahun menikah. Dia sangat cantik, tapi kamu bilang anak kita tidak terlalu cantik karna darahku mengalir dalam tubuhnya.

Sebenarnya, Istri macam apa kamu ini?

Shanum istriku tersayang,

Aku tidak bisa menghilangkan rasa sedihku sepanjang enam puluh tahun belakangan ini. Aku masih teringat saat mengetahui kantormu terbakar, dan kamu terjebak selama dua jam di dalam sana. Aku masih ingat saat menerima telfon dari rumah sakit bahwa kamu dalam keadaan sangat kritis. Aku masih ingat kedua kakimu hangus, tapi kamu masih saja tersenyum melihatku. Kamu bilang. "Suamiku senyum dong...." Dan ketika aku tersenyum, aku kehilangan dirimu selamanya.

Shanum istriku sayang,

Sekarang Shakila sudah menikah, dan anaknya dia beri nama "Shanum", sama seperti namamu. Shakila bilang kalau kamu tidak tergantikan walaupun sebenarnya dia tidak terlalu ingat wajahmu karena usianya yang masih kecil kala itu.

Shakila yang tidak ingat saja bisa mencintaimu sedemikian gilanya, bagaimana dengan diriku?

Shanum, istriku yang paling aku cintai,

Aku memutuskan untuk tidak menikah lagi dan mencari keajaiban agar aku bisa melihat dirimu, tapi pada nyatanya, aku tidak menemukan keajaiban dimana pun. Sampai akhirnya waktu terus berlalu dan berlalu.

Sekarang usia ku sudah delapan puluh enam tahun, aku sudah tidak bisa berjalan lantang dan berkerja seperti dulu lagi. Aku sudah tua dan keriput.

Kata Shakila, aku mengidap Demensia, jadi aku tak diizinkan untuk berpergian. Dia sekarang sangat cerewet dan suka mengatur sama seperti dirimu. Dulu, ketika dia berumur tujuh tahun, aku sering menanyakannya soal hantu. Tapi dia tidak melihat hantu dimana pun. Padahal aku sudah berharap dia dapat melihat hantu sama seperti dirimu.

Shanum Istriku,

Ku tuliskan surat ini untukmu, dan akan aku simpan selamanya.

Shanum Istriku yang menyebalkan,

Aku takut jika suatu hari nanti aku tidak mengingatmu.

Aku benar benar takut Shanum. Aku ingin mengingatmu sebagai wanita yang akan ku cintai selamanya dan aku ingin merindukanmu sampai waktu tidak lagi memperizinkan aku untuk tinggal. Aku ingin bersama mu Shanum, cepat atau lambat...

Ku pastikan akan menjemput dirimu.


Tertanda, Suamimu yang paling cakep,

Shaka:)


_Ranti_

Lagu di atas adalah lagu dari Yamazaki Masayoshi yang berjudul One More Chance One More time, dimana selain lagu ini menjadi soundtrack dari film 5 centimeter per second, lagu ini juga dibuat dan ditulis langsung oleh Yamazaki Masayoshi untuk mengenang Istrinya yang meninggal akibat gempa.

Kata Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang