Aldenata

965 95 130
                                    

"Dahulu kala di sebuah kota, tinggallah makhluk nakal bernama Alden Rasyadiva Prasetyo yang ingin menembakkan panah cinta ke hati Denata. Sayangnya, Denata menyukai lelaki lain yang jika keduanya bersaing, Alden akan kalah karena dia cu-"

"AKHH! STOP STOP!"

Ketiga remaja melotot kaget kearah sosok yang berteriak, lalu setelahnya mereka saling tatap dan tertawa.

"Anjir! Suara lo habis Den? Kok jelek?!"

"Gue belum selesai! Alden akan kalah karena dia cupu."

"Makanya, cari cewek yang suka sama lo."

Dari ketiga pernyataan temannya, Alden merasa beruntung memiliki Rion. "Kalau nyari cewe yang suka gue, nanti gue gasuka sama dia."

"Kalau gitu lo harusnya jangan jadi orang cupu."

Tarik kata-kata Alden sebelumnya. Rio juga nggak normal.

YANG LEBIH PENTING, ALDEN NGGAK CUPU!

Disaat cowok itu ingin mengomentari temannya, pintu kelas terbuka menampilkan sosok perempuan yang diidamkan.

Rio, Bariq, dan Ghani langsung mengeluarkan jurus andalan mereka, senyum-senyum aneh sambil menunjuk Alden yang sedang tersenyum aneh.

Bedanya, mereka senyum meledek. Kalau Alden senyum malu-malu.

Denata berjalan ke arah tasnya, mengobrak-abrik isinya sampai dia mengeluarkan sebuah kado.

Cewek itu tersenyum senang, membuat Alden tanpa berpikir bertanya. "Apaan tuh Den? Buat siapa?"

Denata menghentikan aktivitasnya, menatap Alden dengan mata bulat yang membuat siapapun gemas. "Ini maksud lo?" tanyanya balik sambil menunjukkan kado itu.

Alden mengangguk, "Iya itu. Buat si-"

"Buat Alden?!"

"Ecieeee Aldenata!"

"Cepet kasih!"

Kini giliran Alden yang melotot, pipinya memerah, ia menatap penuh ancaman pada ketiganya. Rasanya Alden ingin menonjok mereka, tetapi tidak jadi karena ada Denata.

Denata menundukkan kepalanya, anak itu tersenyum paksa lalu menggeleng pelan, "Buat ... adalah, orang."

Saat itu hati Alden tercabik.

Denata tersenyum canggung sambil melirik keempatnya, "Gue duluan ya. Babay." ujarnya sambil melangkah keluar kelas.

Rio, Bariq, dan Ghani menatap Alden prihatin. Yang ditatap hanya memasang wajah datar tetapi siapapun akan tahu jika Alden sedang dalam mood tidak baik.

"Kalo lo pada ngeledek, ngerasanya si Denata suka gue padahal enggak."

Ghani menggeleng, "Lo aja kegeeran."

"Dari awal juga gue udah tau kalau Denata nggak bakalan suka sama gue." ucap Alden mengeluh.

"Iya juga," Bariq menatap temannya itu dari atas sampe bawah, "Padahal lo mirip sama Fadly."

"Mirip banget malah!" kompor Rio.

"Ya kalo mirip dia bakal suka sama gue tai!" Alden menggebrak mejanya, "Tapi nyatanya situ nggak peka."

"Bukan gitu goblok." Bariq menatap heran temannya, "Maksud gue, itu artinya lo punya kesempatan buat ada di hati Denata!"

Rio dan Ghani menatap Bariq, menunggu anak itu melanjutkan perkataanya sedangkan Alden bersikap bodo amat dengan mengambil air mineral dari tasnya.

Ketika Alden pergi, Bariq menatap kedua temannya lalu berbisik, "Ayo ubah Alden jadi lebih mirip Fadly."

Ghani dan Rio mengangguk setuju.

AldenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang