Please

386 72 14
                                    


Jin menghentikan ceritanya menatap ke arah sang istri yang tertidur panjang , air matanya tidak mampu terbendung lagi ini sudah terlalu lama.  Mengenang bagaimana mereka bertemu lalu menceritakan kembali  setiap harinya selama dua bulan ini,  berharap sang istri cepat terbangun. Nyatanya ini semua tak semudah yang dirinya pikirkan, ini sungguh menyiksa  kenangan itu seperti sebuah film yang berputar – putar dipikirannya.






Jin meremas tangan putih pucat Suzy , tangisannya makin terisak semakin pilu ini pertama kali dia menangis setelah berita kecelakaan itu.



“ Bukankah ini sudah terlalu lama ?” Jin menatap ke arah Suzy.




“ Sayang ayo bangun, sudah cukup istirahatnya “


“ Aku berjanji tidak akan pulang larut lagi , “ Jin menghela nafas, berharap sesak di dadanya sedikit berkurang .

“ Jangan marah terlalu lama “



“ Kau terlihat kurus “ Jin mengelus wajah sang istri yang kehilangan lemak di pipinya bahkan kini tidak merona lagi.


“ Ayo bangun, aku mohon...  jangan terus menyiksaku,, sunguh aku sudah tidak kuat lagi”.



“ pukul aku jika kau marah, tapi jangan diam dan mengacuhkanku terlalu lama “ Jin menanggis.


“ sunguh ini sudah terlalu lama sayang... “


Jin menjatuhkan dirinya dari kursi duduk bersimpuh disamping ranjang sang istri manangis tersedu, merasa sesak dan tak sanggup.


“ ku mohon bangunlah, maki aku, pukul aku tapi jangan terus seperti ini “

“ Sayang aku mohon ..”



“ Maafkan aku “  semakin meraung meluapkan apa yang dirinya simpan selama dua bulan ini, rasa bersalah dan takut akan kehilangan.


Derap langkah terhenti di depan ruangan dimana Jin menanggis dan Suzy tidak bergeming dari tidurnya, menghiraukan tanggisan Jin yang semakin keras dan pilu. Pria berjas putih itu berhenti tepat di belakang laki –laki yang memegang gagang pintu kamar rawat Suzy, membiarkan Jin meluapkan keresahaannya. Mereka memantau dari kaca di pintu melihat sejauh apa Jin akan menanggis, melihat Jin terjatuh ke bawah sembari memegang dadanya penuh sakit pria yang memegang gagang pintu itu menoleh kebelakang.



“ Hubungi Kim Taehyung untuk membawa kakaknya pulang “ ucapnya dingin, lalu masuk ke dalam kamar Suzy.




“ Bangunlah hyung “ Hoseok berucap tanpa menoleh ke arah Jin, berdiri di samping saudarinya sembari memegang tangan putih pucat itu.



“ Aku akan di sini menjaganya malam ini  “ tetap bertahan tidak melihat ke arah Jin.


“ Aku akan di sini dia istriku “ Jin menatap Hoseok yang bahkan tidak melihat ke arahnya.


“ Menanggisinya tidak akan membuat dia bangun , kau hanya menganggu istirahatnya “


“ Pulanglah aku tak inggin melihat dan berada satu ruangan denganmu “ Hoseok  menatap tajam ke arah Jin.




“ Aku ini suaminya jika kau lupa, kau tidak berhak mengusirku “ Jin menaikan nada suaranya.






“ Stttttttt..... “ Hoseok meletakan jari telunjuknya di depan bibir , “ Jaga nada suaramu sepupuku tengah istirahat “.




“ Hanya pulanglah aku sedang tidak inggin melihat dan berada satu ruangan dengamu “ Hoseok kembali membuang wajah ke arah suzy, mengelus surai  wanita paling ia sayangi setelah sang Ibu.




Tomorrow is TodayWhere stories live. Discover now