One

41 8 4
                                    

Aku menggerakkan jari-jari kakiku, guna mengumpulkan jiwaku.

Hari ini hari senin, hari yang paling dibenci rata-rata pelajar didunia ini. Huftt, mau tak mau aku harus bangun, jika aku memang tidak ingin terlambat dihari pertamaku.

Perlahan kubuka mataku dengan malas. Aku melihat warna tosca. Bola mataku bergerak ke bawah. Aku melihat tosca. Ke kanan, tosca. Ke kiri, tosca. Perlahan badanku bangkit dari tidur, dengan posisi duduk dikasur aku masih mengumpulkan nyawa.

"hoammm," aku menguap dengan keras sekaligus mengangkat kedua lenganku ke atas sempurna.

Aku mengecap-ecapkan mulutku. Mataku menelusuri setiap sudut kamarku. Ya, tosca memenuhi mataku.

Sset--

Mataku terhenti pada satu benda berwarna putih bersih. Berbentuk persegi panjang. Ditengah-tengahnya terdapat 4 digit angka. Mataku terbelalak.

"06:45"

Ya itu alasan aku membelalakan mataku. Sekejap kemudian tubuhku melonjat keluar dari hangatnya bedcover toscaku.

"아아아... 미쳐서 내가?! (Ahhh apa aku sudah gila?!) ," teriakku sambil lari terbirit-birit meraih perlengkapan mandi dengan gopoh.

Selesai mandi, siap dengan rok jeans dan kaos putih oblongku. Aku menatap pantulan diriku dikaca, lalu memiringkan kepalaku ke kiri. Kuraih baseball cap navyku di meja lalu mengembalikan posisi kepalaku sepeeti semula. Akupun tersenyum.

"Perfect!" seruku seraya menyelempangkan tasku dan meninggalkan dunia toscaku.

•••

Hufttt untung saja aku tepat waktu! Aku tiba di kampusku pada hari pertama kuliah tepat waktu. Hihihi, yap, aku adalah mahasiswa baru. Hari ini adalah hari pertamaku kuliah setelah 3 hari ospek kemarin.

Ospek, melelahkan? Iya sih... Tapi....

Mataku bersinar-sinar setelah menangkap seorang pria tampan dan gagah. Pria itu memakai kemeja biru muda dengan ukuran besar dengan celana jeans hitam.

Yap, dia alasan ospekku tidak terasa melelahkan. Uhhh dia benar-benar tampan!! Dia seorang senior di kampus ini. Cukup terkenal akan ketampanan dan kepintarannya.

"Gice-yah!! " panggil sahabatku membuat senyumku saat membayangkan senior itu menghilang dalam sekejap.

Aku menatapnya dengan datar. Hm sedikit tatapan kesal.

"왜?!! (Wae?! = Kenapa sih?! )" ucapku kesal.

Tak merasa berdosa, dia menyengir kepadaku.

"아 왜?!! (Ah Wae?! = Ahduh kenapa sih?!)" ucapku semakin kesal.

"Hm, gapapa deh, " lagi-lagi dia menyengir.

Sudah tidak kaget lagi. Temanku yang satu ini memang suka banget manggil tanpa alasan.

"Ah butet lu shan! "

Ya, namanya Shannia Meidy. Tidak tinggi, berkacamata, dan bisa kalian tebak kan kalo dia anak pintar.

"Gice-yahh, Shan-ahh! " seru seseorang yang sudah kukenal jelas suaranya.

Dia adalah salah satu sahabat ku yang lain, Gwenevere. Biasa dipanggil Gwen. Yang satu ini ribut bin rusuh. Perannya di persahabatan kami? Pelawak. Dah itu aja. Kagak ada dia kagak ada ketawa.

Dia datang gak sendiri. Dia datang bersama sahabatku yang satu lagi. Natania Kezia, biasa dipanggil Tania. Dia yang tertinggi diantara kami berempat. Kalo Gwen perannya melawak, Tania adalah anak terjayus diantara kami. Ha ha ha.

"Apes amat hidup gue," gumamku.

Untung saja mereka tidak dengar. Ups, dari tadi aku sibuk mengenalkan orang lain, tapi aku belom mengenalkan diriku. Namaku Gricelin Letik. Teman-temanku biasa memanggilku Gice, Grice, atau Butet. Kenapa kok butet? Hehe, kalo kalian perhatikan, tadi aku sempat nyebut-nyebut butet kan? Ya, aku sangat sangat sangat sering mengucapkan 'butet'. Itulah sebabnya.

Heuh, udah dulu deh sesi perkenalannya, sekarang saatnya masuk kelas pertama didunia perkuliahan.

To be continued...

Casual LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang