biji apel

446 99 53
                                    

Sudah lima hari aku selalu kedatangan orang misterius yang selalu membawakanku lilin aroma terapi. Aku tidak tau dia siapa, tapi kalau dari suaranya aku bisa menebak kalau dia adalah perempuan. Aku sebut dia Gadis Misterius, itu karena dia sama sekali tidak mau memperlihatkan wajahnya, wajahnya selalu saja dia tutupi dengan masker yang dia pakai, tak lupa juga rambutnya dia sembunyikan di dalam topi yang selalu dia pakai juga, jadi aku tidak tau dia memiliki rambut panjang atau pendek. Awal pengunjungannya itu saat ada suster yang sedang mengecek kondisiku. Saat itu aku heran dan menerka-nerka dia siapa. Aku benar-benar penasaran dengan Gadis Misterius itu. Suaranya juga terdengar misterius. Coba saja aku bisa menggerakkan tanganku aku pasti akan membuka masker itu.

Aku melihat jam dinding yang disediakan rumah sakit ini dan bisa kutebak pasti Gadis Misterius itu akan datang lima menit lagi. Dia selalu datang jam tiga tepat, bersamaan dengan pulangnya guru bimbing sementaraku selama di rumah sakit ini agar tidak ketinggalan pelajaran. Tentu saja itu keinginan orangtuaku.

"Ok, untuk hari ini sepertinya cukup."

Aku menghela nafas legah. Akhirnya. Aku tersenyum kepada guru pebimbingku yang sedang membereskan buku-buku materiku hari ini.

"Maaf, aku tidak bisa membantumu membereskannya karena gips sialan ini,"  ujarku.

Tia—guru pebimbingku—terkekeh. "Kau tidak boleh selalu menyalahkan tanganmu yang digips itu. Itu salahmu sendiri kenapa bisa jatuh dari tangga."

Aku meringis. "Oh ayolah, aku ini laki-laki ... dan kau pasti tau kalau laki-laki remaja sepertiku pasti akan bermain dengan sedikit gila."

"Sedikit gila dan sedikit mengantarkanmu ke liang lahat, eh?"

"Excuse me, Miss," peringatku lantang.

"Kau tau, aku rasanya ingin mendorongmu ke balkon ruang rawatku sekarang," lanjutku bergurau.

Tia tertawa, tapi itu terdengar seperti ketawa remehan?!

"Aku pulang dulu. Besok jadwal kita Geografi. Jangan sampai lupa! Dan jangan beralasan kalau matamu buta lagi, aku sudah memegang bukunya, kau tinggal membacanya dan aku akan mengetesnya setelah itu, seperti biasa," katanya sambil berlalu.

"Tanganmu terus bergoyang saat aku membacanya dan itu semakin membuatku muak dengan mata pelajaran sialan itu!" seruku sebelum dia benar-benar menghilang dari balik pintu. Tapi dia tiba -tiba berbalik lagi. "Apa?"

"Perempuan yang kau sebut Gadis Misterius itu ternyata sudah menunggu di luar. Dia pasti sangat mencintaimu sampai rela mengunjungimu setiap hari. Apa dia tidak bosan? Aku saja sudah bosan."

"Hei jaga ucap--"

"Okey, see you!"

Sialan.

Tidak lama Tia keluar Gadis Misterius itu masuk. Aku tersenyum saat mataku dengannya bertemu dan dapat kutebak dia juga tersenyum karena matanya menyipit.

"Aku membawakanmu lilin terapi aroma lada hitam hari ini," katanya sambil memperlihatkanku lilin yang dia bawa. Aku terus mengamatinya yang sedang mulai menyalai lilin itu dan tak lama dari itu aroma dari lilin itu mulai tercium.

"Merasa lebih rileks?" tanyanya dan aku mengangguk.

"Letakkan saja di narkas. Kali ini manfaat apa lagi dari lilin aroma lada hitam yang kau bawa itu?"

"Apa itu lada hitam milik ibumu? Kau tidak mencurinya bukan?" candaku tapi hanya aku yang tertawa. Sial.

"Hari ini aku membawakanmu aroma lada hitam karena kemarin kau mengeluh kalau kau sering mengalami kram otot dan nyeri-nyeri, jadi aku membawakan aroma ini untukmu. Apa sudah merasa berkurang?"

Lilin Aromaterapi [1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang